Setidaknya 13 pengunjuk rasa tewas dalam aksi demonstrasi di Mesir. Ribuan pegunjuk rasa berupaya untuk kembali menduduki Lapangan Tahrir di Kairo, Mesir setelah polisi dan militer berupaya menyingkirkan mereka dengan sejumlah aksi kekerasan. Laporan menyebutkan setidaknya 13 orang tewas dalam aksi unjuk rasa menentang kekuasaan militer di negara itu sepanjang akhir pekan.
Uni Eropa telah mengutuk aksi penanganan unjuk rasa oleh pihak keamanan Mesir yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, mereka menyebut keamanan Mesir menangani para pengunjuk rasa dengan “kekuatan penuh.” Selain di Kairo aksi juga meluas ke sejumlah wilayah seperti Alexandria, Suez dan Aswan.
Sumber dari kalangan pekerja medis menyebutkan total ada 11 orang yang tewas dalam peristiwa bentrokan hari Minggu (20/11) dan ada dua korban tewas lainnya jatuh di hari Sabtu (19/11). Unjuk rasa ini muncul sepekan menjelang pemilihan anggota parlemen yang pertama sejak Presiden Hosni Mubarrak dipaksa mundur dari kekuasaannya Februari lalu.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton telah meminta penguasa di Mesir untuk menghentikan kekerasan dalam menghadapi pengunjuk rasa. “Saya mendesak agar pemerintah Mesir bisa bersikap tenang dan menahan diri dan mengutuk penggunaan kekuataan penuh dalam mengahadapi mereka. Memang tidak bisa disangkal bahwa proses transisi ini merupakan sesuatu yang sulit dan menantang,” kata Ashton.
“Saya tegaskan bahwa pemerintahan sementara saat ini dan semua pihak yang terlibat didalamnya punya kewajiban penting untuk mendengarkan rakyat dan melindungi aspirasi demokratis mereka.” Dalam peristiwa yang berlangsung hari Minggu (20/11), polisi dan tentara bersenjata terus menembakan gas air mata ke sejumlah kerumunan pengunjuk rasa.
Mereka juga berupaya menutup jalan yang menuju kantor kementerian dalam negeri setelah sebelumnya pengunjuk rasa melempari kantor kementerian itu dengan batu. Polisi juga sempat memukuli para demonstran dan membongkar tenda para pengunjuk rasa di lapangan Tahrir. Meski sempat membubarkan diri namun dalam beberapa jam pengunjuk rasa kembali mendatangi lapangan tersebut.
“Kekerasan pada hari Sabtu (19/11) menunjukan kepada kami bahwa Mubarak masih memegang kekuasaan,” kata salah seorang pengunjuk rasa, Ahmed Hani kepada kantor berita Associated Press. Dia mengatakan pemimpin pemerintahan yang saat ini berasal dari kalangan militer, Hussein Tantawi harus mundur dan menyerahkannya kepada kelompok sipil. |dtc|