Isu penculikan anak yang dipastikan hanya sebatas isu ternyata mulai memunculkan masalah serius. Di Kota Langsa, misalnya, pada Sabtu pagi kemarin, dua wanita kritis diamuk massa hanya gara-gara ingin melihat seorang murid SD Gampong Kuala Langsa, apakah yang hilang saat tsunami atau bukan. Salah seorang korban amuk massa itu adalah adik sepupu Awaluddin, Wakil Bupati Aceh Tamiang.
Kedua korban amuk massa itu masing-masing Yuniarti (45), asal Kajhu, Aceh Besar dan Ir Syafira (40), warga Paya Bujok Tunong, Kecamatan Langsa Barat. Polisi secara susah payah mengamankan keduanya dari aksi anarkis dan akhirnya dilarikan ke RSUD Langsa. Bahkan, Ir Syafira yang mengalami patah tulang leher, pada pukul 16.30 WIB kemarin harus dirujuk ke salah satu rumah sakit di Medan.
Kasus menggegerkan itu bermula sekitar pukul 09.30 WIB, Sabtu (11/12) ketika Yuniarti asal Kajhu ditemani rekannya Ir Syafira yang berprofesi PNS di Pemkab Aceh Tamiang datang ke SD Gampong Kuala Langsa untuk melihat seorang murid kelas VI di sekolah itu bernama Febi Gebriana (12) yang mirip sekali dengan putri Yuniarti yang hilang saat tsunami di Banda Aceh. Kedatangan kedua wanita itu mengundang perhatian warga sekitar dan langsung menghampiri mereka.
Warga yang sejak beberapa waktu terakhir digusarkan dengan isu penculikan, membawa kedua wanita itu ke kantor keuchik untuk interogasi. Namun dalam tempo singkat ternyata ratusan warga lainnya menyerbu ke kantor keuchik. Massa dalam jumlah besar itu langsung mengamuk dan menyerobot ke ruang kantor dan selanjutnya menghajar kedua wanita tersebut.
Aparat kepolisian yang berada di lokasi amuk massa itu tampak kewalahan meredam emosi warga yang tampak sangat beringas. Dengan susah payah polisi berusaha menyelamatkan kedua korban, namun pada tahap-tahap awalnya hanya mampu mengamankan seorang di antaranya yaitu Yuniarti. Beberapa menit kemudian polisi membebaskan Ir Syafira dari cengkeraman massa dengan kondisi leher patah.
Tembakan peringatan
Untuk meredam kebringasan massa dan menyelamatkan nyawa kedua korban, polisi sempat melepaskan rentetan tembakan ke udara. Namun suara tembakan ternyata tak membuat surut aksi, malah massa semakin merapatkan barisan.
Bahkan ketika kedua korban sudah berada dalam pengamanan polisi di atas mobil patroli, massa masih terus menyerang. Melalui proses evakuasi yang sangat dramatis, sekitar pukul 11.00 WIB, kedua korban berhasil dilarikan oleh polisi ke RSUD Langsa. Pengawalan ekstra ketat juga dilakukan ketika kedua korban dalam penanganan medis.
Kabar tentang kedua wanita diamuk massa itu ternyata berkembang cepat, sehingga dalam tempo singkat ratusan warga sudah berada di RSUD Langsa. Suasana menjadi tak karu-karuan.
Kapolres Langsa, AKBP Drs Yosi Muhamartha didampingi Kapolsek Langsa Barat, AKP Kasnap SH dan Kabag Ops, AKP Jufriadi yang ditemui Serambi di RSUD Langsa menyatakan sangat menyesalkan aksi main hakim sendiri yang dilakukan masyarakat. “Tindakan main hakim sendiri bertentangan dengan hukum,” kata Kapolres Langsa.
Terhadap kasus itu, Polres Langsa dan jajarannya akan melakukan penyelidikan untuk mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya sehingga kedua wanita itu menjadi korban.
