SWATT - Online
  • HOME
  • Nasional
    NU Care Lazisnu-BPKH Serahkan Bantuan Mobil Siaga Bencana untuk NU Kota Madiun dan Mobil Operasional GP Ansor Bangil

    NU Care Lazisnu-BPKH Serahkan Bantuan Mobil Siaga Bencana untuk NU Kota Madiun dan Mobil Operasional GP Ansor Bangil

    Banyak Orangtua Meninggal Karena Covid-19, 5 Ribu Anak Diperkirakan Yatim Piatu

    Banyak Orangtua Meninggal Karena Covid-19, 5 Ribu Anak Diperkirakan Yatim Piatu

    Bantuan Gempa Malang

    BPKH RI dan NU Care – Lazisnu Bantu Warga Malang Tenda dan Masjid Darurat

    Mengapa Gubernur Sulut Temui Ketua MA Secara Diam-Diam ?

    Mengapa Gubernur Sulut Temui Ketua MA Secara Diam-Diam ?

    Ketua MA Dipuji Jokowi Terkait Transformasi di Lingkungan Peradilan

    Ketua MA Dipuji Jokowi Terkait Transformasi di Lingkungan Peradilan

    Mitra Kemaslahatan Terbaik

    Annual Meeting BPKH 2021: NU CARE-LAZISNU Mitra Kemaslahatan Terbaik 2020

  • Internasional
    Obligasi Cina Senjata Ampuh Lawan Amerika

    Obligasi Cina Senjata Ampuh Lawan Amerika

    Ketegangan AS-China Diramal Jadi Perang Dunia

    Ketegangan AS-China Diramal Jadi Perang Dunia

    Alhamdulillah.., Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Segera Dibuka Kembali

    Alhamdulillah.., Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Segera Dibuka Kembali

    Militer Israel Gempur Pasukan Iran di Suriah

    Militer Israel Gempur Pasukan Iran di Suriah

    Dua Pemuda Palestina Ditembak Tentara Israel

    Dua Pemuda Palestina Ditembak Tentara Israel

    Hikmanto : Soal Yerusalem Bukan Soal Agama, Melainkan Bentuk Penjajahan

    Hikmanto : Soal Yerusalem Bukan Soal Agama, Melainkan Bentuk Penjajahan

  • Politik
    Sebarkan Gagasan Erick Thohir Capres Potensial, Lukman Edy Resmikan Sekretariat GET One DKI Jakarta

    Sebarkan Gagasan Erick Thohir Capres Potensial, Lukman Edy Resmikan Sekretariat GET One DKI Jakarta

    Rocky Gerung : Tinggal Satu Kartu, Kartu Pradungu

    Rocky Gerung : Tinggal Satu Kartu, Kartu Pradungu

    Prabowo – Sandi Canangkan Program Swasembada Energi

    Prabowo – Sandi Canangkan Program Swasembada Energi

    Jelang Debat Capres, Ini Persoalan Mendesak Ma’ruf Amin

    Jelang Debat Capres, Ini Persoalan Mendesak Ma’ruf Amin

    Prabowo Tandatangani Pakta Integritas Ijtima Ulama II, Berikut Isinya

    Prabowo Tandatangani Pakta Integritas Ijtima Ulama II, Berikut Isinya

    Prabowo : Saya Kapok dengan Elit di Jakarta

    Pendamping untuk Cawapres Prabowo Semakin Mengerucut

  • Metro
    Tidak Pakai Masker di Tempat Umum, Denda Rp150 Ribu

    Tidak Pakai Masker di Tempat Umum, Denda Rp150 Ribu

    Masjid di Mal Gandaria City Gelar Salat Jumat Berjamaah

    Masjid di Mal Gandaria City Gelar Salat Jumat Berjamaah

    Penumpang Shuttle Bus Transjakarta Terus Bertambah

    Penumpang Shuttle Bus Transjakarta Terus Bertambah

    Revolusi Putih Prabowo Masuk Program Anies-Sandi

    Revolusi Putih Prabowo Masuk Program Anies-Sandi

    Demi Rasa Keadilan, Sandiaga Kembalikan Pemotor Melintasi Jalan Thamrin

    Demi Rasa Keadilan, Sandiaga Kembalikan Pemotor Melintasi Jalan Thamrin

    Gerak Wartawan Dibatasi, Pemprov DKI Membantah

    Gerak Wartawan Dibatasi, Pemprov DKI Membantah

  • Interview
    Redam Konflik SARA dengan Silaturahmi.

    Redam Konflik SARA dengan Silaturahmi.

    Hakim Agung Supandi: Eksekusi Susno, MA Dijadikan Keranjang Sampah

    Hakim Agung Supandi: Eksekusi Susno, MA Dijadikan Keranjang Sampah

    Adrianus Meliala Soal Susno: Orang yang Sengaja Melindungi, Bodoh

    Adrianus Meliala Soal Susno: Orang yang Sengaja Melindungi, Bodoh

    Hakim Konstitusi Arief: Bayar di Bawah UMR, Pengusaha Tak Bisa Dipidana

    Hakim Konstitusi Arief: Bayar di Bawah UMR, Pengusaha Tak Bisa Dipidana

    Presiden ICC: ICC Badan Yudisial 100 Persen, Bukan Badan Politik

    Presiden ICC: ICC Badan Yudisial 100 Persen, Bukan Badan Politik

    Arifin Purwakananta: Bukan profit yang dicari, tapi benefit yang didorong

    Arifin Purwakananta: Bukan profit yang dicari, tapi benefit yang didorong

    Ketua MA: Usulan Pemecatan Hakim Daming Sunusi

    Ketua MA: Usulan Pemecatan Hakim Daming Sunusi

    Siti Zuhro: Lelang Jabatan, Waspada Job Seeker Tak Kompeten & Di-PTUN-kan

    Siti Zuhro: Lelang Jabatan, Waspada Job Seeker Tak Kompeten & Di-PTUN-kan

    Roy V. Salomo: Jokowi Tidak Boleh One Man Show!

