Warga India kembali berduka. Di mana sebuah kereta api berkecepatan tinggi menabrak bagian belakang kereta api penumpang yang sedang tidak beroperasi pada Senin(19/07) kemarin. Sedikitnya terdapat 61 orang tewas dan 165 lainnya luka-luka, dan dalam keadaan kritis.
Awal kejadian itu bermula ketika kereta api penumpang sedang berhenti menunggu waktu untuk meninggalkan stasiun Sainthia, Distrik Birbhum, 260 kilometer utara negara bagian West Bengal, Ibu Kota Kolkata. Dan secara tiba-tiba datang kereta api cepat dan langsung menabrak bagian kereta api yang dipenuhi oleh penumpang
Mayat dan korban yang terluka ditarik dari dalam gerbong yang sudah hancur oleh regu penyelamat dan dibantu dengan warga yang sedang berada di lokasi kecelakaan. Perlu diketahui, tragedi kecelakaan kereta api ini adalah yang kedua terjadi dalam kurun waktu kurang dari dua bulan di India.
Pada bulan Mei lalu, hampir 150 orang tewas ketika kereta api berpenumpang berkecepatan tinggi tujuan Mumbai dari Kolkata keluar rel dan masuk ke jalur kereta api yang akan datang menyimpang dari rel ke jalur kereta barang yang lewat. Polisi menyatakan sebagian dari rel secara sengaja telah dipotong. Dan aparat kepolisian mengatakan kelompok pemberontak Maois berada di belakang sabotase tersebut.
Menteri Perkeretaapian India, Mamata Banerjee dan Ketua Dewan Perkeretaapian,Vivek Sahai menolak bahwa tragedi peristiwa yang memakan korban jiwa kemarin adalah sabotase. Hal senada juga dikatakan Srikumar Mukherjee, Menteri Pertahanan Sipil, negara bagian West Bengal yang menyatakan tidak ditemukan bukti terjadinya kesengajaan.
“Ini bukan aksi sabotase. Kecelakaan tragis ini terjadi akibat kelalaian petugas rel kereta api,” kata Mukherjee, di lokasi kejadian seperti dilansir kuwaittimes.net.
Mukherjee juga mengatakan jumlah total 61 orang telah tewas dan 165 terluka, 89 di antaranya dalam keadaan kritis.
Sebuah rumah sakit lokal di Kolkata mengatakan mereka kewalahan dengan jumlah korban.
“Ada penumpang terluka menggeliat kesakitan di lantai ruang gawat darurat tanpa pengawasan,” ujar Samir Nandy, yang datang untuk mencari saudara iparnya, kepada AFP. (Heru Lianto)
foto : kuwaittimes.net