Beritabali.com, Tabanan, Ombak lain pantai selatan menunjukkan keganasannya sejak seminggu terakhir. Gelombang tinggi setinggi 3 meteran terus menerpa dengan interval yang begitu cepat.
Akibatnya para Nelayan di Tabanan tidak bisa melaut, dan juga mereka harus rela kehilangan alat tangkap (bubu) lobsternya yang dipasang lantaran tidak berani mengangkatnya ke tengah laut.
“selain tidak melaut mereka juga kehilangan bubu mereka, dan kejadian seperti ini sering dialami nelayan di laut selatan yang terkenal ganas,” ujar Plt. Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bali, I Ketut Arsana Yasa.
Setiap nelayan rata-rata memasang 40 hingga 50 bubu, harga sebuah bubu siap pasang Rp 80.000. Dengan demikian kerugian per nelayan di perkirakan mencapai 4 jutaan akibat gelombang tinggi tersebut.
“Kami berharap kepada pemerintah memperhatikan nasib para nelayan, baik berupa info ramalan cuaca untuk meminimalkan risiko force mayor maupun membantu nelayan menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP), sehingga nelayan kita tidak memaksakan diri melaut,” harapnya.
Menurut Sadam panggilan akrab Arsana tidak hanya nelayan Tabanan yang terkena himbas, hampir semua nelayan di Bali terkena dampaknya sejak Desember 2010.
“Semua mengalami cuaca buruk, angin kencang, gelombang tinggi, bahkan ada bencana gelombang pasang seperti yang terjadi di Singaraja – yang menghancurkan rumah nelayan setempat,” bebernya.
Yang bisa mereka lakukan dalam situasi begini hanyalah mengamankan jukungnya agar tidak terseret gelombang pasang.
Sumber: beritabali.com