    Roy V. Salomo: Jokowi Tidak Boleh One Man Show!

  • Fokus
    Prof DR. Indriyanto Seno Adji, SH, MA.

    Stigma Mafia Tanah Diantara Sengketa Tanah

    Kapal Perang KRI Keris-624

    Ada Kapal Perang (KRI) di Seluruh Perairan Yurisdiksi Indonesia, Ada Apa?

    Hugh Hefner Melegenda dengan ‘Majalah Playboy’

    Hugh Hefner Melegenda dengan ‘Majalah Playboy’

    Hari Jadi ke-67 Pemprovsu :  Komitmen dan Kebersamaan Kata Kunci Membangun Sektor Pariwisata yang Berdaya Saing di Kawasan ASEAN

    Hari Jadi ke-67 Pemprovsu : Komitmen dan Kebersamaan Kata Kunci Membangun Sektor Pariwisata yang Berdaya Saing di Kawasan ASEAN

    Kritik.

    Kritik.

    Masalah Sepele Timbulkan Bentrok TNI dan Polri.

    Masalah Sepele Timbulkan Bentrok TNI dan Polri.

  • Hukum & Ham
    Menerima Bintang Mahaputera

    “Musuh Politik” Jokowi ini Menepis Kabar Dukungannya ke Kejaksaan Karena Menerima Bintang Mahaputera

    Zainal: “Dalam Menjatuhkan Putusan, Hakim Harus Menggali dari Perspektif Lain”

    Zainal: “Dalam Menjatuhkan Putusan, Hakim Harus Menggali dari Perspektif Lain”

    arief poyuono

    Arief Poyuono: Kasus Joko Tjandra “Dugaan Keterlibatan Ketua PN Jaksel Tak Kunjung Diproses Polisi”

    UU Larangan Penangkapan Ikan Hiu Diminta Disosialisasikan

    UU Larangan Penangkapan Ikan Hiu Diminta Disosialisasikan

    Wow.., Mesra di Depan Publik Bisa Dipidana

    Wow.., Mesra di Depan Publik Bisa Dipidana

    Pengawal Prabowo Tewas, 10 Saksi Diperiksa

    Pengawal Prabowo Tewas, 10 Saksi Diperiksa

  • Komunitas
    Tingkatkan Ekonomi Nelayan BPKH – LAZISNU Serahkan Mobil Truck Freezer Halal Food

    Tingkatkan Ekonomi Nelayan BPKH – LAZISNU Serahkan Mobil Truck Freezer Halal Food

    Kendo, Menyerang tapi Beretika

    Kendo, Menyerang tapi Beretika

    Peserta Didik Belajar Membatik

    Peserta Didik Belajar Membatik

    Peserta Didik Belajar Membatik

    Peserta Didik Belajar Membatik

    Revolusi Mental Harus Dimulai dari Keluarga

    Revolusi Mental Harus Dimulai dari Keluarga

    Jesslyn Wijaya : Penulis Cilik yang juga Berprestasi di Kelasnya

    Jesslyn Wijaya : Penulis Cilik yang juga Berprestasi di Kelasnya

  • Tips
    Kiat Bugar Sepanjang Hari di Kantor

    Kiat Bugar Sepanjang Hari di Kantor

    Tips Nyaman Berwisata Ala Nicholas Saputra

    Tips Nyaman Berwisata Ala Nicholas Saputra

    Tiga Jurus Bikin Belajar Bahasa Jadi Hobi Mengasyikkan

    Tiga Jurus Bikin Belajar Bahasa Jadi Hobi Mengasyikkan

    Tips Mengelola Bonus Kantor

    Tips Mengelola Bonus Kantor

    Tips Cegah Kartel Pangan Ala JK

    Tips Cegah Kartel Pangan Ala JK

    Lima Tips Menyusun Rencana Pensiun

    Lima Tips Menyusun Rencana Pensiun

  • Redaksi
No Result
View All Result
  • HOME
  • Nasional
    NU Care Lazisnu-BPKH Serahkan Bantuan Mobil Siaga Bencana untuk NU Kota Madiun dan Mobil Operasional GP Ansor Bangil

    NU Care Lazisnu-BPKH Serahkan Bantuan Mobil Siaga Bencana untuk NU Kota Madiun dan Mobil Operasional GP Ansor Bangil

    Banyak Orangtua Meninggal Karena Covid-19, 5 Ribu Anak Diperkirakan Yatim Piatu

    Banyak Orangtua Meninggal Karena Covid-19, 5 Ribu Anak Diperkirakan Yatim Piatu

    Bantuan Gempa Malang

    BPKH RI dan NU Care – Lazisnu Bantu Warga Malang Tenda dan Masjid Darurat

    Mengapa Gubernur Sulut Temui Ketua MA Secara Diam-Diam ?

    Mengapa Gubernur Sulut Temui Ketua MA Secara Diam-Diam ?

