Ruas jalan negara di lintas selatan yang menghubungkan barat-selatan Aceh dengan Sumatera Utara (Sumut) terancam putus total di kawasan Gunung Tangga Besi, Guliran Naga, Kecamatan Pasie Raja, Aceh Selatan. Badan jalan selebar 3,5 meter itu amblas (longsor) ke arah laut sepanjang lebih kurang 35 meter yang jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan arus transportasi darat putus total.
Wagub Aceh Muhammad Nazar didampingi Bupati Aceh Selatan Tgk Husein Yusuf, Sabtu (9/10) meninjau langsung titik longsor di Gunung Tangga Besi. Dari lokasi, Wagub Muhammad Nazar langsung menelepon Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Muhyan Yunan yang sedang berada di Jakarta. “Ini sangat serius, saya minta segera dicarikan solusi penanganannya,” kata Nazar mengutip pembicaraannya via telepon dengan Muhyan Yunan.
Wartawan Serambi, Suprijal Yusuf yang menyertai kunjungan kerja Wagub Muhammad Nazar ke barat-selatan Aceh menggambarkan, badan jalan yang longsor itu berada di antara tebing cadas dan jurang pinggiran laut. Secara perlahan namun pasti, badan jalan itu terus amblas ke jurang. Hingga kemarin, badan jalan yang tersisa hanya sekitar dua meter lagi. Selain yang telah longsong sepanjang lebih kurang 35 meter, beberapa bagian lainnya juga terlihat sudah retak-retak.
Ditanya apa solusi agar badan jalan itu tidak putus total, menurut Wagub Aceh untuk jangka pendeknya kemungkinan hanya bisa dilakukan penimbunan sisi ke laut dan kemudian membuat sistem penahan tebing (timbunan). Sedangkan jika meruntuhkan batu cadas untuk memperlebar badan jalan, kemungkinan akan sangat membahayakan struktur bebatuan di sepanjang tebing tersebut. “Solusi jangka panjangnya adalah membuka jalur baru. Pemerintah Aceh akan meminta Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dalam hal ini Dirjen Bina Marga segera menangani jalur baru itu. Sedangkan untuk tindakan darurat akan ditangani Dinas BMCK Aceh. Mungkin besok sudah mulai ditangani,” kata Wagub Nazar.
Korban banjir
Usai meninjau titik longsong di Gunung Tangga Besi, Wagub Aceh bersama rombongan bergerak ke Desa Simpang Tiga, Kecamatan Kluet Selatan meninjau jembatan pelat beton di daerah itu yang putus diterjang banjir, Selasa (5/10). Akibat putusnya jembatan ini, 2.500 penduduk di tiga desa, yaitu Simpang Tiga (sebagian), Keude Padang, dan Rantau Beunuang terisolir. “Jembatan yang rusak ini juga di jalan negara, dan ini juga kita minta pusat menanganinya,” kata Nazar. Sebelumnya, Wagub Aceh juga melihat kondisi badan jalan negara di Desa Lhok Pawoh yang terancam ambruk karena tebing pengaman pantai runtuh dihantam ombak.
Abdya
Sebelumnya di Aceh Barat Daya (Abdya), Wagub Muhammad Nazar didampingi Wabup Syamsul Rizal, Dandim Letkol ARM Vian Dwi K, Kapolres AKBP Subakti, dan Kajari Blangpidie Risal Nurul Fitri meninjau lokasi banjir di kawasan Kuala Batee.
Di kawasan ini tidak kurang 3.500 warga dari empat desa, yaitu Ie Mameh, Keude Baro, Lama Tuha, dan Muka Blang terpaksa mengungsi selama empat hari (2-6/10). “Pak Bupati sampai hari ini belum melihat kami, kecuali wakil bupati yang baru hari ini datang bersama Pak Wagub. Untung ada Pak Dandim, Kapolres, dan Kajari yang memberi bantuan dan mendirikan tenda untuk tempat kami mengungsi saat itu,” ujar seorang warga setempat.
