Reformasi yang terjadi di Indonesia ternyata juga berdampak makin banyaknya kalangan ekstrimis radikal kanan dan kiri yang membuat wajah Indonesia menjadi ‘menakutkan’. Kelompok radikal kanan dan kiri sekarang sedang menikmati aktivitasnya di tengah masyarakat mainstream yang toleran dan harmoni.
Menyadari fenomena ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tetap akan mengusung toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kita tidak perlu putus asa, NU pada jalur yang tepat untuk tetap berada pada kelompok yang mengusung harmoni, toleran,” Kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Asad Said Ali, Minggu (26/6/2011).
Menurut Asad Said Ali, kelompok Islam Radikal dan Neo Liberalisme sama-sama merugikan Indonesia. Keduanya menafikan Indonesia sebagai negara besar yang lahir melalui perjuangan panjang anak bangsa.
“Satunya ingin sistem khalifah, negara Islam, dan satunya memimpikan federasi. Bagi NU Pancasila dan NKRI adalah pilihan final. Karena itu kembalikan Pancasila di tengah mainstream masyarakat Indonesia,” kata Asad.
Dia menyerukan agar pemerintah secepatnya melakukan keberpihakan terhadap kelompok besar masyarakat yang harmoni dan toleran.
“Itu sih saran. NU tidak akan bosan mengajak Pemerintah agar memihak nilai-nilai pesantren yang harmoni dan toleran,” Saran Asad. |dtc|