Kalau hanya serius di tingkat menteri sementara penerapannya di lapangan tidak terlaksana sesuai dengan yang diharapkan sama saja seperti kata pepatah ‘besar pasak dari tiang’ atau ‘seperti pungguk merindukan bulan’.
Oleh : James P. Pardede
Sumatera Utara (Sumut) sesungguhnya memiliki kekayaan dan keindahan alam yang sangat menakjubkan. Tinggal bagaimana kita memoles dan mengelolanya menjadi sebuah potensi wisata yang bisa diandalkan tanpa mengesampingkan potensi lainnya. Dengan kekayaan dan keindahan alam yang ada, tak berlebihan rasanya jika impian masyarakat Sumut memiliki destinasi wisata andalan bisa terwujud jika kita benar-benar komitmen untuk mengembangkannya.

Untuk memoles Danau Toba, Pemerintah Pusat telah sepakat mengembangkannya sebagai kawasan destinasi prioritas pembangunan nasional, karena Danau Toba masuk dalam Top Ten Pengembangan Kawasan Destinasi Prioritas. Lima kementerian, yakni Menteri Kemaritiman, Rizal Ramli, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pariwisata Arif Yahya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) Basuki Hadimuljono dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya bersepakat untuk menindaklanjuti pembentukan Badan Otoritas Pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Destinasi Danau Toba yang berlangsung di Institut Teknologi DEL Laguboti Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) beberapa waktu lalu.
Rizal Ramli pada kesempatan itu mengatakan, pembangunan destinasi wisata Danau Toba telah dinanti rakyat Sumut selama puluhan tahun. Di tahun ini, mimpi itu akan jadi kenyataan. Pemerintah Pusat akan melakukan pembangunan infrastruktur menuju kawasan wisata Danau Toba. Bukan hanya itu, waduk danau yang terbesar di Asia Tenggara ini akan disulap menjadi destinasi unggulan Sumut yang bakal menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Namun, dalam pembangunannya butuh dukungan dari pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar Danau Toba yang mayoritas suku Batak. Kendati memiliki keindahan alam yang elok dipandang, namun kondisi lingkungan dan air tawarnya masih jorok dan bau.
“Hal itu dipengaruhi masih banyaknya keramba-keramba milik masyarakat dan swasta yang mencemari air hasil buangan pakan serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah,” kata Rizal.
Budaya seperti ini harus segera direvolusi. Mental masyarakat harus segera direvolusi. Tata krama orang Batak yang dikenal kasar dan sangar jika dipandang harus diubah. Ke depan masyarakatnya harus mengedepankan sikap ramah dan murah senyum (smile) dalam menghadapi wisatawan. Program pembangunan infrastruktur menuju Danau Toba yang dilakukan pemerintah berupa pembangunan jalan tol, rehabilitasi destinasi Danau Toba dan infrastruktur pendukung lainnya secara bertahap sudah dimulai.
“Infrastruktur jalan, jaringan komunikasi, sanitasi air bersih menjadi prioritas pembangunan kawasan destinasi Danau Toba yang akan dilakukan Badan Otoritas Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba ke depan,” kata Rizal Ramli.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Medan, Rusmin Lawin menyampaikan bahwa gagasan Pemerintah Pusat bersinergi dengan daerah dalam membangun kawasan wisata Danau Toba patut diacungi jempol. Hanya saja, progres paling mendesak diwujudkan adalah Badan Otoritas Pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba seperti Badan Otorita Batam dulunya.
“Pemerintah harus segera membentuk tim yang menggawangi badan otoritas ini, keberadaannya harus terpisah dari pemerintah kabupaten/kota yang mengelilingi Danau Toba. Badan Otoritas ini langsung berkoordinasi dengan Presiden RI agar kinerjanya tidak diintervensi kepala daerah,” kata Rusmin Lawin.