Sudah pernah ke rumah
Ainul Mardiah, ibunda dari Febi Gebriana kepada Serambi mengatakan, sebelum ke sekolah pada Sabtu kemarin, sudah dua kali wanita tersebut datang ke rumahnya untuk menemui Febi. Namun, ketika wanita itu datang, Ainul Mardiah sedang tidak di rumah. “Saya tak tahu apa tujuan mereka,” kata Ainul Mardiah.
Ketika kejadian Sabtu kemarin, Ainul Mardiah sedang di rumah dan mendapat kabar anaknya hendak diculik di sekolah. “Ketika saya datang, kedua wanita itu sedang diinterogasi di kantor keuchik yang berada dalam komplek pekarangan SD Gampong Kuala Langa,” katanya.
Menurut informasi sekilas yang didapat Ainul Mardiah dari salah seorang tersebut, ia sedang mencari anaknya yang hilang saat tsunami. Namun penjelasan itu tak dipercayai oleh warga hingga terjadilah aksi itu. “Tak lama diinteroagsi, tiba-tiba massa menyerbu kantor keuchik dan menghakimi kedua wanita itu. Saya kasihan sekali melihat nasib kedua wanita itu, sehingga sekuat tenaga berusaha melindungi mereka, tetapi tak mampu,” ujar Ainal Mardiah.
Adik sepupu wabup
Salah seorang wanita yang menjadi korban amuk massa tersebut, yaitu Ir Syafira merupakan adik sepupu Awaludin, Wakil Bupati Aceh Tamiang. Awaluddin secara tegas membantah tudingan yang menyebutkan adiknya bersama Yuniarti adalah penculik.
Menurut Awaluddin, Syafira hanya menemani Yuniarti yang datang dari Banda Aceh untuk mencari anaknya yang hilang saat tsunami. Menurut kabar, sang anak hilang itu berada di Kuala Langsa. “Makanya mereka datang untuk memastikan,” kata Awaluddin.
Awaluddin juga menegaskan, tak mungkin adik sepupunya itu terlibat penculikan karena sehari-harinya ia berugas sebagai PNS di Kantor Penyuluh Pertanian Aceh Tamiang. “Kejadian ini sangat disesalkan,” ujar Awaluddin.
Menurut pantauan Serambi, kedua korban dalam kondisi kritis akibat luka-luka serius di hampir sekujur tubuh. Bahkan, Ir Syafira mengalami patah tulang leher sehingga pihak RSUD Langsa harus merujuknya ke salah satu rumah sakit di Medan. Sedangkan Yuniarti, hingga sore kemarin masih tetap dalam perawatan tim medis RSUD Langsa.
Kasus Aceh Utara
Di Aceh Utara lain lagi. Seorang pemuda bernama Ruslan (25), asal Pangkalan Susu, Sumatera Utara, dihajar massa di Desa Teupien Gajah, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Jumat (10/12) sekitar pukul 22.00 WIB.
Kasus itu berawal karena warga curiga dengan gerak-gerik Ruslan yang mengenakan pakaian serba hitam. “Apalagi sekarang sedang santer isu penclikan,” kata seorang warga.
Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid BE melalui Kasat Reskrim AKP Erlin Tang Jaya didampingi Kapolsek Tanah Jambo Aye, Iptu Mardan P kepada Serambi, Sabtu (11/12) menyebutkan, setelah sempat dikeroyok warga, Ruslan diamankan oleh masyarakat Desa Teupien Gajah dan selanjutnya dijemput polisi.
Berdasarkan pemeriksaan polisi, tersangka datang ke Teupien Gajah untuk main-main. Dia juga mengaku bekerja sebagai pelayan di salah satu cafe di dekat Kesdam Iskandar Muda, Banda Aceh. Namun sepeda motor yang dibawanya, Satria BL 4195 JB merupakan hasil curian. “Beberapa waktu lalu dia mencuri sepmor itu. Dia bekerja juga sebagai juru parkir di dekat Cafe Ayah, dekat Kesdam Iskandar Muda, Banda Aceh. Setelah mencuri sepmor, Ruslan kabur ke Aceh Utara untuk menghilangkan jejak,” ungkap AKP Erlin.
Sumber: serambinews.com