jumlah uang palsu (upal) di Solo menjelang Lebaran, ternyata tak terlalu signifikan. Berdasar pantauan Kantor Bank Indonesia (KBI) Solo selama penukaran uang baru yang dilakukan selama ini baru ditemukan upal dengan nominal Rp 150 ribu, dengan pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu.
“Selama loket penukaran uang di KBI Solo atau hampir seminggu lebih dibuka, jumlahnya sangat kecil. Yaitu hanya Rp 150 ribu. Sangat jauh dari uang asli Rp 116 Miliar yang telah tersalurkan ke masyarakat hingga 16 Agustus kemarin,” papar Tigor Silalahi, deputi pemimpin Kantor Bank Indonesia Solo, di lokasi loket penukaran uang KBI Solo, kemarin.
Tercatat sampai Juli 2010, total nominal uang palsu yang berhasil dihimpun KBI Solo selama Januari-Juli 2010 senilai Rp 78.185.000, dengan jumlah 1.207 lembar. Dari total jumlah uang tersebut rata-rata didominasi uang pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu. Jumlah tersebut di luar temuan yang didapatkan pihak kepolisian. Tepatnya hanya yang diterima kasir KBI Solo. Uang palsu temuan BI Solo tersebut, selanjutnya diserahkan ke Polresta Solo untuk dilakukan penyelidikan intensif.
Dijelaskan Tigor, dengan adanya pemberitaan tertangkapnya oknum pengedar upal di Sukoharjo, masyarakat harus lebih teliti dan cermat dalam melakukan transaksi. Pihaknya mengimbau setiap kali melakukan transaksi bisnis seyogianya pada siang hari. Pihak BI dan kalangan perbankan sendiri sudah berusaha semaksimal mungkin memberangus peredaran uang palsu, tinggal kepedulian dari masyarakat.
“Yang pasti peredaran uang palsu selalu mengalami penurunan. Semakin banyak masyarakat yang teliti akan mampu menekan beredarnya jumlah uang palsu di masyarakat. Karena kalau pun dipalsukan biasanya juga tidak mirip,” terangnya.
Guna menekan merebaknya peredaran upal di masyarakat, pihaknya tak pernah berhenti melakukan sosialisasi ke masyarakat. Kalau sebelumnya sering dilakukan sosialisasi ke kasir bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR), saat ini sudah mulai merambah pada sosialisasi ke masyarakat di tingkat RT dan RW.
“Kami sangat terbuka untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat, tentang informasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kami juga selalu bekerja sama dengan pihak kepolisian. Setiap ada setoran dari masyarakat dan perbankan ke BI Solo yang di dalamnya terselip uang palsu, maka langsung kami serahkan ke kepolisian. Tak jarang pihak BI selalu dijadikan saksi ahli,” ungkap Tigor.
Menurut Kasir Muda Senior KBI Solo F.X. Bambang Santoso, tren peredaran uang palsu di eks Karesidenan Surakarta dari bulan-bulan dalam periode yang sama memang cenderung menurun. Kecuali pada Maret dan April yang mengalami kenaikan. Tapi tetap tak terlalu signifikan dibanding bulan lainnya.
“Uang palsu yang masuk ke KBI Solo kami peroleh dari penukaran langsung masyarakat umum melalui loket di KBI Solo. Kemudian lewat surat permohonan klarifikasi atas uang yang diragukan keasliannya dari perbankan. Dan dari setoran pihak perbankan yang disetor ke BI Solo,” ungkap Bambang.
Sumber: jawapos.com