    Ketua MA Dipuji Jokowi Terkait Transformasi di Lingkungan Peradilan

    Ketua MA Dipuji Jokowi Terkait Transformasi di Lingkungan Peradilan

    Mitra Kemaslahatan Terbaik

    Annual Meeting BPKH 2021: NU CARE-LAZISNU Mitra Kemaslahatan Terbaik 2020

  • Internasional
    Obligasi Cina Senjata Ampuh Lawan Amerika

    Obligasi Cina Senjata Ampuh Lawan Amerika

    Ketegangan AS-China Diramal Jadi Perang Dunia

    Ketegangan AS-China Diramal Jadi Perang Dunia

    Alhamdulillah.., Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Segera Dibuka Kembali

    Alhamdulillah.., Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Segera Dibuka Kembali

    Militer Israel Gempur Pasukan Iran di Suriah

    Militer Israel Gempur Pasukan Iran di Suriah

    Dua Pemuda Palestina Ditembak Tentara Israel

    Dua Pemuda Palestina Ditembak Tentara Israel

    Hikmanto : Soal Yerusalem Bukan Soal Agama, Melainkan Bentuk Penjajahan

    Hikmanto : Soal Yerusalem Bukan Soal Agama, Melainkan Bentuk Penjajahan

  • Politik
    Sebarkan Gagasan Erick Thohir Capres Potensial, Lukman Edy Resmikan Sekretariat GET One DKI Jakarta

    Sebarkan Gagasan Erick Thohir Capres Potensial, Lukman Edy Resmikan Sekretariat GET One DKI Jakarta

    Rocky Gerung : Tinggal Satu Kartu, Kartu Pradungu

    Rocky Gerung : Tinggal Satu Kartu, Kartu Pradungu

    Prabowo – Sandi Canangkan Program Swasembada Energi

    Prabowo – Sandi Canangkan Program Swasembada Energi

    Jelang Debat Capres, Ini Persoalan Mendesak Ma’ruf Amin

    Jelang Debat Capres, Ini Persoalan Mendesak Ma’ruf Amin

    Prabowo Tandatangani Pakta Integritas Ijtima Ulama II, Berikut Isinya

    Prabowo Tandatangani Pakta Integritas Ijtima Ulama II, Berikut Isinya

    Prabowo : Saya Kapok dengan Elit di Jakarta

    Pendamping untuk Cawapres Prabowo Semakin Mengerucut

  • Metro
    Tidak Pakai Masker di Tempat Umum, Denda Rp150 Ribu

    Tidak Pakai Masker di Tempat Umum, Denda Rp150 Ribu

    Masjid di Mal Gandaria City Gelar Salat Jumat Berjamaah

    Masjid di Mal Gandaria City Gelar Salat Jumat Berjamaah

    Penumpang Shuttle Bus Transjakarta Terus Bertambah

    Penumpang Shuttle Bus Transjakarta Terus Bertambah

    Revolusi Putih Prabowo Masuk Program Anies-Sandi

    Revolusi Putih Prabowo Masuk Program Anies-Sandi

    Demi Rasa Keadilan, Sandiaga Kembalikan Pemotor Melintasi Jalan Thamrin

    Demi Rasa Keadilan, Sandiaga Kembalikan Pemotor Melintasi Jalan Thamrin

    Gerak Wartawan Dibatasi, Pemprov DKI Membantah

    Gerak Wartawan Dibatasi, Pemprov DKI Membantah

  • Interview
    Redam Konflik SARA dengan Silaturahmi.

    Redam Konflik SARA dengan Silaturahmi.

    Hakim Agung Supandi: Eksekusi Susno, MA Dijadikan Keranjang Sampah

    Hakim Agung Supandi: Eksekusi Susno, MA Dijadikan Keranjang Sampah

    Adrianus Meliala Soal Susno: Orang yang Sengaja Melindungi, Bodoh

    Adrianus Meliala Soal Susno: Orang yang Sengaja Melindungi, Bodoh

    Hakim Konstitusi Arief: Bayar di Bawah UMR, Pengusaha Tak Bisa Dipidana

    Hakim Konstitusi Arief: Bayar di Bawah UMR, Pengusaha Tak Bisa Dipidana

    Presiden ICC: ICC Badan Yudisial 100 Persen, Bukan Badan Politik

    Presiden ICC: ICC Badan Yudisial 100 Persen, Bukan Badan Politik

    Arifin Purwakananta: Bukan profit yang dicari, tapi benefit yang didorong

    Arifin Purwakananta: Bukan profit yang dicari, tapi benefit yang didorong

    Ketua MA: Usulan Pemecatan Hakim Daming Sunusi

    Ketua MA: Usulan Pemecatan Hakim Daming Sunusi

    Siti Zuhro: Lelang Jabatan, Waspada Job Seeker Tak Kompeten & Di-PTUN-kan

    Siti Zuhro: Lelang Jabatan, Waspada Job Seeker Tak Kompeten & Di-PTUN-kan

    Roy V. Salomo: Jokowi Tidak Boleh One Man Show!

    Roy V. Salomo: Jokowi Tidak Boleh One Man Show!

  • Fokus
    Prof DR. Indriyanto Seno Adji, SH, MA.

    Stigma Mafia Tanah Diantara Sengketa Tanah

    Kapal Perang KRI Keris-624

    Ada Kapal Perang (KRI) di Seluruh Perairan Yurisdiksi Indonesia, Ada Apa?

    Hugh Hefner Melegenda dengan ‘Majalah Playboy’

    Hugh Hefner Melegenda dengan ‘Majalah Playboy’

    Hari Jadi ke-67 Pemprovsu :  Komitmen dan Kebersamaan Kata Kunci Membangun Sektor Pariwisata yang Berdaya Saing di Kawasan ASEAN

    Hari Jadi ke-67 Pemprovsu : Komitmen dan Kebersamaan Kata Kunci Membangun Sektor Pariwisata yang Berdaya Saing di Kawasan ASEAN

    Kritik.

    Kritik.

    Masalah Sepele Timbulkan Bentrok TNI dan Polri.

    Masalah Sepele Timbulkan Bentrok TNI dan Polri.

