Serangan-serangan dari ancaman orang yang tidak bertanggung jawab terbukti sangat mengganggu dan terkadang sulit diduga kedatangannya. Salah satunya adalah bom yang sering digunakan oleh para teroris dalam melancarkan aksi terornya.
Amerika serikat salah satu negara adi daya yang paranoid terhadap keselamatan territorial dan warganya, kini telah berusaha mengembangkan sebuah Handphone genggam yang mampu mencium bahan radio aktif dalam jarak 15 langkah.
Ide ini muncul dari Andrew Longman, salah satu scintiest di Purdue University, Amerika Serikat, yang diperkenalkannya dalam tajuk “Distributed Nuclear Detection by Ubiquitous Cell Phone”.
Menurut Andrew, Handphone di Amerika rata-rata telah menggunakan Global Posistining System (GPS), sebab dalam pola blanket ini sangat mengandalkan kemampuan sistem tracking terhadap suatu lokasi. Untuk itu, Ia hanya memberikan penambahan hardware berupa detector dan software khusus lainnya di dalam handphone tersebut. .
Menyadari potensi bahaya radio aktif bersifat mobile, maka teknologi diatas masih dipadukan dengan keunggulan GPS tadi. Dengan tujuan agar data center secara otomatis bisa memperoleh koordinat si ponsel pendeteksi. Sifat target yang mobile tentu sangat menyulikatkan bagi crew yang memantau di data center, sinyal data center akan melemah dikala obyek menjauh. Untuk mengantisipasi kehilangan jejak, data center bisa menghimpun informasi terbaru dari ponsel –ponsel disekitar area dengan panduan koordinat GPS.
Ternyata di dalam uji coba tersebut, ponsel ini mampu mendeteksi bahan radio aktif, yang kemudian secara otomotis akan mengirim transmisi sinyal ke data (command) center. Lalu, data center akan mengirm informasi ke otoritas keamanan. Hal ini dilakukan tanpa memberikan informasi apapun kepada pemilik ponsel, tujuannya agar tidak membuat panik
seperti yang dilansir Phone reviews, harga handphone yang dilengkapi sensor ini rencananya akan dijual semurah mungkin agar si pengguna dapat merasakan kenyamanan dalam menggenggam handphone tersebut. (Heru)
foto : ilustrasi