MAKASSAR, BKM — Peruhu jolloro Kontak Janda, berpenumpang 15 orang, dilaporkan hilang di sekitar perairan Barranglompo dan Barrangcaddi, Makassar, Minggu (4/9) sore. Perahu ini meninggalkan Pelabuhan Paotere menuju Pulau Dewakkang Lompo, Kabupaten Pangkep, sejak 22 Agustus lalu.
Pihak keluarga melaporkan hilangnya kapal ini, Minggu (4/9) karena setelah berangkat hampir dua pekan, mereka belum tiba di tujuan. Jarak antara Pelabuhan Paotere menuju Pulau Dewakkang biasanya ditempuh dengan waktu normal sekitar 10 jam.
Senin (5/9), Tim SAR gabungan telah melakukan pencarian dengan menyisir lokasi yang diduga tempat tenggelamnya jolloro Kontak Janda di sekitar Barranglompo.
Namun pencarian dihentikan karena cuaca yang kurang baik. Pencarian rencananya akan dilanjutkan, Selasa (6/9) hari ini.
Menurut sejumlah tim SAR, kemungkinan jolloro Kontak Janda, diterjang ombak saat melintas di perairan Barralompo. Mengingat dalam sepekan terakhir, ketinggian ombak mencapai dua meter.
Bangkai perahu juga belum ditemukan. Tim SAR sendiri hanya menemukan peti ikan di sekitar perairan Dewakkang.
Korban masih dalam satu rumpun keluarga yang tinggal di Pulau Dewakkang. Mereka adalah Daeng Mando (60), Daeng Roa (40), Daeng Tayang (30), Daeng Baya (28), Daeng Ngugi (40), Daeng Dani (15), Agus (15), Daeng Aji (50), Dewa (28), Daeng Timang (60), Daeng Bundu (50) dan Sarifa (30).
Ada beberapa penumpang lainnya yang belum diketahui identitasnya. Kedatangan mereka sebelumnya ke Kota Makassar dalam rangka berbelanja untuk kebutuhan Lebaran.
Berita tentang hilangnya 15 warga itu diketahui setelah adanya laporan dari sanak saudara mereka yakni Daeng Bantang (45). Ia mengaku tidak menerima kabar dari pihak keluarganya yang berangkat dari Paotere hingga saat ini. Dari kelima belas korban yang hilang tidak satu pun berhasil ditemukan. Bantang mengaku, terakhir kehilangan kontak dengan seorang penumpang, Dewa, setelah melakukan perjalanan sekitar empat jam dari Pelabuhan Paotere menuju Pulau Dewakkang.
Bantang mengaku, hingga Minggu malam (4/9/2011), ia baru meminta bantuan kepada tim SAR Maritin dan Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud).
“Selama ini kami dari pihak keluarga hanya melakukan pencarian. Itupun kami hanya melakukan selama dua hari. Dari Hari Jumat hingga Sabtu 27 Agustus dan 28 Agustus. Karena sampan yang mereka gunakan berukuran kecil yang tidak mampu mengarungi cuaca buruk”, jelasnya.
Bantang mengaku kelima belas korban tersebut merupakan kerabatnya. Empat orang diantaranya Daeng Mando, Daeng Ngugi, Daeng Baya dan Daeng Tayang. Mereka adalah saudara kandungnya sendiri.
Tim gabungan SAR yang menerima laporan langsung turun melakukan pencarian. Mereka menyisir perkiraan atas rute yang digunakan sampan korban. Penyisiran ini akan dimulai dari Pelabuhan Paotere menuju Pulau Dewakkang.
“Kami baru menerima laporan dari Daeng Bantang Minggu malam. Ia sebenarnya sudah melakukan pencarian namun tidak berhasil makanya meminta tolong SAR untuk ikut melakukan pencarian,” ujar Yoga, salah seorang anggota SAR.
Menurut Yoga, sejumlah tim SAR sudah berada di sekitar lokasi yang diduga tempat hilangnya kontak dengan penumpang kapal. “Anggota kami saat ini sudah melakukan pencarian. Untuk sementara hanya ada peti ikan yang ditemukan. Peti itu diduka milik kapal,” terangnya.
Sementara itu, Kapolda Sulsel Irjen Pol Johny Wainal Usman yang dihubungi mengaku pihak Polres Pangkep dan Polair sudah melakukan pencarian di sejumlah titik yang diduga rute yang dilalui. “Namun sampai saat ini belum ada laporan bahwa ada ditemukan mayat atau pun bangkai kapal. Ini masih kami dalami,” tandasnya.
Sebenarnya, sambung Johny, pihak kepolisian awalnya menduga kalau warga Pulau Dewakkang itu belum berangkat berlayar. Buktinya, meski telah dilakukan pencarian ternyata tidak ditemukan bangkai atau pun jenazah warga.
“Tapi kami terus akan berupaya melakukan pencarian,” katanya.
Sumber: beritakotamakassar.com