  • Hukum & Ham
    Menerima Bintang Mahaputera

    “Musuh Politik” Jokowi ini Menepis Kabar Dukungannya ke Kejaksaan Karena Menerima Bintang Mahaputera

    Zainal: “Dalam Menjatuhkan Putusan, Hakim Harus Menggali dari Perspektif Lain”

    Zainal: “Dalam Menjatuhkan Putusan, Hakim Harus Menggali dari Perspektif Lain”

    arief poyuono

    Arief Poyuono: Kasus Joko Tjandra “Dugaan Keterlibatan Ketua PN Jaksel Tak Kunjung Diproses Polisi”

    UU Larangan Penangkapan Ikan Hiu Diminta Disosialisasikan

    UU Larangan Penangkapan Ikan Hiu Diminta Disosialisasikan

    Wow.., Mesra di Depan Publik Bisa Dipidana

    Wow.., Mesra di Depan Publik Bisa Dipidana

    Pengawal Prabowo Tewas, 10 Saksi Diperiksa

    Pengawal Prabowo Tewas, 10 Saksi Diperiksa

  • Komunitas
    Tingkatkan Ekonomi Nelayan BPKH – LAZISNU Serahkan Mobil Truck Freezer Halal Food

    Tingkatkan Ekonomi Nelayan BPKH – LAZISNU Serahkan Mobil Truck Freezer Halal Food

    Kendo, Menyerang tapi Beretika

    Kendo, Menyerang tapi Beretika

    Peserta Didik Belajar Membatik

    Peserta Didik Belajar Membatik

    Peserta Didik Belajar Membatik

    Peserta Didik Belajar Membatik

    Revolusi Mental Harus Dimulai dari Keluarga

    Revolusi Mental Harus Dimulai dari Keluarga

    Jesslyn Wijaya : Penulis Cilik yang juga Berprestasi di Kelasnya

    Jesslyn Wijaya : Penulis Cilik yang juga Berprestasi di Kelasnya

  • Tips
    Kiat Bugar Sepanjang Hari di Kantor

    Kiat Bugar Sepanjang Hari di Kantor

    Tips Nyaman Berwisata Ala Nicholas Saputra

    Tips Nyaman Berwisata Ala Nicholas Saputra

    Tiga Jurus Bikin Belajar Bahasa Jadi Hobi Mengasyikkan

    Tiga Jurus Bikin Belajar Bahasa Jadi Hobi Mengasyikkan

    Tips Mengelola Bonus Kantor

    Tips Mengelola Bonus Kantor

    Tips Cegah Kartel Pangan Ala JK

    Tips Cegah Kartel Pangan Ala JK

    Lima Tips Menyusun Rencana Pensiun

    Lima Tips Menyusun Rencana Pensiun

  • Redaksi
No Result
View All Result
SWATT - Online
No Result
View All Result
Home Komunitas

Mengenal Suku Togutil

by Idaulat
07/06/2011
in Komunitas
Reading Time: 11min read
0
Mengenal Suku Togutil

Bila mendengar kata “TOGUTIL”, maka bayangan yang muncul dalam pikiran semua orang di Ternate dan Maluku Utara pasti akan tertuju pada komunitas suku terasing yang hidup secara nomaden di pedalaman pulau Halmahera. Tapi mungkin lain halnya dengan masyarakat di luar provinsi muda ini, misalnya orang-orang di Sulawesi, Jawa, Kalimantan, Sumatera dsb, nama suku Togutil mungkin baru kali ini didengarnya. Bagi orang Ternate, kata “Togutil” sebagai sebuah istilah, itu identik dengan makna kata “primitif”, “keterbelakangan”, “kebodohan” “ketertinggalan” serta masih banyak lagi konotasi-konotasi yang bermakna serupa lainnya.

Dalam keseharian kehidupan masyarakat di Maluku Utara yang hingga sekarang ini juga telah memasuki era digital sebagaimana orang-orang di pulau Jawa, namun ternyata masih ada saudara-saudaranya yang ada di pedalaman pulau Halmahera yang hidupnya masih primitif dan terbelakang serta jauh dari sentuhan modernisasi. Padahal negara ini sudah merdeka lebih dari 60 tahun yang lalu.

Suku Togutil adalah suku asli yang terasing di negerinya sendiri. Hal seperti ini juga pernah dikemukakan oleh Pengamat Budaya Djoko Su’ud Sukahar dalam tulisannya; Suku Asing & Terasing, detikNews, tanggal 21 Agustus 2008 yang menyentil bahwa; “Enampuluh tiga tahun sudah kita merdeka. Kemerdekaan yang panjang itu masih menyisakan penyesalan. Tak hanya karena taraf hidup rakyat yang tak kunjung membaik, tapi juga masih banyaknya saudara kita yang hidup terasing. Mereka asing bagi kita, dan kita asing bagi mereka, seperti orang-orang Suku Togutil yang hidup di pedalaman pulau Halmahera”. Walaupun mereka masih primitif karena pola hidup secara nomaden tanpa merobah dan merusak alam, namun keberadaan mereka seperti itu telah memberikan pelajaran berharga kepada kita semua dalam hal melestarikan hutan. Seakan-akan mereka berpesan; janganlah sekali-kali merusak alam.

Seperti yang pernah saya jelaskan dalam artikel-artikel pada posting sebelumnya bahwa pada zaman Pleistochen pulau Halmahera masih menyatu dengan pulau-pulau kecil lainnya yang ada saat ini, seperti pulau Morotai, Hiri, Ternate, Maitara, Tidore, Mare, Moti, Makian, Kayoa, Bacan, Gebe dan sebagainya. Perubahan alam yang terjadi selama ratusan ribu tahun dan pergeseran kulit bumi secara evolusi telah membentuk pulau-pulau kecil. Halmahera adalah merupakan pulau induk di kawasan ini, dan merupakan dataran tertua, selain pulau Seram di Maluku Tengah.

Secara logis, karena pulau Halmahera adalah pulau induk dan daratan tertua, maka dapat dipastikan bahwa perkembangan kehidupan dan persebaran “manusia Maluku Utara” juga tentu bermula dari daratan ini. Namun bukan itu yang menjadi bahasan saya dalam tulisan ini. Pembahasan hanya terfokus pada keberadaan sebuah komunitas yakni orang-orang suku Togutil yang masih tersisa yang mengalami ketertinggalan dalam perkembangan sosio-kultural yang disebabkan karena mereka terisolasi atau mengisolasikan diri dari pergaulan dengan lingkungan manusia lainnya. Hidup mereka telah menyatu dengan alam sehingga hutan rimba, sungai-sungai dan goa-goa di belantara pedalaman pulau Halmahera menjadi rumah mereka.

