Israel telah memberikan ijin bagi tentara Mesir untuk memindahkan beberapa ratus pasukannya ke semenanjung Sinai untuk pertama kali sejak di tanda tanganinya kesepakatan damai tiga dekade lalu.
Kerusuhan dari para protes membanjiri jalanan di Kairo dan di tempat lain yang mengancam rezim Presiden Hosni Mubarak, para pejabat mengatakan bahwa Israel telah menginjinkan tentara Mesir untuk memindahkan dua batalyon – sekitar 800 tentara – ke Sinai.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah melarang para pejabatnya untuk berkomentar dan membahas situasi di Mesir, dan hanya mengatakan pasukan yang berbasis di daerah Sharm el-Sheikh di ujung selatan Sinai, jauh dari Israel.
Israel prihatin bahwa militan Palestina mungkin mengambil keuntungan dari kerusuhan untuk menyelundupkan senjata ke Jalur Gaza melalui terowongan di bawah perbatasan Mesir-Gaza.
Sementara itu, Presiden Israel Shimon Peres mengatakan hari Senin (1/2), bahwa Israel “selalu menghormati Presiden Mubarak.”
“Tidak semua yang dia lakukan adalah benar, tetapi ia tidak melakukan satu hal yang kita semua bersyukur. Ia penjaga perdamaian di Timur Tengah,” kata Peres pada menyambut duta besar baru Costa Rica di Yerusalem, sesuai dengan Jerusalem Post.
Di bawah perjanjian perdamaian tahun 1979, Israel mengembalikan gurun Sinai ke Mesir. Sebagai imbalannya, Mesir setuju untuk meninggalkan daerah yang berbatasan dengan Israel selatan.
Kerusuhan di Mesir telah menyebar ke segala pelosok kota, para pejabat Israel semakin khawatir dengan stabilitas tetangga selatan mereka, dan terutama isu strategis perjanjian damai selama 30 tahun lalu dengan Mesir.
Surat kabar Haaretz Israel melaporkan, bahwa pemerintah berusaha untuk meyakinkan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk mengekang kritikan atas Hosni Mubarak untuk menjaga stabilitas di wilayah ini.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mendesak Hosni Mubarak untuk melakukan “transisi dan demokrasi sejati” di Mesir dan mengatakan Amerika Serikat ingin melihat pemilihan umum yang bebas dan adil di Mesir.
Menurut Haaretz, para pejabat senior Israel melalui Kementerian Luar Negeri telah mengeluarkan perintah kepada para diplomatnya di Amerika Serikat, Kanada, Cina, Rusia dan beberapa negara Eropa. Para duta besar Israel akan menggalang dukungan akan pentingnya stabilitas Mesir.
Israel juga prihatin dengan masa depan Mesir jika kelompok Ikhwanul Muslimin dan kelompok-kelompok oposisi lainnya di Mesir menguasai pemerintah.
Mubarak pernah memerintahkan angkatan udara Mesir selama periode kekalahan tahun 1967 oleh Israel, mewarisi sebuah perjanjian perdamaian tahun 1979 ketika sang arsitek, Anwar Sadat tewas dibunuh pada tahun 1981.
Sementara itu, Guardian mengabarkan perjanjian ini telah “dinetralkan” musuh terbesar Arab yakni Israel setelah empat perang antara tahun 1948, dan 1973 dan memberikan keamanan di perbatasan selatan dengan Israel.
Israel dan negara barat amat khawatir Mesir di pimpin pihak garis keras yang dapat mengacaukan stabilitas timur tengah setelah kepemimpinan Hosni Mubarak. |GP|heru|ade|
foto: GP.