
PEMERINTAH Indonesia dan ormas-ormas Islam diminta untuk bertindak tegas terhadap Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Hal itu dilakukan untuk menghindari agar gerakan ISIS itu tidak sampai merambah luas di Indonesia.
Apalagi telah beredar luas di youtube rekaman berjudul “Join the Ranks” dimana seseorang yang mengaku warganegara Indonesia mengajak orang Indonesia perjuangan ISIS.
“Kita jangan sampai kecolongan. Ini tak bisa didiamkan. Betul bahwa berserikat adalah hak setiap warga negara. Tapi cara-cara kekerasan tak bisa ditolerir. Pemerintah harus tegas terhadap itu,” ujar Ketua Bidang Luar Negeri PP Pemuda Muhammadiyah, Teguh Santosa, dalam keterangan persnya, Sabtu (2/8).
Teguh mengatakan, ISIS merupakan teror gaya baru yang dikembangkan oleh pihak-pihak anti-Islam yang ingin mendapatkan keuntungan dari destabilisasi kawasan Timur Tengah dan ketegangan baru di dunia. Karena itu, kekerasan dan aksi teror yang dilakukan ISIS harus dikutuk keras.
“Kami mengutuk keras aksi kekerasan dan teror yang dilakukan ISIS. Itu bertentangan dengan ajaran Islam,”ujar
Teguh yakin, ISIS adalah sebuah gerakan politik yang menggunakan topeng agama.
“Mustahil orang yang peduli dengan tegaknya subtansi ajaran Islam berada di belakang gerakan ini,” tambah Teguh.
Pemuda Muhammadiyah juga menyerukan negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam untuk secara tegas menyikapi gerakan ISIS tersebut.
“Jangan sampai gerakan ISIS ini menginspirasi umat Islam lain untuk melakukan hal yang sama,”ujar pengajar Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini.
Penolakan senada juga disampaikan Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Mereka menyatakan menolak tegas kehadiran Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia. Bahkan, aktivis HMI menyatakan “jijik” dengan warga negara Indonesia yang mendukung ISIS baik yang berada di luar negeri ataupun di dalam negeri.
Aktivis HMI menyatakan bahwa warga negara Indonesia pendukung ISIS, tanpa sadar, telah mengkhianati negaranya sendiri yang sudah dididirikan dengan darah para pahlawan bangsa yang sebelumnya diikat dengan Sumpah Pemuda.
“Negara Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi keberagaman, yang mengakui keberadaan kelompok yang satu dan yang lainnya. Di Indonesia keberagaman diikat dengan Sumpah Pemuda yakni bertanah-air, berbangsa dan berbahasa satu. Namun tidak ada yang mengikat Indonesia dalam satu agama,” ujar Sekjen PB HMI, Muhammad Chairul Basyar melalui siaran pers, beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, para pendukung ISIS di Indonesia menyebarkan video dukungan bagi organisasi tersebut. Pendukung ISIS dari Indonesia bahkan menyatakan menolak keberagaman dan pluralisme yang menjadi akar budaya kebhinnekaan Indonesia.
Ilung, panggilan akrab Chairul Basyar, menandaskan bahwa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa daerah. Keberagaman suku, agama, dan bahasa merupakan kekayaan yang justru menjadi pengikat rasa kebangsaan Indonesia.
“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menempati pulau dan laut dari Sabang sampai Merauke. Kami tidak lahir dan tinggal di Irak ataupun Suriah, yang sangat jauh dari Indonesia. Dan, di tanah air Indonesia inilah, semua agama hidup dalam kebebasannya. Sehingga kami merasa jijik jika ada orang Indonesia yang seakan-akan hidup tidak di Indonesia bahkan layaknya mereka adalah warga asing bagi negaranya sendiri,”ujar Ilung.
Oleh karena itu, Ilung yang bersama pengurus PBHMI lainnya ke Vatikan pada 2011 dan Russia pada 2012 dalam kunjungan pluralisme dan nasionalisme, menandaskan bahwa pemuda Indonesia tidak perlu membesar-besarkan ISIS. Membesar-besarkan ISIS sama saja memberi ruang promosi bagi dikenalnya organisasi itu lebih luas dan menimbulkan kekhawatiran bagi bangsa Indonesia.
“Mengembangkan budaya nasional serta daerah adalah penting untuk melawan gerakan pengaruh asing. Adalah penting bagi bangsa Indonesia untuk memelihara warisan budaya nenek moyang yang ada di negeri sendiri. Indonesia harus melawan rasa takut terhadap segelintir orang yang menyebarkan virus permusuhan, ketakutan dan kedengkian bagi bangsanya sendiri,” ujarnya.
Sekjen PBHMI mengatakan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan Islam berperang dengan membabi buta, melainkan mengakarkan persatuan ummat, perdamaian dengan penganut keyakinan lain, dan bersikap damai seperti Islam yang merupakan agama yang cinta perdamaian. Hal itu, kata Ilung, tercermin dan diajarkan dalam Piagam Madinah yang diprakarsai Nabi Muhammad. (jur/her)