Disadari atau tidak, sebagian orang bisa menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa manusia Maluku Utara yang sudah modern dan maju seperti sekarang ini dahulunya adalah juga seperti “orang Togutil” ini.

Bila kita bijak, maka hal ini tidak lantas begitu saja langsung dibantah, karena jika kita mempelajari “Ilmu Anthropologi” maka pasti kita memahami bahwa setiap bangsa atau suku mana saja di muka bumi ini dalam perjalanannya pasti mengalami tahap-tahap perkembangan yang demikian. Misalnya bangsa Kaukasoid (orang Eropa) yang lebih dahulu maju dan telah menjadi manusia modern seperti sekarang ini, dahulunya juga adalah suku primitif (Vicking) yang kehidupannya masih tergantung dengan pemberian alam (Nomad) seperti orang Tugutil ini.

Kembali kepada pembicaraan kita tentang “Suku Togutil”… Catatan ilmiah tentang suku ini, pertama kali dikemukakan tahun 1929 yang berbentuk sebuah artikel pendek yang terdapat dalam buku; “De Ternate Archipel” Serie Q, No.43 Ontleedn aan de memorie van overgave van den toenmaligen Controleur van Tobelo, PJM Baden, van 26 Maret 1929, pag 401-404.

Saat ini banyak keterangan-keterangan dari berbagai pihak dan masyarakat tentang orang-orang suku Togutil ini sangat berbeda dan simpang siur antara satu dengan yang lainnya. Semua itu benar, karena mereka tahu dan melihat dalam kurun waktu dan ruang yang berbeda sehingga deskripsi yang lahir tentang suku Togutil ini pun berbeda pula.

Di pedalaman pulau Halmahera, komunitas suku pengembara ini ditemui di beberapa kawasan. Di utara masih terdapat di pedalaman Tobelo, di tengah seperti terdapat di Dodaga, di pedalaman Kao, di pedalaman Wasilei dan agak ke selatan juga terdapat beberapa komunitas mereka di pedalaman Maba dan Buli. Setiap komunitas (kelompok) suku primitif ini berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bahkan mereka saling berperang bila bertemu.

Namun demikian, bagi masyarakat Maluku Utara, masing-masing kelompok orang-orang Tugutil ini, semuanya disebut sebagai “Suku Togutil” saja. Yang membedakan sebutan terhadap mereka adalah kawasan yang menjadi tempat pengembaraan mereka, misalnya Togutil Tobelo, Togutil Kao, Togutil Dodaga, Togutil Wasilei, Togutil Maba, dsb.

Usaha pemukiman terhadap masyarakat terasing merupakan program utama pemerintah dalam usaha membiasakan mereka hidup menetap dan bercocok tanam (bertani). Menetap dengan pengharapan dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan rohani. Usaha ini dimaksudkan agar mereka dapat secepatnya mencapai taraf hidup yang sejajar dengan masyarakat Indonesia umumnya.

Atas pemikiran inilah, Pemerintah Daerah di Maluku Utara pada tahun 1971 pernah membangun pemukiman (relokasi) untuk orang-orang suku Togutil Dodaga di kecamatan Wasilei Halmahera Tengah. Yang dimaksud dengan orang-orang Togutil Dodaga adalah sekelompok orang suku Togutil yang berdiam di sekitar hutan dekat Dodaga. Penambahan kata Dodaga di belakang nama golongan etnis ini adalah agar dengan mudah dapat membedakannya dengan orang-orang suku Togutil lain yang terdapat di kecamatan Wasilei, maupun di kecamatan-kecamatan lain di pedalaman pulau Halmahera.

Beberapa saat setelah suku Togutil Dodaga ini bermukim di tempat relokasi yang dibangun pemerintah, mereka kembali lagi ke hutan dan hidup lagi menurut cara yang lama. Peristiwa tersebut menimbulkan pertanyaan, apa sebab usaha ini gagal, sedangkan usaha-usaha serupa berhasil di tempat lain, seperti suku Naulu di pulau Seram, orang Dayak Bukit di Kalimantan, suku Sakai di Sumatera dsb.

Masyarakat di Desa-Desa sekitar mengatakan bahwa orang-orang Togutil ketika musim hujan tiba, merasa terganggu dengan suara bising air hujan yang jatuh, karena atap tidak terbuat dari dedaunan sehingga mereka ketakutan dan lari kembali lagi ke hutan. Alasan lain mungkin karena mereka tidak terbiasa dengan ”sandang” dan “pangan” ala kita.

MASALAH RELOKASI SUKU TOGUTIL DI WASILEI

Gambaran rinci tentang pemukiman, asal-usul dan kehidupan suku Togutil di pedalaman pulau Halmahera ini sama sekali belum diketahui oleh dunia pengetahuan kita. Oleh karena itu sangatlah sukar untuk memperoleh keterangan yang terperinci dan terpercaya dari laporan-laporan yang ada tentang Halmahera tanpa melakukan sendiri penelitian di lapangan.

Walaupun demikian, pada sekitar tahun 1979, Universitas Pattimura Ambon pernah melakukan penelitian lapangan yang bersifat Eksplorasi melalui pendekatan Anthropologi Sosial terhadap suku Togutil di pedalaman Tobelo untuk mencari jawaban atas kegagalan usaha pemukiman suku terasing ini, yang laporan penelitiannya ditulis oleh Mus J. Huliselan yakni: Masalah Pemukiman Kembali Suku Bangsa Togutil di Kecamatan Wasilei Halmahera Tengah Sebuah Laporan Pejajagan, Universitas Patimura, Ambon, 1980.