Banjir yang melanda kawasan itu akibat meluapnya Krueng Batee yang semakin dangkal. Penyebab lainnya adalah tersumbat dan tidak berfungsinya saluran pembuang Krueng Babahrot yang dibangun pada masa masa BRR NAD-Nias. “Kedua sungai ini harus segera ditangani, kalau tidak banjir akan terus terjadi di daerah ini,” ujar Zaman Akli, anggota DPRK Abdya kepada Wagub Aceh.
Menanggapi itu, Wagub Aceh berjanji akan segera menindaklanjuti laporan masyarakat dan anggota DPRK Abdya. “Saya pikir dalam waktu secepatnya harus ada penanganan darurat agar masyarakat tidak semakin menderita,” kata Nazar sambil meminta Kabid Penanganan Sungai, Danau dan Rawa Dinas Pengairan Aceh Ir Syahrul Djamil mendata persoalan Krueng Batee tersebut.
Aceh Barat
Musibah banjir yang melanda sembilan kecamatan di Aceh Barat bukan hanya menimbulkan gelombang pengungsian, tetapi ratusan anak dan kaum ibu yang menghuni tenda-tenda darurat di Kecamatan Arongan Lambalek, mulai diserang berbagai penyakit seperti gatal-gatal, kurap, kutu air, dan demam tinggi.
Pengungsi mengaku enggan ke posko kesehatan meskipun sudah tersedia petugas medis disebabkan jauhnya pos tersebut dari lokasi pengungsian. “Sudah banyak yang sakit, tetapi mereka lebih memilih bertahan di tenda,” kata Hasanah (70), seorang nenek warga Desa Pante Mutia, Kecamatan Arongan Lambalek. Mengenai makanan sehari-hari, kata Hasanah, mereka mengandalkan makanan yang disediakan dapur umum yang dibuka oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Aceh Barat.
Salurkan bantuan
Pada Sabtu kemarin, staf ahli Menkokesra, Risma Musa dan unsur dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat didampingi Sekda Aceh Barat, Banta Puteh meninjau lokasi pengungsian dan jembatan putus di Kecamatan Arongan Lambalek.
Pada kesempatan itu, utusan Menkokesra menyalurkan bantuan Rp 100 juta yang diserahkan untuk korban banjir di wilayah itu. Selain bantuan darurat tersebut, Pemkab Aceh Barat juga mengusulkan bantuan ke pemerintah pusat sebesar Rp 232 miliar untuk proses rehab rekons pascabanjir. Pihak BNPB berjanji akan memperjuangkan usulan itu melalui APBN 2011.
Masih di Aceh Barat, lintas provinsi yang menghubungkan Meulaboh-Calang via Kuala Bhee, kawasan Ateung Teupat, Kecamatan Bubon, Aceh Barat, hingga siang kemarin masih terendam dengan ketinggian antara 50-70 cm. Pengguna jalan yang menggunakan kenderaan roda dua terpaksa menggunakan jasa becak dayung dengan ongkos Rp 10.000/sepeda motor.
Aceh Singkil
Di Kabupaten Aceh Singkil, areal persawahan seluas 733 hektare terendam banjir, dan dari jumlah itu, 365 hektare di antaranya dipastikan mengalami gagal panen. Genangan telah mulai surut meski di sebagian lainnya masih tetap terendam. Kepala Dinas Pertanian Aceh Singkil, H Asmauddin yang dihubungi Serambi membenarkan lebih dari separuh areal sawah yang terendam banjir terancam gagal panen.
Sawah yang mengalami kerusakan cukup parah hingga terancam gagal panen antara lain di Desa Ujung Limus, Cibubukan, dan Tanjung Mas, Kecamatan Simpang Kanan. Juga di Suka Makmur, Tanah Bara, dan Sianjo-anjo, Kecamatan Gunung Meriah. Berikutnya di Teluk Ambon dan Suka Makmur, Kecamatan Singkil. Tak terkecuali areal pesawahan di Singkohor dan Kecamatan Singkil Utara.
Hingga Sabtu kemarin, banjir yang merendam wilayah Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, belum menunjukkan tanda-tanda akan surut. Di Desa Siti Ambia dan Kilangan, banjir masih menggenangi badan jalan dengan ketinggian sedengkul orang dewasa. Begitu juga di Desa Teluk Rumbia, Rantau Gedang, Takal Pasir, dan sejumlah desa lainnya.
Sumber: serambinews.com