
TERJUN ke dunia politik bukan lagi monopoli milik laki-laki, tapi perempuan pun saat ini sudah banyak yang terjun ke kancah perpolitikan di Indonesia. Seperti yang dilakoni Dra. Lily, MBA,M.H yang sudah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan sejak tahun 2009 lalu.
Saat berbincang dengan SWATT Online di kantornya,beberapa waktu lalu, Lily terlihat sangat bersahabat dan menjawab pertanyaan dengan penuh semangat. Padahal, ibu dari 3 anak ini sangat sibuk mengurusi keluarga, mengurusi rakyat dan menjalankan tugas mulianya sebagai pengajar.
Menurut Lily, peran perempuan sudah jauh lebih baik di segala bidang sejak Indonesia merdeka 66 tahun yang lalu. Perempuan telah banyak berkiprah di bidang pendidikan, sosial budaya, jabatan penting di perusahaan dan di dunia politik. Perempuan juga sudah banyak yang berhasil dan menduduki jabatan strategis seperti bupati, menteri dan pemimpin perusahaan.
Ada Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Mari E Pangestu, Menteri Kesehatan Endang S Rahayu, Megawati Sukarno Putri yang pernah menjadi Presiden RI serta masih banyak lagi. Contoh lainnya adalah Dr. Kartini Sjahrir Panjaitan yang sebelumnya menjabat Ketua Partai PIB dipercaya menjadi Dubes RI untuk Argentina, Uruguay dan Paraguay. Setelah aktif menjadi Dubes, jabatan Ketua PIB dipercayakan kepada sekretaris sebagai pelaksana tugas.
Di kota-kota besar, lanjut isteri dari Sonny Firdaus, SH yang juga Anggota DPRD Sumut ini, perempuan sudah banyak yang bekerja dan mengerti hak dan kewajibannya dalam keluarga. Sementara di pedesaan, masih banyak perempuan yang belum mengerti betul dengan hak dan kewajibannya. Perempuan di pedesaan kurang begitu leluasa dan sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). UU No.23 tahun 2004 tentang PKDRT juga masih perlu disosialisasikan sampai ke pelosok desa.
“Perempuan itu sebenarnya bukan kaum yang lemah, tapi karena keterbatasan pengetahuan akhirnya perempuan di perkotaan lebih memiliki kesempatan untuk menduduki jabatan-jabatan penting. Kesetaraan gender memang sudah semakin membaik belakangan ini. Perempuan itu memang harus aktif di segala bidang dan mempunyai keterampilan. Kalau wanita ingin menjadi pemimpin, ia harus selalu mengasah dirinya. Ia juga harus bisa mengayomi dan bijaksana dalam mengambil keputusa,” tandasnya.
Lantas, bagaimana pula lulusan S-1 IKIP (Unimed) dan lulusan S-2 Maatstricht School of Management, Netherland dan Magister Hukum Universitas Jayabaya Jakarta ini membagi waktu antara tugas sebagai wakil rakyat dan ibu rumah tangga ?
“Sebagai ibu rumah tangga dan ibu dari 3 anak perempuan (Linny Firdaus –SMP, Syintia Firdaus – SD dan Elvina Firdaus-SD), saya harus bijak dalam membagi waktu. Urusan belanja kebutuhan rumah saya upayakan sekali seminggu dan kebutuhan rumah tangga lainnya dua kali dalam sebulan. Sementara untuk anak-anak, pagi saya sarapan sama dengan anak-anak,” paparnya.
Kemudian, lanjutnya, dalam membagi waktu bersama keluarga kebetulan suami saya juga Anggota dewan. Bedanya, saya di DPRD Medan dan suami di DPRD Sumut. Kadang-kadang kami harus melakukan kunjungan kerja ke luar kota. Kadang-kadang saya yang ke luar kota atau suami saya yang ke luar kota. Jika salah satu keluar kota, yang tinggal di rumah wajib memperhatikan anak-anak. Akan tetapi, jika kedua-duanya harus bepergian ke luar kota pada waktu yang sama, ibu mertua saya yang akan turun tangan untuk menjaga anak-anak.
Di waktu senggang, saya suka menyanyi dan main piano. Urusan nyanyi, ia paling piawai menyanyikan lagu Batak. Sebut saja lagu Butet, Alusi Au, Sing Sing So dan banyak lagi lagu Batak yang ia kuasai. Tak perlu heran kalau ia tahu kita orang Batak, maka ia akan menyapa kita ito (sapaan perempuan untuk laki-laki).
“Saya bisa banyak belajar bahasa Batak waktu kuliah di IKIP (Unimed). Karena teman-teman saya kebanyakan orang Batak,” katanya.
Di akhir perbincangan dengan SWATT Online, Lily mengungkapkan keberadaannya di DPRD Medan sebagai prestasi untuk bisa membantu rakyat dalam banyak hal.
“Kalau kita berada di dalam dewan, berarti kita berada di dalam sistem. Sebagai wakil rakyat, kita jadi terlibat dengan pembuatan undang-undang atau peraturan daerah, fungsi pengawasan, pengalokasian anggaran dan bisa menyampaikan aspirasi masyarakat secara langsung di dalam sidang paripurna,” tegasnya.
Terkait dengan pola belajar yang ia lakukan semasa kuliah dulu adalah sering mengadakan diskusi dengan teman-teman satu kampus tentang mata kuliah yang baru saja diiikuti.
“Lakukan saja dengan sungguh-sungguh, segala sesuatu akan membuahkan hasil sesuai dengan yang kita harapkan,” tandasnya. | James P. Pardede