Itu sebabnya, kata Rusmin yang juga Sekretaris Jenderal FIABCI (Federasi Real Estate Dunia) Regional Asia Pacific, pembentukan badan otoritas ini akan menjadi satu kesatuan dalam pengurusan ijin-ijin dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan kawasan Danau Toba. Badan otoritas ini akan memangkas biaya dan jeda waktu pengurusan ijin-ijin karena sudah mengadopsi pelayanan satu atap (one roof system) tanpa ada intervensi dari kabupaten kota yang ada disekeliling Danau Toba.
“Kita harus berkomitmen membawa Danau Toba ke tingkat dunia (go internasional) dan mengajak dunia internasional datang ke Danau Toba,” tandasnya.
Sekarang, kata Rusmin tidak jamannya lagi kita melakukan promosi wisata dengan cara konvensional yang terkesan menghabiskan anggaran. Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota perlu memikirkan untuk menggandeng bloggers dan mengintensifkan promosi lewat media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Path) dan website khusus tentang destinasi wisata Danau Toba yang dirancang sedemikian rupa. Semua saat ini sudah serba online dan untuk merealisasikannya dibutuhkan sumber daya manusia yang handal.
“Masyarakat pelaku wisata juga perlu mendapat pelatihan dan pendampingan dari pemerintah untuk berlatih tentang bagaimana pelayanan yang baik, menyeragamkan harga tarif kamar, menciptakan menu beragam yang halal dan berlatih menggunakan bahasa Inggris untuk wisatawan mancanegara,” paparnya.
Mewujudkan program pemerintah meningkatkan arus kunjungan wisata ke Sumut, khususnya Danau Toba, Menteri PU Pera, Basuki Hadimuljono menyampaikan, insfrastruktur jalan tol yang dibangun menuju destinasi Danau Toba sepanjang 116 kilometer dengan jarak tempuh waktu 90 menit adalah solusi tepat mendekatkan kawasan wisata Danau Toba ke berbagai kalangan.
“Selama ini untuk mencapai Danau Toba dari Kota Medan menuju Parapat membutuhkan waktu 5 sampai 6 jam (dalam kondisi lalu lintas padat). Dengan adanya jalan alternatif ini akan mempersingkat perjalanan wisatawan ke Danau Toba. Inilah yang menjadi daya tarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Sumut,” katanya.
Bukan hanya itu saja, jalan alternatif lain juga akan ditembus oleh pemerintah. Seperti jalan dari Sibolga menuju Danau Toba menjadi prioritas pemerintah untuk menembusnya. Selain itu, membangun jalan lingkar Samosir. Statusnya akan menjadi jalan nasional. Transportasi lain yang akan diutamakan dalam pengembangan destinasi wisata Sumut adalah kereta api.
Monaco of Asia
Plt Gubernur Sumut, HT Erry Nuradi menyambut gembira komitmen Pemerintah Pusat melalui lima kementerian dalam upaya pembangunan destinasi Danau Toba yang didukung dengan pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana pendukungnya.

Danau Toba yang berada di 7 Kabupaten, yakni Humbahas, Tobasa, Karo, Taput, Samosir, Simalungun dan Dairi, menurut Erry Nuradi pemerintah daerahnya harus melakukan action dalam penertiban kerambah-kerambah yang ada di lingkungan Danau Toba, sebagai komitmennya mendukung program pusat mewujudkan destinasi wisata Danau Toba yang bersih, aman dan lestari.
Anggota DPRD Sumut Sopar Siburian dalam sebuah kesempatan mengatakan, untuk pengembangan kawasan wisata Danau Toba perlu keseriusan dari semua elemen termasuk dari masyarakat sebagai pelaku industri pariwisata.
Komitmen pengembangan kawasan Danau Toba tidak hanya datang dari lima kementerian, Pemprovsu dan Kabupaten yang mengelilingi Danau Toba. PT Angkasa Pura II pun ikut berkomitmen mengembangkan Bandara Silangit di Tapanuli Utara, sebagai bagian dari upaya mendukung pariwisata Indonesia. Langkah AP II sejalan dengan rencana pemerintah mengembangkan kawasan wisata Danau Toba, yang diproyeksikan menjadi Monaco of Asia.
