Pedagang kaki lima (PKL) Keputran di sisi selatan bantaran Kalimas kemarin (11/8) membongkar lapak saat ditertibkan. Mereka mengemasi lapaknya sendiri setelah petugas Perum Jasa Tirta mendatangkan alat berat untuk mengeruk lumpur Kalimas.
Sempat terjadi insiden kecil saat ekskavator itu akan memasuki jalan sepadan sungai, sejumlah pedagang perempuan menghadang. Mereka berteriak-teriak agar penertiban dihentikan. “Jangan seenaknya bongkar-bongkar. Lapak ini milik kami sendiri. Kalau maungeruk sungai, ya semuanya. Yang utara juga. Jangan hanya yang selatan,” kata Rosaida, salah seorang pedagang perempuan.
Lantaran pedagang berupaya menghadang, satpol PP dan polisi berupaya mengamankan. Sontak para pedagang memberontak dan berteriak-teriak. “Jangan seenaknya. Jangan main hakim sendiri,” teriak mereka.
Petugas lantas menarik dan memegangi pedagang yang berupaya memberontak. Namun, mereka terus meronta. “Woiii, jangan bongkar seenaknya. Ini puasa. Jangan mematikan penghasilan orang,” ujar mereka.
Petugas keamanan lalu memblokade pedagang. Alat berat itu akhirnya bisa masuk ke jalan sepadan sungai. Kericuhan tidak berhenti sampai di situ. Salah seorang pedagang perempuan berlari masuk ke dalam deretan lapak yang berdiri di sepanjang Kalimas. Sesaat kemudian, pedagang bernama Rosaida tersebut menghadang petugas dengan membawa obor. Dia mengacungkan obor itu kepada para petugas. ”Ayo maju kalau berani. Ayo,” ujarnya.
Para petugas diam sesaat. Ketika ekskavator meringsek masuk, Rosaida semakin geram. Dia mengambil bensin, kemudian menyulut api dengan obor di tengah jalan sepadan tersebut. Api berkobar. Obor di tangannya langsung direbut petugas. Dia dipegangi tiga petugas. Dia terus meronta. ”Ayo maju semua. Ayo maju,” katanya.
Namun, tak seorang pun pedagang yang berani maju atau membantu. Sebab, wilayah tersebut dikepung polisi dan satpol PP. Beberapa petugas berupaya memadamkan api. Sekitar lima menit kemudian, api padam. Imbasnya, pedagang lari tunggang langgang dan mengamankan anak-anak mereka. Para pedagang juga menyelamatkan barang dagangan mereka.
Barang dagangan diangkuti, lalu dinaikkan ke becak. Para pedagang akhirnya juga membongkar lapak mereka. Satpol PP langsung menyediakan truk pengangkut lapak. Satu per satu lapak itu diangkuti.
Ekskavator juga bergerak masuk dan mulai mengangkut lumpur sungai. Pedagang semakin risi karena lumpur itu ditaruh di dekat lapak-lapak mereka. Akhirnya, mereka mengangkuti lapak-lapak.
Plt Kepala Satpol PP Surabaya Arief Boediarto menyatakan akan mengamankan lapak pedagang agar tidak mengganggu lalu lintas. Menurut dia, perlu 1-2 hari untuk menyelesaikan penertiban. ”Nanti mereka bisa ambil lapak tersebut,” terangnya.
Arief menerangkan, pengerukan itu akan berjalan paralel. Perum Jasa Tirta memang memiliki program untuk membersihkan sungai. Karena itu, jalan masuk Kayoon sisi selatan akan ditutup.
Menurut dia, penertiban PKL dilakukan tanpa menunggu pemutusan jaringan listrik. Sebab, hingga kemarin, PLN belum menunjukkan iktikad baik untuk memutuskan jaringan listrik di kawasan tersebut. “Saya mengeluh karena PLN sulit diajak bekerja sama. Semestinya, wilayah itu tak perlu diberi jaringan listrik,” ujarnya.
Penertiban kemarin dikawal ketat oleh petugas Polrestabes Surabaya. Beberapa pentolan kepolisian terjun langsung untuk mengawal penertiban. Kabag Operasional Polrestabes Tagor Hutapea mengoordinasi personelnya di beberapa titik.
Tagor mengungkapkan, metode yang diterapkan dalam penertiban itu sama dengan yang dipakai saat merelokasi PKL Keputran. “Kami sudah mendahului dengan sosialisasi. Bu Yayuk (Kasatbinmas Polrestabes, Red) sudah dua minggu bersosialisasi,” jelasnya.
Menurut dia, penertiban merupakan kewenangan pemprov dan pemkot. Polisi hanya turut mengamankan. Dia berharap, pedagang mengerti. “Kami menyarankan, gubernur dan wali kota jangan asal main geruduk. Tapi, itu terserah wali kota dan gubernur,” jelasnya.
Menurut Tagor, awalnya, tidak ada rencana pembersihan. Masih dilakukan pendekatan persuasif. Namun, karena situasi di lapangan tidak terkendali, penertiban dilakukan.
Kasatbinmas Polrestabes Surabaya AKBP Sri Setyo Rahayu menyatakan akan mengamankan pengerukan di bantaran Kalimas hingga selesai. Dia menuturkan, ada dua pedagang yang diamankan karena membawa obor dan mengancam akan membakar ekskavator. “Kami sudah melakukan pendekatan. Tapi, susah sekali. Sebab, mereka mengakui tanah tersebut sebagai hak mereka,” ujarnya.
Wakapolrestabes Surabaya AKBP Bahagia Dachi ikut meninjau lokasi penertiban. Menurut dia, pengamanan akan dilakukan terus hingga penertiban Keputran selesai. “Kami mengerahkan sekitar dua sampai tiga peleton pasukan,” ujarnya.
Sumber: jawapos.com