Festival budaya Zhong Qiu Jie (kue bulan) yang bertepatan pada tanggal 15 bulan ke-8 dalam kalender imlek dapat menjalin kebersamaan antara sesama. Karena dalam festival ini tidak melihat pada satu agama saja. Artinya, dalam setiap unsur asalkan mau ikut dalam kebersamaan ini bisa turut serta.
”Jadi ada semacam kebersamaan untuk mengembangkan budaya-budaya Tionghoa. Karena budaya Tionghoa merupakan salah satu bagian dari budaya Indonesia. Apalagi warga Tionghoa adalah bagian dari warga Indonesia,” ujar Pengurus Pusdiklat Bumi Suci Maitreya Pekanbaru, Pandita Hosan ketika dimintai komentarnya seputar makna yang tersirat dan tersurat dari pagelaran Festival Budaya Zhong Qiu Jie (kue bulan) yang dipusatkan di Jalan Karet Pekanbaru, Minggu (11/9).
Dari sisi agama sebut Hosan, juga dikehendaki adanya kebersamaan yang dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. Dimana semua unsur budaya itu diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dengan demikian, budaya-budaya seperti festival kue bulan ini perlu dikembangkan. Sehingga warga-warga lain juga mengenal bahwa budaya dan warga Tionghoa merupakan bagian dari wilayah NKRI.
”Dalam kalender lunar (imlek), fetival ini selalu diadakan setiap tahun. Dalam hal ini, kita benar-benar mencintai negara kita. Karena dulu ada sebuah kisah atau cerita, festival kue bulan ini awalnya ada karena merasa cinta kepada negaranya untuk melawan penjajahan. Tujuannya tentu untuk merdeka sehingga dengan kemerdekaan ini bisa membangun negara kita ini lebih maju. Oleh karena itu, festival ini mengingatkan kita harus melawan penjajahan dan menegakkan kemerdekaan serta membangun negara kita sendiri,” papar Hosan.
Lantas kenapa ada simbol-simbol seperti kue bulan dan lampion pada festival budaya Zhong Qiu Jie ini? Khusus lentera atau lampion sebut Hosan, pada zaman dulu belum ada lampu penerang untuk penunjuk jalan. Jadi lentera itu melambangkan kecemerlangan.
”Kita membawa lentera berarti menerangi jalan kita ke arah lebih baik. Sedangkan kue bulan yang dibuat sebulat mungkin dan sempurna (yuan yuan man man). Artinya, kita mengharapkan dapat mencapai kesempurnaan. Kita semuanya Yuan Yuan Man Man (sempurna dan lengkap). Sehingga kita semuanya bisa menyatu,” ujar Hosan. |sumber|