Departemen Pertahanan (Dephan) AS akan lebih memperluas program pesawat siluman tak berawak (UAV), hal ini disebabkan karena pesawat tak berawak telah membuktikan mampu melakukan serangan terhadap sasaran Al- Qaida di daerah Federal Kesukuan Pakistan dengan hasil terbaik. Departemen Pertahanan juga akan mengajukan anggaran guna mendukung program ini.
Departemen Pertahanan telah mengajukan dana senilai $ 3,7 milyar untuk memperluas teknologi UAV untuk serta penambahan gudang persenjataan sampai tahun 2020.
Konon, pesawat tersebut harus mampu terbang di ketinggian antara 10 kilometer hingga 50 kilometer di atas permukaan laut atau dikenal dengan lapisan stratosfer.
Pasalnya, AS akan memanfaatkan pesawat unik tersebut sebagai pesawat pemantau keamanan di wilayahnya. Pada lapisan stratosfer, di samping SolarEagle akan lebih mudah mendapatkan cahaya tata surya, ia juga dapat terhindar dari gangguan cuaca.
Pesawat tempur tak berawak kemungkinan akan mendominasi masa depan penerbangan militer AS di mana pesawat tempur dan pembom nanti beroperasi tanpa dikendalikan pilot. Penggunaan kendali jarak jauh (drone) telah meluas secara dramatik dalam hanya beberapa tahun belakangan ini
Militer dan dinas intelijen AS kini menggunakan ribuan pesawat berkendali di Irak, Afghanistan dan banyak tempat lainnya, yang ukurannya bervariasi dari yang kecil sepanjang satu meter yang bisa dilambungkan ke udara oleh tangan manusia, sampai Global Hawk yang memiliki rentang sayap 35 meter.
Rancangan anggaran dari Departemen Pertahanan meminta belanja sampai dua miliar dolar AS untuk misi-misi intelijen, pengamatan dan pengintaian untuk mendukung gerak pasukan di Irak dan Afghanistan, yang sebagian besar mengalir untuk membiayai pesawat-pesawat tak berawak.|SOL|
Foto : TMCNet.