
Untuk menanggulangi masalah bahan bakar minyak (BBM), Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) telah menyiapkan bebarapa opsi. Salah satunya adalah adalah menaikkan harga BBM bersubsidi.
Demikian hal itu disampaikan oleh Deputi Tim Transisi Andi Widjajanto, sebagaimana dilansir liputan6.com, Rabu.
“Opsi-opsi sudah disampaikan, mulai dari opsi 500, 1.000, 1.500, akan dimusyawarahkan bareng-bareng antara SBY dan Jokowi, opsi kenaikan paling tinggi 3.000 langsung di 2014 atau disebar beberapa kali,” ungkap Andi.
Setidaknya ada 5 alasan Indonesia harus menaikkan harga BBM-nya. Pertama, harga terlalu murah dibandingkan dengan negara lain. Kedua, kuota BBM bersubsidi yang ditetapkan DPR bersama pemerintah setiap tahun selalu terlampaui sehingga disinyalir jebolnya kuota ini karena penyelundupan di mana-mana.
Ketiga, sejak awal dekade 2000, Indonesia telah beralih status dari negara eksportir menjadi net importir minyak. Keempat, subsidi BBM yang berlangsung selama ini tidak sesuai ketentuan UU 30/2007 tentang Energi.
Terakhir, seperlima APBN telah tersedot untuk subsidi energi yang bersifat konsumtif. Hal ini membuat ruang gerak belanja negara untuk sektor produktif yang lebih bersifat jangka panjang menjadi terbatas.
Opsi-opsi ini muncul setelah beberapa pekan terakhir terjadi kelangkaan BBM di berbagai stasiun pengisian bahan bakar minyak di beberapa daerah di Indonesia. (sol)