
Namanya Fialdy Josua Pattirajawane (14), pelajar terbaik Kabupaten Deliserdang. Dia akan menjadi wakil Indonesia untuk mengikuti kompetisi sains internasional di Nijmegen, Belanda April ini. Selain Fialdy Josua Pattirajawane, pelajar dari provinsi lainnya juga akan ikut mewakili Indonesia mengikuti kompetisi serupa.
“Jadi tim Indonesia itu terdiri dari 12 murid. Satu dari Sumatera (Fialdy Josua Pattirajawane), 2 dari Jakarta, 2 dari Bandung, 4 dari Yogjakarta, 1 dari Surabaya, 1 dari Bali, 1 dari Papua. Ke-18 pelajar Indonesia ini akan bersaing dengan para pelajar dari 22 negara lainnya (Brazil, China, Serbia, Russia, German dan lainnya,” kata Fialdy Josua Pattirajawane yang didampingi Ibunya drg Annita serta tokoh masyarakat Sumut Dr RE Nainggolan MM saat bertemu dengan Bupati Deliserdang H Amri Tambunan.
Dalam pertemuan itu, Fialdy Josua Pattirajawane juga meminta dukungan dan doa restu dari Bupati Deli Serdang Amri Tambunan. “Kepada ibu saya bilang, sebagai warga Deli Serdang saya harus terlebih dulu bertemu dan berpamitan kepada Bupati Deli Serdang sekaligus meminta doa restu agar nantinya saya dapat mengharumkan Deliserdang di tingkat internasional,” kata Fialdy Josua Pattirajawane yang kini duduk di kelas VIII SMP Chandra Kesuma, Deliserdang.
Dalam kompetisi ini, Fialdy akan mempertandingkan hasil risetnya, yakni menggunakan cangkang kepiting belangkas dijadikan menjadi obat diabetes.
“Riset itu menggunakan chitosan yang ditemukan dari cangkang kepiting belangkas (Tachypleus gigas) di mana biasanya masyarakat hanya memakan telur dan dagingnya saja, sedangkan cangkangnya dibuang. Tapi sejak saya melakukan riset, ternyata cangkangnya itu sangat luar biasa gunanya untuk kesehatan,” kata Fialdy.
Dia juga menjelaskan, proses pembutan cangkang itu bisa menjadi obat diabetes. “Pertama di rendam dengan NaOH, setelah itu kembali direndam dengan HCl lalu direbus menggunakan NaOH. Dan akhirnya diblender dan di campur dengan asam asetat hingga berbentuk menjadi Gel. Saya membuat riset ini bekerja sama dengan seorang dokter dari kampus USU, dan obat ini sudah diujicoba kepada 7 orang pasien penderita diabetes. Hasilnya semuanya menunjukkan hasil yang memuaskan. Mereka sembuhnya ada dalam jangka waktu 2 bulan paling lama dan 2 minggu paling cepat, itu tergantung lukanya,” jelasnya.
April ini ia akan berangkat ke Nijmegen, Belanda (Netherlands), tempat pertandingkan ICYS (International Conference of Young Scientists) ke-18 tingkat internasional dilakukan. Tahun lalu Fialdy Josua Pattirajawane juga melakukan kunjungan yang sama sebelum berangkat mengikuti ajang kompentisi sains belia tingkat internasional 2011 (Internasional Conference of Young Scientists) di Moskow, Rusia. Fialdy Josua Pattirajawane ikuti lomba itu dengan riset di bidang Ekologi dengan judul penelitian Eco Friendly Paper. Adapun Negara peserta yang ikut bertanding di Moskow saat itu, Belarusia, Brazil, Kroasia, Jerman, Georgia, Hongaria, Indonesia, Belanda, Polandia, Rumania, Rusia, Turky dan Ukraina. Fialdy berhasil meraih special award for best di kompentisi peneliti termuda Internasional tahun 2011 lalu.
“Pelajar muda seperti ini harus kita pantau terus, dan tidak boleh kita lepas, harus kita pelihara. Dia masih muda, tapi sudah mampu mengharumkan bangsa ini, jadi pemuda-pemuda seperti ini harus diperhatikan pemerintah, karena ini adalah asset berharga negara yang harus dipelihara dan didorong. Kalaulah ada sejumlah peneliti seperti ini mungkin kita akan berhenti mengimpor obat dari luar, bahkan kita bisa mengekspor nantinya,” kata Amri Tambunan.
Amri Tambunan juga berharap, suatu saat Fialdy Josua Pattirajawane bisa menjadi peneliti dunia. “Jika kalah nanti tidak boleh berhenti membuat riset ya nak, maju terus. Saya akan mendukung mu terus dalam melakukan riset-riset yang akan kamu ciptakan nanti,” tandas Amri Tambunan.| James P. Pardede