Setiap prajurit marinir di dunia adalah saudara. Itulah slogan yang menunjukkan adanya ikatan persaudaraan yang kuat di antara para marinir. Tidak hanya sesama satuan di dalam negeri, tapi juga sesama marinir dari seluruh dunia. Walau terkadang para marinir sering harus berhadapan di medan tempur, tapi di masa damai mereka adalah saudara.
Tradisi tersebut muncul di kalangan marinir, dimungkinkan karena tingkat keterampilan tempur para marinir di seluruh dunia sudah sangat seragam sehingga masing-masing satuan sudah tahu kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Mengenai sejarah korps marinir kebanggaan kita? Majalah Edisi Koleksi Angkasa berjudul Operasi Amfibi pernah membahas sejarah Korps Marinir TNI AL. Menurut pada sejarahnya, semuanya bermula dengan terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut pada tanggal 10 September 1945 yang beranggotakan mantan pasukan Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine), Heiho Laut (Kaigun Heiho), nelayan dan rakyat sipil lainnya.
Kesatuan ini kemudian berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Laut dan berkembang pesat dengan banyaknya prajurit yang mendaftar dengan segala macam keahliannya.
Tanggal 15 November 1945 dibentuklah beberapa korps di resimen yang berkedudukan di Tegal, yaitu Korps Navigasi, Korps Mesin, Korps Polisi Tentara Laut dan Korps Tentara Laut (Corps Mariniers). Komandan pertamanya adalah Mayor Laut Agus Subekti. Tanggal 9 Oktober 1948, Korps Tentara Laut berubah nama menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO – AL). Sejak tanggal 15 November 1975, namanya berubah lagi menjadi Korps Marinir sampai sekarang.
Tugas pokok Korps Marinir adalah membina kekuatan, kesiapsiagaan dan kemampuannya sebagai pasukan pendarat amfibi dalam rangka proyeksi kekuatan ke darat melalui laut. Berdasarkan tugas pokok Korps Marinir inilah akhirnya Supodito Citrawijaya mendesain emblem baret ungu Korps Marinir, lengkap dengan pita semboyan “Jalesu Bhumyanca Jayamahe” yang berarti Di laut dan di darat kita berjaya.
Mendapati jejak-jejak marinir di masa silam Nusantara. Sesuatu yang masuk akal mengingat kondisi Nusantara yang berbentuk kepulauan sehingga banyak kerajaan yang memiliki kekuatan Angkatan Laut yang kuat plus pasukan marinirnya.
Bergerak ke belakang, bisa dicatat adalah kekuatan Angkatan Laut Kerajaan Gowa di bawah pimpinan Sultan Hasanudin, demikian juga kekuatan Kerajaan Bone di bawah pimpinan Aru Palaka. Selanjutnya adalah kekuatan Angkatan Laut Kerajaan Banjar yang memiliki spesialisasi dalam pertempuran sungai.
Sejarah Nusantara juga mencatat komandan marinir perempuan dari Kesultanan Aceh, yaitu Laksamana Keumala Hayati. Di bawah komandonya, marinir Aceh pada tahun 1599 menyerang armada laut Belanda di bawah pimpinan Cornellis de Hautman yang berujung pada tewasnya De Hautman.
Pernah dalam sejarah masa silam, Angkatan Laut benar-benar dihapuskan oleh salah satu kerajaan besar di tanah Jawa, dan juga dalam sejarah Indonesia modern. Angkatan Laut kita mendapat julukan sebagai Angkatan Laut terkuat di belahan bumi selatan yaitu saat masa pemerintahan Bung Karno.
Source : |sejarah.kompasiana.com|