Kini Ratna Ningsih (22) terbaring lemas di Ruang Edelweis, kamar No 3 kelas 3, RS UKI, Cawang, Jakarta Timur. Dia harus menjalani perawatan karena tubuhnya melepuh setelah menjalani pengobatan di Puskesmas Ciracas akibat deman dan sakit mata yang tidak kunjung turun. Peristiwa itu bermula ketika sang suami membawa berobat istrinya ke puskesmas tidak jauh dari tempat tinggalnya di kawasan Ciracas, Jumat (22/7) lalu.
Saat berada di Puskesmas Ciracas, istrinya langsung mengeluhkan penyakit yang dideritanya. Dokter pun langsung memberikan obat-obatan untuk mengobati keluhan yang diderita Ratna tanpa mengecek kondisi tensi sang pasien.
“Ada empat macam obat yang diberikan, seperti Amoxilyn, obat penurun panas, vitamin, dan antibiotik,” ujar Rahmat (29), suami Ratna saat ditemui wartawan di RS UKI, Kamis (4/8) malam. Usai membayar biaya administrasi dan obat-obatan di Puskesmas, dia dan sang istri pun langsung pulang ke kediamannya di di Jl Lapangan Tembak RT 002/02, Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
Sesampainya di rumah, Ratna langsung menelan pil-pil yang sudah diberikan dokter puskesmas. Namun, apa yang dirasanya setelah menelan pil tersebut bukan makin membaik. “Matanya makin bengkak, demamnya enggak mau turun. Parahnya lagi bintik hitam seperti cacar mulai muncul di badannya,” tutur Rahmat.
Melihat itu, imbuh Rahmat, dia panik dan keesokan harinya merujuk istrinya itu ke klinik dekat kediamannya di Jl Lapangan Tembak, Gg II, RT 2/2. Dokter mendiagnosa jika Ratna terkena penyakit cacar. Ratna langsung menelan obat yang telah diberikan dokter klinik. Lagi-lagi, sakit mata dan demamnya tidak kunjung turun. “Bintik-bintiknya semakin membesar, bahkan ada seperti koreng di dekat mulutnya,” ujar Rahmat.
Keluarga pun kembali merujuk Ratna ke dokter lainnya. Ratna dibawa ke Pusdikkes Kramatjati. Namun di sana pihak rumah sakit tidak dapat menangani karena dokter spesialis kulit tidak bertugas dan disarankan ke RSCM. “Saya tidak langsung ke RSCM tapi ke RS Pasar Rebo tapi ditolaj dengan alasan tidak ada spesialis kulit,” terang Rahmat.
Barulah tanggal 25 Juli, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, Rahmat berencana membawanya ke RSCM. Namun, karena kendaraan yang ditumpanginya melintas di depan RS UKI, akhirnya Rahmat memutuskan untuk membawa istrinya itu ke RS UKI. “Di sini akhirnya diterima,” jelasnya.
Dokter yang menangani Ratna, dr. Rizkie, menyatakan setelah 11 hari menjalani perawatan di RS UKI kondisi Ratna berangsur membaik. Jika saat pertama masuk Ratna tidak bisa membuak mulut dan mata kini dia sudah dapat membuka mata dan mulutnya. Dari hasil diagnosa Ratna mengalami Systemic Lupus Erythematosus’ (SLE) dan ‘Syndrome Steven-Johnson’ (SSJ). “Pasien alergi terhadap suatu obat,” jelas Rizki.
Kini Dokter berupaya untuk menghilangkan jamur dan infeksi yang menyerang tubuh Ratna. “Kita juga akan jaga obat-obatan yang masuk kedalam tubuhnya, agar tidak ada lagi yang menimbulkan alergi,” jelasnya. |dtc|