
PONTIANAK –Penolakan keberadaan Front Pembela Islam (FPI) di Kalimantan berlanjut. Setelah ditolak oleh masyarakat adat Dayak di Kalimantan Tengah, kini FPI juga ditolak Dayak Pontianak Kalimantan Barat. Akibatnya, aksi penolakan itu berujung pada ketegangan.
Seperti yang dilansir KabarNet, situasi Kota Pontianak saat ini dalam kondisi mencekam. FPI Pontianak, diinformasikan sedang diserang warga Dayak, bahkan dikabarkan kedua kubu saat ini dalam kondisi sudah berhadap-hadapan.
Bahkan Sultan Pontianak, Kamis (15/3) kemarin, ikut turun ke lapangan di tengah-tengah warga FPI yang sedang berhadapan dengan warga Dayak dari luar Pontianak yang akan menyerang.
Massa FPI sempat berkumpul di lapangan YARSI, demikian pula ribuan warga Dayak. Bahkan diberitakan sejumlah kendaraan truk telah berkumpul di Rumah Betang Pontianak. Warga berharap aparat kepolisian segera merespon keadaan ini sebelum timbul kerusuhan besar yang bernuansa SARA.
Tetapi informasinya, ketegangan tersebut sudah bisa diredahkan. Polisi langsung mendamaikan kedua kubu. “Hanya salah paham saja. Nggak sampai berantem. Ribut tapi sudah damai,” kata Kasat Reskrim Polresta Pontianak Kompol Puji Prayitno.
Gejala keributan ini sendiri sudah terindikasi sejak beberapa hari lalu. Aksi tersebut adalah kelanjutan dari aksi hari sebelumnya. Yaitu, Rabu (14/3), puluhan mahasiswa Dayak melakukan aksi dengan memasang spanduk penolakan terhadap FPI. FPI Kalbar tidak terima dengan aksi sekelompok mahasiswa itu. Lantas mereka menurunkan spanduk-spanduk penolakan terhadap FPI, sehingga terjadilah konflik dengan mahasiswa Dayak.
Mahasiswa Dayak memilih mundur karena jumlah mereka sedikit. Tetapi ternyata sekitar seribu warga Dayak sudah bersiap balik menyerang. Orang Dayak yang membawa senjata tajam itu berkumpul di daerah Sungai Jawi, Pontianak Barat, Rabu (14/3) sekitar pukul 17.00 WIB.
Sebelumnya, Voa-Islam.COM memberitakan. Rabu malam (14/3), Kota Pontianak mencekam. Jalan-jalan utama menuju Kota Pontianak diblokir oleh ratusan TNI dan Polri. Kejadian ini dipicu insiden yang terjadi pada Rabu siang (14/3) di daerah Sui Jawi, tepatnya di Jl. KH Wahid Hasyim, Kalbar ketika seorang aktivis Dayak memasang spanduk penolakan FPI yang mengatasnamakan organisasi pemuda Dayak. Spanduk tersebut dipasang di halaman asrama “PANGSUMA” yang merupakan asrama perkumpulan Mahasiswa Dayak.
Salah seorang anggota FPI yang kebetulan melintas dan melihat spanduk tersebut, meminta agar spanduk diturunkan. Namun pemilik spanduk tidak mau menurunkannya. Anggota FPI yang lain beserta polisi pun mulai berdatangan. Oleh pihak kepolisian, spanduk tersebut diminta untuk diturunkan, namun pemilik spanduk tersebut tetap menolak.
Massa pun merebut dan menurunkan paksa spanduk tersebut dan berusaha memasuki asrama. Namun hal tersebut dibubarkan paksa oleh polisi. Mahasiswa Dayak itu pun lalu diamankan oleh kepolisian. Akibat peristiwa ini, mengundang keributan yang lebih besar hingga akhirnya membuat warga muslim berhadap-hadapan dengan warga Dayak.
Masyarakat yang bersimpati kepada FPI tidak berhenti berdatangan dari berbagai penjuru kota, bahkan luar kota. Hingga Rabu sore hari (14/3) mereka mengepung asrama “PANGSUMA” yang berisikan para aktivis perkumpulan mahasiswa Dayak. Asrama lalu dijaga ketat oleh pasukan anti huru-hara berpakaian lengkap. Para mahasiswa Dayak itu pun terkepung selama 3 jam hingga akhirnya dievakuasi oleh pihak kepolisian untuk dibawa ke rumah adat Dayak Kalimantan Barat yang merupakan “markas” pemuda-pemuda Dayak di Kota Pontianak.
Jalan-jalan menuju akses Kota Pontianak pun mulai diblokir untuk mengantisipasi datangnya masyarakat menuju lokasi Asrama. Melihat kondisi yang begitu memanas, maka pada malam tersebut diadakanlah pertemuan yang dipimpin oleh Wakapolda Kalbar Komisaris Besar Syafarudin.
Dihadiri Wakil Wali Kota Pontianak – Paryadi, Kapolresta Pontianak Kombes Muharrom Riyadi, Dandim Pontianak Letkol Bima Yoga, dan Dewan Adat Dayak Yakobus Kumis, serta Ketua DPD FPI Pontianak Ishak Ali Al Muntahar. Bersyukur malam itu diputuskan bahwa dari pihak Dayak dan FPI sepakat untuk saling berdamai dan menahan diri. Namun entah mengapa sampai saat ini ketegangan antara dua kubu belum juga mereda.
Sumber: manadopost.co.id