Selain membangun infrastruktur jalan, Bandara Silangit yang dikelola AP II juga merupakan salah satu akses transportasi terdekat menuju Danau Toba, dengan jarak tempuh antara bandara dan lokasi danau melalui jalur darat hanya 30 menit hingga 1 jam.
Pada proyek tahap I, AP II akan mengembangkan runway menjadi 2.450 x 45 meter, sehingga pesawat jet berkapasitas lebih besar dapat mendarat. Dengan adanya pesawat berbadan lebar, harga tiket untuk penerbangan langsung menuju Bandara Silangit bisa menjadi lebih terjangkau.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengenalkan Danau Toba ke dunia internasional sesungguhnya bisa dikelola dengan maksimal. Acara rutin yang digelar adalah Festival Danau Toba dan Geo Bike Caldera Toba.
Sekda Provinsi Sumut Hasban Ritonga, Sabtu (9/4) kemarin melepas peserta Geo Bike Caldera Toba 2016 dari Desa Silalahi. Kegiatan yang digagas oleh Jendela Toba dan Rumah Karya Indonesia ini merupakan yang kedua kalinya digelar, setelah dimulai tahun 2015 dan diikuti sekitar 250 peserta dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Medan, Siantar, Banda Aceh, Ketapang, Bengkalis, Makassar, Malaysia, Thailand dan Singapura.
Geo Bike Kaldera Toba 2016 lebih mengekspos seluruh kawasan di sekitar Danau Toba yang dulunya hanya lima kabupaten, namun kini sudah menjadi tujuh kabupaten, yakni Dairi, Karo, Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan dan Samosir.
Acara apa pun yang digelar tujuannya untuk meningkatkan arus kunjungan wisata ke Sumut. Itu sebabnya sampai hari ini, Sumut terus berupaya untuk meningkatkan arus kunjungan wisata ke beberapa objek wisata di Sumut. Berdasar data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegera ke sejumlah objek wisata di Provinsi Sumatera Utara hingga November tahun 2014 tercatat sebanyak 237.830 orang, naik sebesar 4,12% dibandingkan tahun 2013. Kenaikan kunjungan itu cukup menggembirakan meski diakui jumlah kedatangan belum optimal dibandingkan potensi objek wisata dan Bandara Kualanamu sebagai bandara penghubung.
Pada periode yang sama tahun 2013, kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumut masih 228.419 orang. Tahun-tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan mancanegara Sumut masih didominasi oleh wisatawan dari Malaysia sebesar 55 persen atau 130.818 orang. Jumlah kunjungan turis Malaysia itu juga tetap naik meski tidak terlalu besar dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebanyak 126.827 orang. Setelah Malasyia, penyumbang wisatawan terbesar Sumut lainnya adalah dari Singapura, Belanda, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Australia.
Sejak krisis ekonomi tahun 1997-1998, sektor pariwisata Sumut sempat sepi dan beberapa hotel di kawasan wisata terpaksa berhenti beroperasi karena tidak ada tamu yang menginap dan mengunjungi kawasan wisata tersebut. Berdasarkan pantauan dilapangan, ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi industri pariwisata dan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke Sumatera Utara.
Dengan adanya komitmen dari lima menteri yang bersepakat untuk membangun kawasan wisata Danau Toba, ke depan perlu keseriusan dari pemerintah setempat, terutama kabupaten yang bersentuhan langsung dengan kawasan wisata ini. Kalau hanya serius di tingkat menteri sementara penerapannya di lapangan tidak terlaksana sesuai dengan yang diharapkan sama saja seperti kata pepatah ‘besar pasak dari tiang’ atau ‘seperti pungguk merindukan bulan’.
* Penulis adalah kontributor SWATT Online di Medan, Sumatera Utara.