Saya mengutip beberapa point hasil penelitian tersebut, yang menyebutkan bahwa; Menurut hasil penelitian ini, jika dilihat dari sistem pemukiman orang-orang Togutil Wasilei dapat dibagi atas 3 kelompok, yaitu :

  1. Mereka yang mengembara di hutan-hutan dengan goa-goa dengan rumah-rumah darurat sebagai tempat bernaung.
  2. Mereka yang berpindah-pindah dalam lokasi tertentu dengan sistem perumahan yang sudah teratur (di Toboino dan Tutuling).
  3. Mereka yang menetap pada suatu lokasi dengan pola pemukiman yang telah teratur (di Paraino).

Penelitian ini dilakukan terhadap kelompok kedua dan ketiga. Kelompok pertama adalah pengembara yang dinamai oleh kelompok kedua dan ketiga serta penduduk kecamatan Wasilei sebagai “Orang Biri-Biri”. Mereka ini sukar ditemui dan kecurigaan mereka terhadap orang luar sangat besar.

Orang Biri-Biri hidup selalu bermusuhan dengan orang-orang Togutil Dodaga (kelompok kedua dan ketiga). Setiap pertemuan antar kedua golongan ini pasti diselesaikan dengan perkelahian. Kelompok kedua dan ketiga menganggap masing-masing seketurunan atau segolongan, sedangkan kedua golongan ini sama sekali tidak mengakui orang Biri-Biri sebagai orang yang segolongan dengan mereka.

Orang Togutil Dodaga sebagai salah satu sub-suku Tobelo Dalam, bermukim pada 3 lokasi yang dipilih oleh mereka sendiri di dekat Dodaga, sekitar 30 km dari ibukota Kecamatan Wasilei (Lolobata). Sebagian dari mereka adalah orang suku Togutil yang pernah dimukimkan pada tahun 1971. Ketiga lokasi tersebut adalah; Paraino, Toboino dan Tutuling seperti yang sebutkan dalam hasil penelitian di atas. Orang Togutil Dodaga berasal dari dua tempat, yaitu :
1. Daerah Kao , yakni dari Biang, Gamlaha & Kao sendiri.
2. Daerah Tobelo, yakni dari Kupa-kupa, Ufa & Efi-efi.

Dilihat dari bahasa yang digunakan sesuai hasil penelitian, kelihatannya lebih besar pengaruh bahasa Tobelo Boeng terhadap suku ini. Orang Togutil Dodaga sebagian besar berasal dari daerah Kao. Mereka hanya menguasai dan mengerti satu bahasa yaitu bahasa Tobelo walaupun mereka sejak lama bertempat tinggal di lingkungan yang mayoritas berbahasa Maba.

Orang-orang Togutil Dodaga telah menutup dirinya untuk berhubungan dengan dunia luar sampai kira-kira tahun 1961, setelah itu baru terdapat kontak antar mereka dengan penduduk lain di sekitar Halmahera bagian tengah. Sifat ketertutupan ini dapat dimengerti karena mereka adalah pelarian.

Perpindahan nenek moyang suku Togutil Dodaga dari daerah asalnya adalah karena menghindari kewajiban pembayaran Balahitongi (Pajak) yang dikenakan oleh Pemerintah Hindia Belanda zaman dahulu kepada nenek moyang mereka. Kapan dan bagaimana prosesnya berlangsung tidak diketahui secara pasti.

Dalam buku “De Ternate Archipel” (1929, hal 401-402) secara jelas dikemukakan bahwa: Pada tahun 1927 untuk pertama kalinya orang-orang Togutil dikenakan Balasting (pajak) sebesar 1,20 Gulden oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dan sejak tahun 1929 setiap tahun ditambah dengan 0,20 Gulden. Apabila kedua keterangan ini dibandingkan, maka dapat dikemukakan dua argument, yakni :

  1. Apabila benar bahwa yang melakukan migrasi ke hurtan rimba Dodaga adalah orang-orang Togutil, maka mereka baru melakukan hal itu sesudah tahun 1927 karena adanya pungutan Balasting.
  2. Tapi apabila yang melakukan migrasi itu adalah orang-orang Tobelo yang melarikan diri karena Balasting, maka migrasi itu telah dilakukan jauh sebelum tahun 1927.

Dengan demikian sulit dibedakan apakah orang Togutil Dodaga adalah orang-orang Tobelo (Boeng) atau orang-orang Togutil asli. Sampai saat ini tidak ada satu keteranganpun yang memberi petunjuk jelas tentang perbedaan tersebut. Dan rupanya, hingga saat ini pengertian “Orang Togutil” selama ini telah dipakai untuk penamaan semua orang pengembara yang hidup di hutan pedalaman pulau Halmahera di Maluku Utara.

Para peneliti dari Universitas Patimura yang melakukan penelitian tersebut, menyimpulkan bahwa adanya penolakan orang-orang Togutil Dodaga untuk menerima anggapan bahwa mereka termasuk suku bangsa Togutil dan bahkan mereka menunjuk orang lain (orang Biri-biri) sebagai orang Togutil, hal ini mungkin sesuai kenyataan bahwa mereka itu adalah orang-orang Tobelo (Boeng) yang dahulu melarikan diri ke hutan. Kenyataan ini ditunjang oleh penunjukan tempat asal mereka yaitu pada desa-desa asal Tobelo dan Kao yang bukan tempat kediaman suku Togutil asli.

Dengan demikian, maka pasti timbul pertanyaan; Siapa sebenarnya suku Togutil itu? Meskipun persoalan ini belum dapat terpecahkan hingga saat ini orang mengenal Suku Togutil di pedalaman hutan Halmahera ada dua, yaitu 1) Orang Togutil Dodaga yang sudah bisa diajak relokasi oleh Pemerintah dan 2) Orang Togutil Asli yang masih hidup di hutan pedalaman yang masih menggunakan pola hidup dan ketergantungan hidup dari pemberian alam (nomaden) dan belum mengenal sistem bercocok tanam serta kehidupan yang belum tersentuh oleh dunia luar.

