SIAPA sangka, saat masih duduk di bangku SLTA, M. Makruf Deni S sangat bandel dan nakal. Kalau sekolah sering bolos dan tawuran. Namun semua itu telah berubah pada dirinya.
Ia menjadi sosok yang disipilin dan rajin menunaikan kewajibannya bekerja sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkot Jakarta Pusat.
Makruf merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai penjahit dan ibunya berdagang baju di pasar di Mojokerto, Jawa Timur. Sebagai anak penjahit dengan tujuh anak, kehidupan orang tuanya sangat pas-pasan. Sehingga saat masih duduk di bangku SMP sempat bekerja sebagai pengrajin kapal hias untuk membantu orang tua.
Selepas SMP, dia melanjutkan sekolah di SMA. Namun, di sekolah justru sering bolos dan tawuran. Bahkan orang tuanya sempat kewalahan dengan kenakalan anak bungsunya tersebut. Bahkan, begitu pengumuman kelulusan langsung diminta merantau ke Jakarta tanpa harus menunggu ijazahnya keluar. “Waktu itu saya juga sempat bingung, gimana mau cari kerja kalau belum ada ijazah,” ucap Makruf, kemarin.
Sebagai anak yang patuh, Makruf memenuhi keinginan orang tuanya dan merantau ke Jakarta menyusul kakaknya dan tinggal di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Seminggu di Jakarta langsung melamar kerja dan diterima di sebuah toko pembuatan sepatu dan ditempatkan di bagian finishing.
“Waktu itu saya kerjanya membersihkan sisa lem yang menempel di sepatu. Pekerjaan tersebut saya jalani dengan senang dan ikhlas,” ujar Makruf, sebagaimana dilansir poskotanews.com
Tidak lama, ia dipindahkan di bagian produksi, namun tidak lama dan kembali dipindahkan kerjanya di sebuah mal di Jakarta Barat. Setelah hampir 2 tahun, Makruf kembali dipindahkan tugasnya, kali ini ke luar kota yaitu di Surabaya. Di sini ditempatkan di bagian gudang.
Sekitar 5 bulan kerja di Surabaya, dia memutuskan berhenti dan pulang ke kampung halamannya di Mojokerto. Hampir 6 bulan mengganggur, akhirnya Makruf balik lagi ke ibukota karena mendapatkan telepon dari kakaknya ada lowongan kerja menjadi satpam.
Jadi Satpam
Makruf diterima dan menjalani pendidikan pelatihan satpam di Guntur selama sebulan. Usai pendidikan langsung mendapatkan pekerjaan sebagai satpam di perusahaan di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
“Berkat pendidikan satpam, kedisiplinan saya terbentuk. Dulunya urakan dan bandel sekarang sudah tidak lagi,” kata Makruf.
Bekerja sebagai satpam dijalaninya selama dua tahun. Tahun 2005, Makruf diajak oleh teman kakaknya yang bekerja di bagian umum kantor Walikota Jakarta Pusat. Dia dimasukkan bekerja sebagai petugas keamanan dalam (pamdal).
Selama jadi Pamdal, setiap ada formasi penerimaan CPNS selalu mendaftar, namun masih belum berhasil. Baru pada tahun 2013, usahanya dikabulkan Alloh SWT. Dirinya dinyatakan lulus penerimaan CPNS melalui K2 atau kategori honorer. “Saya sangat senang dan bersyukur. Sebelumnya tidak pernah menyangka akan menjadi pegawai negeri. Mengingat orang tua kerjanya penjahit dan saya nakal dan bandel waktu masih sekolah,” jelas bapak dua anak ini.
Begitu menjadi PNS, Makruf ditempatkan di bagian Umum dan Protokol Pemkot Jakarta Pusat hingga sekarang. Sayangnya ke dua orang tuanya, tidak pernah mengetahui keberhasilannya diterima sebagai PNS. Karena ke duanya telah dipanggil menghadap Alloh SWT. “Mungkin, kalau ke duanya masih ada akan bangga dan senang karena anaknya yang dulu nakal dan bandel kini jadi PNS,” ujarnya.
sumber : poskotanews.com