
GURU Besar Ekonomi Universitas Indonesia Taufik Bahauddin mengingatkan masyarakat untuk cerdas dalam menggunakan hak suara pada 9 April nanti.
“Masyarakat jangan terbuai dengan janji – janji kampanye. Kita tetap harus ingat apa saja yang terjadi saat sebuah rezim partai berkuasa. Jangan jadi bangsa pelupa,“ ujarnya di Jakarta, kemarin.
Ia mencontohkan saat rezim PDIP berkuasa pada 2001-2004. Di bawah kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, pemerintah mengambil sejumlah kebijakan yang mengundang kemarahan masyarakat saat itu. Misalnya, penjualan aset-aset negara ke pihak asing dan pengampunan terhadap koruptor yang menyalahgunakan fasilitas bantuan luiditas Bank Indonesia (BLBI).
“Ada kekhawatiran hal itu bakal terulang jika PDIP kembali berkuasa. Kekhawatiran itu tetap ada meski presidennya bukan Megawati lagi. Apalagi kita tahu Jokowi (Joko Widodo, capres yang diusung PDIP) sangat manut terhadap Megawati,“ kata Taufik.
Di masa Megawati, lewat penerbitan surat keterangan lunas (SKL), penyidikan kasus korupsi BLBI dihentikan oleh Kejaksaan Agung.
“Ada lagi jual Indosat, jual kapal tanker VLCC Pertamina, jual gas murah ke China. Itu bisa saja terulang, bentuknya pun bisa lain lagi. Apalagi pengumuman capres Jokowi oleh PDIP dilakukan sehari setelah Megawati bertemu sejumlah pengusaha. Kekhawatiran ini beralasan,“ tegasnya.
Ia menambahkan, khusus masalah BLBI, terbukti SKL yang diterbitkan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) hanyalah akal-akalan pengemplang BLBI untuk lepas dari jeratan hukum. “Parahnya lagi, saat aset para pengemplang itu dijual BPPN, aset itu dibeli kembali oleh para pengemplang itu lewat anak-anak perusahaannya,” terangnya sebagaimana dinukil Koran Media Indonesia, Rabu.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PKS Fahri Hamzah juga mengingatkan masyarakat soal kebobrokan pemerintahan Megawati lewat akun Twitter miliknya.
Adapun ketujuh ocehannnya dengan hashtag #MelawanLupa, ia memaparkan kebijakan-kebijakan pemerintah saat dipimpin Presiden Megawati Soekarnoputri, mulai dari penjualan satelit ke Singapura melalui Indosat.
`Dulu kau jual satelit negara kami ke Singapura melalui jualan Indosat dengan murah.#MelawanLupa’, demikian Fahri memulai kicauannya.
Ia melanjutkan, Dulu kau jual aset-aset kami yang dikelola BPPN dengan murah (hanya 30% nilainya) ke asing#MelawanLupa’.
`Dulu kau jual kapal tanker VLCC milik Pertamina lalu Pertamina kau paksa sewa kapal VLCC dengan mahal#MelawanLupa’.
`Dulu kau jual gas Tangguh dengan murah (banting harga) ke China (hanya US$3 per mmbtu)#MelawanLupa’. `Sekarang, kau ngomong lagi soal nasionalisme, setelah kader-kader kau banyak yang korup#MelawanLupa’.
`Dan sekarang, untuk mengatrol suaramu yang terpuruk, kini kau umpankan si `Kotak2′ #MelawanLupa’. `Semoga saja, rakyat kini tak lagi terbuai oleh janji-janji manismu#MelawanLupa’.
`PDIP, termasuk Jokowi, harus bisa menjelaskan kebijakan itu sekarang. Sebab kalau memang itu benar, berarti akan terulang lagi. Kecuali diakui salah’, ia menambahkah tweet-nya. (her)