
Korupsi, kolusi dan nepotisme semakin merajalela di negeri kita. Para elit politik, pegawai pemerintahan, kepala daerah dan anggota dewan sudah tak malu lagi ketika tertangkap tangan melakukan korupsi.
Demikian dikatakan Ketua DPD Perhimpunan Indonesia Tionghoa Sumatera Utara (INTI Sumut) dr. Indra Wahidin kepada SWATT Online, Selasa di Medan.
“Budaya malu masyarakat kita semakin terkikis terutama sejak kran reformasi dibuka lebar-lebar. Di era reformasi sekarang, masyarakat bisa bebas mengeluarkan pendapat dan kritikannya terhadap pemerintah. Hanya saja, kritikan dan masukan dari berbagai elemen masyarakat itu sering diabaikan oleh pemerintah kita,”ujarnya.
Para pemimpin dan anggota dewan kita, lanjutnya sewaktu kampanye dengan lantang menyuarakan bahwa mereka memiliki tekad dan komitmen untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat. Akan tetapi, ketika mereka sudah memperoleh kedudukan sebagai pemimpin dan menjadi anggota dewan, mereka hanya memiliki tekad untuk memperjuangkan aspirasi rakyat tanpa dibarengi dengan komitmen.
“Tekad dan komitmen harus sejalan. Kalau hanya tekad saja tapi tidak memiliki komitmen, ya sama saja. Demikian sebaliknya, kalau hanya komitmen tapi tak punya tekad sama saja hanya angan-angan,”paparnya.
Pemahaman kita terhadap nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 semakin memudar, tambah Indra Wahidin yang pernah ikut Lemhanas RI KSA XI 2001 ini. Sewaktu sekolah dulu kita telah diajarkan nilai-nilai dasar moral dan budaya malu. Mental kita juga telah dibina selama mengikuti pendidikan di sekolah dan pendalaman pengetahuan agama menurut kepercayaan kita masing-masing.
“Mental dan budaya malu generasi muda kita ke depan harus benar-benar dipersiapkan dari sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk pendidikan karakter seperti yang diprogramkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional M.Nuh,” tegasnya.
Generasi muda yang menjadi harapan bangsa ini ke depan, katanya, harus benar-benar memiliki tekad dan komitmen untuk membela hak-hak rakyat. Jangan nantinya setelah menduduki jabatan penting di pemerintahan atau di partai politik, budaya malu jadi hilang. Tekad dan komitmen pun jadi tak seiring sejalan. Semua tertutupi kepentingan. |James P. Pardede