Setiap kali ada penembakan di kampus terutama penembakan massa seperti yang terjadi di Virginia Polytechnic Institute dan State University (Virginia Tech) pada 2007 lalu, ada saran bahwa mahasiswa fakultas perlu dipersenjatai, mereka bisa membela diri sendiri dan orang lain dengan menembak si penembak. Pandangan ini telah menyebabkan wacana perlunya membawa senjata di kampus.
Masalah ini telah mendapatkan banyak kritikan. Sementara itu negara bagian Utah, AS adalah satu-satunya negara yang telah lulus hukum yang mengharuskan masyarakat kampus diizinkan membawa senjata secara legal, setidaknya 15 negara telah memperkenalkan undang-undang serupa namun belum disahkan, menurut Andi Bautsch Konferensi Nasional Legislatif. Gubernur Arizona Jan Brewer baru-baru ini memveto undang-undang serupa.
Rincian dari undang-undang ini bervariasi dari negara bagian ke negara bagia lain. Beberapa negara memungkinkan sekolah untuk mengembangkan kebijakan mereka sendiri mengenai apakah membawa senjata diterima di kampus. Tampaknya bahwa sebagian besar kampus yang memungkinkan membawa senjata dapat membatasi setiap individu dari tindakan illegal.
Gary Margolis, managing partner di perusahaan konsultan keamanan sekolah Margolis, Healy & Associates, bekerja sama dengan beberapa sekolah di negara bagian AS di mana undang-undang senjata saat ini sedang dipertimbangkan. Dia mengatakan bahwa tidak ada sekolah yang bisa mendukung memungkinkan senjata di kampus, tetapi mereka mulai mempertimbangkan bagaimana mereka akan mengembangkan kebijakan jika hukum memperbolehkan. “Ada banyak pertanyaan yang perlu untuk dijawab jika pada kenyataannya negara membuat hukum yang bisa membawa senjata ke kampus,” katanya.
Senjata dari Kampus
Sebagian besar sumber-sumber yang diwawancarai untuk artikel ini mengungkapkan kekhawatiran bahwa kehadiran senjata di kampus akan membuat kampus kurang aman. Bahkan jika siswa tidak mengaktifkan senjata satu sama lain, survey membuktikan,ada sekitar 24 persen dari mahasiswa membuat aksi kriminal, serta akan mempermudah banyak orang bunuh diri bila pistol tersedia di rumah.
Penelitian lain baru-baru ini berjudul Tingkat, Risiko, dan Metode Bunuh Diri oleh Siswa di 4-tahun Sekolah Tinggi dan Universitas di Amerika Serikat 2004-2005 menemukan bahwa tingkat bunuh diri mahasiswa di kampus sebenarnya lebih rendah dari sampel nasional, studi dikaitkan dengan kelangkaan senjata api di kampus, meskipun jenis korelasi mungkin sulit untuk didukung.
Sementara itu negara bagian Texas, Amerika Serikat, meloloskan Undang-Undang (UU) yang mengizinkan senjata api dibawa ke dalam lingkungan kampus.
Dengan ini, senjata api yang memiliki izin boleh dibawa ke dalam kelas, dengan catatan tidak kelihatan atau dalam keadaan tersembunyi.
Meski Senat dan House of Representatives mendapat dukungan mayoritas dari anggota parlemen yang didominasi Partai Republik, tak urung isu ini mendapat tekanan dari publik.
Inisiator rancangan undang-undang (RUU) tersebut, Senator dari Partai Republik, Jeff Wentworth berhasil mengumpulkan suara yang diperlukan untuk meloloskan RUU ini. Senat Texas diisi 31 Senator, 19 di antaranya berasal dari Partai Republik, dan sisanya dari Partai Demokrat.
Pendukung UU ini beralasan, izin diberikan sebagai cara untuk melindungi diri dan hak memiliki senjata api. Sementara pihak yang menentang menyatakan senjata api berisiko menimbulkan lebih banyak kasus kekerasan di kampus serta bunuh diri.
Texas memberikan izin untuk kepemilikan senjata api pada 1995. Pemegang lisensi harus berusia minimal 21 tahun dan lulus kursus pelatihan. Izin membawa senjata api telah ditolak di 23 negara bagian di AS sejak 2007. Aslinya, RUU ini meliputi perguruan tinggi swasta, tapi kemudian diubah menjadi hanya perguruan tinggi negeri.