HUTAN SUNGAI & GOA SEBAGAI RUMAH SUKU TOGUTIL

Orang suku Togutil ada yang bermukim di daerah pantai namun sebagian besar berada di hutan pedalaman yang ada sungai yang menjadi sumber kehidupan mereka. Mereka tidak mengenal sistem pemerintahan dan kekuasaan yang mengikat. Mereka juga tidak mengenal sistem bercocok taman dan pemukiman. Kebanyakan dari mereka mengembara di hutan-hutan tertentu dengan gua-gua atau rumah darurat sebagai tempat bernaung yang dianggap dunianya. Mereka hidup bergantung pada alam. Dalam berpakaian, mereka masih menggunakan “cawat” yang terbuat dari daun dan kulit kayu, tanpa mengenakan baju.

Orang-orang suku Togutil asli yang hidup di tengah rimba Halmahera kerap dihujani prasangka, terbelakang dan membenci orang asing. Mereka menggunakan anjing sebagai tindakan awal untuk menghalau jika ada orang asing memasuki wilayah mereka.

Karena hutan adalah rumah bagi orang-orang suku Togutil, maka pohon dianggap sebagai sumber kelahiran generasi baru. Di samping pelekatan unsur magis tersebut, pohon juga bisa menjadi simbol kelahiran (reproduksi genetika). Saya mengutip beberapa catatan pada hasil Lomba YPHL (2008) dengan topik; Pohon Sebagai Simbol Kelahiran, Mempertimbangkan Pemahaman Lokal tentang Pohon dalam Upaya Pemulihan Kerusakan Hutan, yang ditulis oleh Anthon Ngarbingan dalam www.kabarindonesia.com tanggal 31 Oktober 2008, mengemukakan bahwa ada beberapa kelompok masyarakat seperti suku Togutil di daerah Baborino, Buli, Halmahera Timur – Provinsi Maluku Utara, yang menggunakan pohon sebagai lambang kelahiran seorang bayi di tengah-tengah keluarga. Ketika seorang bayi lahir, maka salah satu anggota keluarga harus menanam satu pohon, yang menyimbolkan hadirnya generasi baru di tengah-tengah keluarga.

Hal-hal seperti ini yang menyebabkan orang-orang Togutil bisa bertahan dalam hutan, dengan tanpa harus merusak hutan. Padahal, pola hidup mereka berpindah-pindah tempat. Praktek semacam ini juga dilakukan oleh beberapa keluarga yang tinggal di Tobelo, Halmahera Utara. Mereka sering menanam satu buah pohon sebagai simbol kehadiran seorang bayi ditengah-tengah keluarga.

Orang-orang Togutil menganggap bahwa kaitan antara anak yang dilahirkan dengan pohon yang ditanam adalah kehidupan mereka sebenarnya akan juga seperti pohon itu, dengan mana akan tumbuh besar dan menghasilkan sesuatu yang bisa berguna bagi semua orang.

Orang-orang suku Togutil sampai saat ini belum mengenal sistem bertani, sistem mata pencaharian mereka adalah mengumpulkan hasil hutan dan berburu dalam jangka waktu tertentu, kemudian hasil yang didapat dimakan bersama. Selama bahan makanan masih ada, para anggota keluarga luas tidak melakukan kegiatan mencari makan. Mereka akan kembali melakukan pengumpulan makanan dan berburu apabila cadangan makanan hampir habis. Orang suku Togutil biasanya mendapatkan makanan langsung dari pohonnya, seperti; buah-buahan dan umbi-umbian.

Cara berburu suku Tugutil adalah berkelompok (semua orang laki-laki dari anggota keluarga luas) dengan menggunakan anjing. Alat-alat berburu yang digunakan adalah tombak, parang dan panah disertai tuba (racun). Dalam usaha menagkap buruan,mereka juga mengenal penggunaan jerat. Orang-orang Togutil mahir membuat jerat dari seutas rotan dan tanaman muda yang lentur melengkung untuk menjerat. Jenis binatang yang diburu adalah babi, rusa, ayam hutan, burung, kuskus, ular, biawak dan kelelawar.

Orang-orang suku Togutil dalam usaha mengumpulkan makanan, melakukan secara berkelompok, misalnya meramu sagu, atau sendiri-sendiri seperti mengumpul umbi-umbian (Bete, Mangere & Gihuku) dan buah-buahan. Karena mereka berdiam di dekat aliran sungai, maka menangkap ikan juga merupakan mata pencaharian pokok. Seruas bambu disulap jadi panci penanak nasi atau ramuan obat, dan selembar manggar, daun lontar muda dirangkai jadi takir, cangkir alami. Getah damar dari hibum, kenari raksasa sebesar bola tenis, empat kali kenari biasa, bagian kulitnya dipenggal, dibakar, nyalanya seperti lilin penerang malam hari.

Bagi orang-orang suku Togutil, anjing merupakan harta yang paling tinggi. Seorang Togutil tanpa anjing akan lumpuh dalam pekerjaan dan tidak bergairah. Hal ini mungkin karena peranan anjing begitu besar dalam kehidupan seorang Togutil di hutan, baik dalm berbuiru maupun mencari nafkah. Kemanapun orang suku Togutil pergi, ia akan disertai anjingnya. Karena itulah tidak heran bila seekor anjing dapat menimbulkan permasalahan persengketaan antar perorangan maupun antar kelompok yang berujung pada perang kecil. Masalah bunuh-membunuh, keretakan hubungan antar kerabat dan antar kelompok bisa saja dapat timbul akibat seekor anjing.

