BANDA ACEH – Massa yang menamakan diri Mahasiswa Peduli Rakyat Aceh (MPR-Aceh) menggelar aksi demo di Gedung DPRA, Selasa (5/4) menuntut pelaksanaan pilkada tepat waktu dan RAPBA 2011 segera disahkan. Aksi demo tersebut berlangsung panas dan ricuh, bahkan antara demonstran dengan polisi sempat saling pukul.
Demonstran yang mengenakan pita merah di kepala dan bagian lengan tersebut tiba di DPRA sekitar pukul 10.40 WIB disambut aparat kepolisian dari Polresta Banda Aceh yang sudah siaga. Polisi segera membentuk pagar betis.
Koordinator Aksi dari MPR-Aceh, dengan menggunakan pengeras suara langsung membacakan beberapa pernyataan sikap dan kecaman kepada dewan. “Kami mendesak DPRA segera mengesahkan APBA 2011, dan tidak menunda-nunda lagi jadwal pilkada. Ini harga mati. Kami minta Ketua DPRA menjumpai kami mengklarifikasi pernyataannya di media beberapa waktu lalu,” teriak Sofian disambut teriakan-teriakan bernada kecaman, seperti, “pilkada molor, APBA jebol, DPRA tolol”. Hingga pukul 10.50 WIB, Ketua DPRA tak juga keluar menemui demonstran yang terlihat semakin panas.
Demonstran terus merangsek hingga ke depan pintu gedung utama yang terus dijaga pihak aparat keamanan. Pintu itu digedor-gedor sambil melontarkan kata-kata kecaman terhadap anggota dewan. Ketika demonstran terus mendesak, terjadilah aksi saling dorong dengan pihak keamanan, bahkan kondisi semakin panas ketika kaki seorang anggota polisi terinjak oleh demonstran.
Keadaan semakin memanas ketika seorang aparat keamanan menginformasikan kalau anggota DPRA tidak ada seorang pun di tempat. Aksi saling dorong terus terjadi hingga pukul 11.25 WIB. Tiba-tiba seorang mahasiswa bernama Rizwan terlihat mengeluarkan darah dari bagian bibirnya yang pecah.
Insiden yang dialami mahasiswa tersebut berawal ketika seorang demonstran yang memegang megaphone (pengeras suara) memukul seorang polisi bernama Zulkarnaen saat terjadi aksi saling dorong. Mendapat perlakuan itu, polisi hilang kesabaran sehingga Rizwan menjadi sasaran. “Kami tidak bisa terima aksi main pukul oleh polisi terhadap kawan kami. Kami akan turun lagi dengan massa yang lebih banyak langsung ke Polresta Banda Aceh,” tandas Ketua BEM FKIP Unsyiah, Syahruddin kepada wartawan menanggapi terlukanya seorang rekan mereka.
Kabag Ops Polresta Banda Aceh, Kompol W Eko Sulistyo menyesalkan sikap para demonstran sehingga pihaknya terpancing emosi. “Orasi yang dilakukan hari ini sudah lain. Mereka memojokkan kami. Kalau mereka bisa menjaga etika, saya rasa hal ini tidak terjadi,” tegasnya.
Demo di DPRA tidak saja ricuh dan saling pukul. Aksi itu juga menyebabkan pintu gedung utama sebelah kiri mengalami kerusakan karena para demonstran mendesak untuk tetap masuk.
Sumber: serambinews.com