Ribuan rakyat Mesir turun ke jalan untuk memprotes pemerintahan Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun, memaksa aparat keamanan mengusir dengan kekerasan untuk menyingkirkan para demonstran.
Polisi menggunakan meriam air dan gas air mata pada pengunjuk rasa untuk mencoba membubarkan demonstrasi anti-pemerintah, aparat tidak akan mengizinkan gerakan provokatif atau aksi protes atau unjuk rasa atau demonstrasi sedikitpun.
Kementerian Dalam Negeri mendesak agar warga segera meninggalkan aksi provokasi yang menyebabkan kekacauan dalam negeri, Pemerintah menetapkan jam malam untuk mengusir dan membendung arus demonstran yang kian tak terbendung.
“Sedikitnya 10 wartawan telah terkena pukulan oleh petugas keamanan Mesir selama aksi demonstrasi terjadi,” demikian ujar Komite Perlindungan Wartawan Mesir
“Saya sedang meliput namun empat polisi menarik rambut kepala saya dan menendang muka secara bertubi-tubi. Dan saya mencoba mengatakan kepada mereka bahwa saya seorang jurnalis, tetapi mereka terus menendangi saya,” kata Attalah melalui telepon sebagaimana dilansir situs CNN dan dikutip SWATT Online
Komite Perlindungan Wartawan juga mengatakan bahwa pihak berwenang Mesir telah menutup situs-situs dua surat kabar independen yang populer, Al-Dustour dan El-Badil.
Ribuan pemrotes tumpah ke jalan-jalan di Mesir pada sejak Selasa lalu, dalam sebuah menggulingkan pemerintah, yang mana protes besar ini belum pernah terjadi sebelumnya. Aksi ini terinspirasi aksi protes Tunisia yang berhasil menggulingkan presiden Zine El Abidine Ben Ali.
Setidaknya empat orang tewas dalam bentrokan sejak Selasa lalu, Kementerian Dalam Negeri melaporkan tiga pengunjuk rasa di Suez dan satu petugas polisi di Kairo juga terluka parah serta sedikitnya 102 personel keamanan terluka.
Kementerian Dalam Negeri memperkirakan ada sekitar 10,000 demonstran yang memadati Kairo Tahrir Square. sementara itu, CNN memperkirakan bahwa demonstrasi memuncak sampai 15.000 hingga 20.000 orang.
Demonstran telah mengungkapkan kemarahan atas meningkatnya biaya hidup, kegagalan kebijakan pemerintah atas isu ekonomi dan korupsi.
Banyak isu yang berkembang bahwa sang presiden Mesir melarikan diri, namun juru bicara dubes Mesir untuk Washington menyangkal isu tersebut dan menyebutkan bahwa itu informasi palsu,” kata Karim Haggag di Washington.
Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan bahwa pemerintahan Obama terus memantau situasi. Dia meminta semua pihak untuk menahan diri dari aksi kekerasan.
Situs berita dan jejaring sosial diblokir.
Warga Mesir mengatakan situs jejaring sosial Twitter diblokir pada semua Internet Service Provider (ISP) di negara mereka.
Namun Magdi Radi, juru bicara perdana menteri Mesir, mengatakan kepada CNN bahwa pemerintah “tidak memblokir Facebook, Twitter atau website lainnya. Ia mengatakan bahwa situs tersebut mungkin lambat karena banyaknya traffic yang terjadi karena banyak pengguna yang mengakses. “