
KIAI!! begitu teriak dua pria yang saling menyerang dengan pedang kayu. Suasana pun berubah menjadi mendebarkan.
Setiap kali menyerang, kedua pria dengan baju bergaya tradisional Jepang itu selalu berteriak ‘meng!, kote! do!’.
Nyatanya, teriakan itu bukan sekadar ekspresi emosi, melainkan menunjukkan bagian-bagian tubuh lawan yang akan diserang.
Meng berarti kepala, kote berarti tangan, dan do berarti bagian perut. Teriakan itu memang terdengar aneh karena berarti membuka strategi serangan.
Namun, teriakan itu menjadi aturan mutlak di seni bela diri Kendo. “Setiap mau menyerang harus dibarengi teriakan. Tidak bisa kita menyebut Meng, tapi menyerangnya bagian Kote. Itu tidak akan dapat poin,” tutur Ari Andika Putra kepada Media Indonesia, Rabu (7/9). Ari ialah salah satu kendoka sebutan pemain Kendo. Hari itu ia dan teman-temannya yang tergabung dalam unit kegiatan mahasiswa (UKM) Kendo Universitas Darma Persada (Unsada) berlatih di kampus yang terletak di Duren Sawit, Jakarta Timur, itu.
Sebelum bertarung, para kendoka juga harus mengenakan pakaian dan pelindung diri yang lengkap. Pakaiannya terdiri atas atasan dengan potongan mirip kimono yang disebut keigoki, sedangkan bawahan berupa celana lebar yang disebut hakama.
Setelah itu, ada pelindung perut dan ada yang disebut dou. Kendoka juga mengenakan pelindung tangan yang disebut kote dan semacam ikat pinggang yang terdiri atas banyak pelepah yang disebut tare. Sementara itu, ada pelindung kepala yang berbentuk seperti helm di permainan anggar, tapi dengan kain yang memanjang ke bahu disebut dengan men. Setelahnya kendoka baru bisa mengangkat pedang bambu yang disebut shinai. Cara memegang shinai pun harus dilakukan dengan aturan.
“Saat memegang shinai, tangan kiri itu harus di atas tangan kanan. Jadi, tumpuan kekuatan harus ada di tangan kiri, sedangkan ketika melangkah itu harus lurus ke depan, tidak boleh ke samping,” terang Ari.
Cara hidup
Begitu banyaknya aturan dalam kendo sebenarnya menggambarkan pula makna seni bela diri itu. Secara harafiah kendo berasal dari kata ken yang artinya pedang dan do memiliki arti jalan.
Karena itu, Ari mengartikan kendo secara keseluruhan ialah suatu jalan atau proses disiplin diri yang membentuk suatu pribadi samurai yang pemberani dan loyal.
“Karena dalam praktiknya, olahraga beladiri kendo ini tidaklah hanya sebuah olahraga semata, tetapi menggabungkan unsur-unsur bela diri, seni, dan olahraga itu sendiri,” jelasnya.
Senior kendoka lainnya di Unsada, Nurhadi Yahya, menjelaskan tujuan kendo ialah membangun karakter, disiplin, dan rasa hormat. Ada yang mengatakan kendo sedikit berbeda dengan olahraga, tapi lebih pada sebuah cara hidup.
“Makanya, para kendoka diajari bagaimana beretika, tidak hanya berlatih silat. Seperti setiap kali masuk ke tempat latihan atau dojo, haruslah membungkuk atau rei (memberi hormat) kepada sesama kendoka,” terang Nurhadi. Selain itu, para kendoka harus menjaga kebersihan dojo. Tidak boleh ada sepatu yang diperkenankan masuk dojo, tetapi harus ditata rapi di luar.
“Mereka juga diajarkan kesopanan, rasa malu, dan cara menghormati guru dan senior. Dan, masih banyak lagi tata krama yang diajarkan agar menjadi pribadi yang baik. Jadi, tentu kendo ini tak hanya seperti olahraga, tetapi banyak arti kehidupan yang diajarkan di dalamnya,” pungkasnya.
sumber : mediaindonesia.com