Informasi lain tentang suku yang nyaris telanjang (berpakaian cawat) ini amat beragam. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia (LP3ES, 1996) menyebutnya sebagai “Suku Togutil” yang tinggal di hutan Dodaga dan Tutuling, Kecamatan Wasile, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Menurut Ensiklopedi ini, populasi orang Togutil saat itu 600 orang. Sumber lain menyebutnya “Oho Ngana Manyawa” yang bermakna orang hutan atau orang rimba yang suka membunuh (menghabisil nyawa) orang asing.

Dalam tulisan Christantiowati di Majalah Intisari Edisi September 2008, halaman 124-130 menulis bahwa Rachma Tri Widuri dari lembaga Pelestarian Burung Indonesia, dan Atiti Katango, jagawana dari Taman Nasional (TN) Aketajawe, yang mengantar Tim ini ke tepi Sungai Tayawi, dekat Kampung Kumu, hanya 15 menit bermobil dan Desa Bale, mengemukakan bahwa warga Desa Bale, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara berceritera kepada mereka bahwa orang-orang suku Togutil itu dulu warga yang “lari pajak” (tak mau bayar pajak), jadi lari atau diusir Belanda masuk hutan. Mereka bisa ditemui pula di sekitar Desa Tutur, Tukur, Totodoku, Oboi, Tatam, Lili, Mabulan, dan Baken. Mereka disebut Tobelo Dalam atau Tobelo Hutan, untuk membedakan dari Tobaru, Tobelo Kampung atau yang sudah ke kota.

Suku Togutil yang kita kenal hingga saat ini, suatu saat nanti siapa sangka mungkin hanya tinggal kenangan. Kini populasi suku ini semakin berkurang. Hal ini bisa saja karena kondisi kebiasaan hidup mereka yang tidak teratur yang mengakibatkan jumlah kelahiran tidak sebanding dengan kematian dari anggota suku ini. Hal lain adalah tabiat mereka yang takut melihat manusia lain dan ini menutup kesempatan mereka mendapatkan makanan pada musim sulit sehingga pada akhirnya mempengaruhi perkembangan populasi dan reproduksi genetika mereka. Semoga suku ini tidak mengikuti jejak Suku Moro di Halmahera utara yang hilang misterius (gaib) di abad sebelumnya. Semoga saja “National Geography” berminat melakukan eksplorasi ke tempat ini……!

Satu hal yang paling berharga yang telah ditunjukkan oleh suku Togutil yang kita anggap “kurang” beradab ini telah menjadi pelajaran untuk kita semua, yakni; “Peliharalah alam, lestarikanlah hutan & jangan sekali-kali merusaknya”. Sekali lagi, mereka membuktikan bahwa kita yang merasa diri si “beradab” ini yang harus belajar kearifan dan keramahan dari mereka. Saya yakin anda semua pasti setuju dengan ini…!

Penulis: Busranto Abdullatif Doa

ShareTweetShare
Previous Post

Hakim Syarifuddin & Kurator Penyuapnya Mulai Diperiksa KPK

Next Post

Mutasi Gen Pada Kelinci Akibat Radiasi Fukushima Jepang

Related Posts

Tingkatkan Ekonomi Nelayan BPKH – LAZISNU Serahkan Mobil Truck Freezer Halal Food
Komunitas

Tingkatkan Ekonomi Nelayan BPKH – LAZISNU Serahkan Mobil Truck Freezer Halal Food

18/06/2021
Kendo, Menyerang tapi Beretika
Komunitas

Kendo, Menyerang tapi Beretika

23/09/2016
Next Post
Mutasi Gen Pada Kelinci Akibat Radiasi Fukushima Jepang

Mutasi Gen Pada Kelinci Akibat Radiasi Fukushima Jepang

YLKI Dorong Kemenhub Tinjau Ulang Rute Lion Untuk Time Performance

YLKI Dorong Kemenhub Tinjau Ulang Rute Lion Untuk Time Performance

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Categories

  • -PROFILE
  • Addictive
  • Award
  • Berita Daerah
  • Bimmas POLRI
  • Crime
  • Fokus
  • Headlines
  • Healthy
  • Hukum & Ham
  • Industrial Security
  • Internasional
  • Interview
  • Kesos
  • Komunitas
  • Metro
  • Narkoba
  • Nasional
  • News Flash
  • NKRI
  • Pancasila
  • Patroli
  • pendidikan
  • PERTAHANAN & KEAMANAN
  • Politik
  • POLRI
  • Profil
  • SAR
  • Security & Safety
  • Security Guard
  • Seputar security
  • Sosbud & Agama
  • Sport
  • Teknologi
  • Tips
  • TNI

Topics

Ahok Amerika Serikat Bandung Banjir BBM Buruh Busway Demonstrasi Gempa Indonesia Israel Jakarta Jokowi Joko Widodo Kebakaran Kecelakaan Korupsi KPK macet Medan Narkoba Papua PBB pembunuhan pemilu penembakan perampokan Polda Metro Jaya polisi POLRI Presiden SBY sabu sabu Satpam satuan pengamanan SBY security SIM Keliling SPD Suriah Susilo Bambang Yudhoyono swatt online Teroris tewas tilang TNI
No Result
View All Result
SWATT - Online

© 2020 SWATT-ONLINE.COM - MEDIA RUJUKAN KEAMANAN by brigade-spd.com.

  • Profil
  • Karier
  • Iklan
  • Contact
  • Disclaimer
  • Redaksi

Follow Us

No Result
View All Result
  • HOME
  • Nasional
  • Internasional
  • Politik
  • Metro
  • Interview
  • Fokus
  • Hukum & Ham
  • Komunitas
  • Tips
  • Redaksi

© 2020 SWATT-ONLINE.COM - MEDIA RUJUKAN KEAMANAN by brigade-spd.com.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist