Puluhan mahasiswa program studi Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) FKIP Unsyiah, dengan berpakaian serba hitam kembali melakukan aksi protes dengan menggelar teatrikal kematian di depan kampus mereka di Jalan Inong Balee, Darussalam, Senin (25/10). Aksi demo yang untuk ketiga kalinya mereka lakukan, kemarin, dimaksudkan untuk menegaskan sikapnya bahwa mereka yang dianggap bersalah –karena telah melanggar surat edaran Rektor– rela diskor dengan syarat para dosen yang telah melakukan mogok mengajar selama hampir satu bulan itu juga dipecat.
Aksi teatrikal upacara kematian yang digelar oleh para mahasiswa Sendratasik FKIP Unsyiah itu, dimulai pukul 08.30 WIB hingga tengah hari kemarin, juga sempat menarik perhatian masyarakat yang lalu-lalang di depan kampus itu. Dengan mengusung keranda dan mayat tiruan, mereka juga berorasi sambil menyanyikan lagu-lagu duka.
Koordinator lapangan, Munzir, dalam orasinya mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap pimpinan FKIP Unsyiah, yang dinilai cuek dengan protes yang mereka lakukan itu. “Kami kecewa dua kali. Sebab, dua kali kami berdemo, namun Dekan tidak juga menjumpai kami. Bahkan, ada dosen yang menantang dengan mengatakan, kalau kalian mau lapor ke media silahkan atau ke jalur hukum juga silahkan,” katanya.
Menurut Munzir, pada prinsipnya mereka tidak keberatan diskor, kalau memang dianggap telah melakukan kesalahan fatal. Tapi, para dosen Sendratasik yang telah melakukan mogok mengajar selama hampir sebulan itu juga harus dipecat. “Upaya musyawarah secara damai dan kekeluargaan sudah kita lakukan, tapi para dosen tersebut justru menampakkan taring kekuasaannya itu,” ujarnya.
Sementara itu, seorang alumni Sendratasik Unsyiah yang hadir juga pada upacara kematian itu, Afifuddin, stambuk 2000 mengatakan, menanggapi situasi yang memprihatinkan itu, dia dan senior lainnya siang akan menggelar rapat di kampus itu, guna membicarakan langkah hukum yang akan dilakukan, karena tidak ada tanggapan dan itikad baik dari Dekan FKIP dan para dosen.
“Ini sangat melukai FKIP sebagai sebuah lembaga pendidikan yang menciptakan pendidik dengan sistim yang bobrok, bertingkah tak selayaknya seorang pendidik, menghukum mahasiswanya dengan mogok mengajar dengan waktu yang lama,” kata Afifuddin, kemarin.
Temui Dekan
Tidak lama para senior dari stambuk 1990-2003 menggelar rapat, para mahasiswa pun diminta menghadap Dekan di gedung baru FKIP Unsyiah. Mereka pun saat itu segera menghubungi kuasa hukum mereka dari LBH, Sanura SH untuk mendampingi mereka menjumpai Dekan dan dosen di gedung baru FKIP. “Tadi secara kekeluargaan kuasa hukum kita menjadi penengah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,” kata Munzir.
Munzir mengatakan, atas kesepakatan bersama dosen berjanji akan mulai mengajar, Besok (26/10). “Agak lama juga kita melakukan dialog yang awalnya sama-sama bersitegang. Dekan dan kuasa hukum kami dalam hal ini sama-sama meminta agar kami dan dosen saling memaafkan dan mengakui kesalahan masing-masing,” katanya lagi.
Sementara itu, Dekan FKIP Unsyiah, Prof Dr M Yusuf Aziz MPd mengatakan kepada Serambi melalui telepon, bahwa pertemuan tadi berakhir damai, dan pada akhirnya antara mahasiswa dan dosen sama-sama saling bisa memahami bisa menerima, serta memaafkan dan saling berjanji tidak melakukan pelanggaran lagi.
“Akhirnya kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Semoga tidak ada masalah lagi. Dari keterangan dosen tadi, sebetulnya mereka sudah mengajar dari Rabu pekan lalu, tapi karena aksi yang dilancarkan mahasiswa jadi proses mengajar itu pun tidak dilakukan. Besok, para dosen sudah sepakat mengajar full,” kata Yusuf Aziz.
Sumber: serambinews.com