Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY semakin meningkat. Bahkan gunung teraktif di dunia tersebut semakin mengembung ke arah Selatan setiap harinya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tehnologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo mengatakan, peningkatan aktivitas gunung tersebut semakin signifikan setiap hari.
“Sampai saat ini gempa vulkanik, multifase, guguran lava cenderung semakin meningkat. Bahkan dari efek lain seperti sudut deformasinya juga terus meningkat terutama yang ke arah Selatan mengembung 9 centimeter setiap hari,” paparnya saat ditemui di kantornya, Senin (18/10).
Untuk sisi lain kata Subandriyo, Merapi juga mengalami penggembungan.Hanya saja kata dia,penggembungan tertinggi ada di sisi Selatan. Karenanya jika sisi tersebut yang mengalami erupsi maka wilayah Kabupaten Sleman yang akan banyak terkena dampaknya.
Berdasarkan data, pada Senin kemarin gempa vulkanik di puncak merapi mencapai 57 kali meningkat tajam dari Sabtu lalu yang hanya 23 kali. Gempa multifase mencapai 357 atau meningkat 50 persen dari Sabtu lalu yang hanya 259 kali serta guguran lava sebanyak 60 meningkat hampir 100 persen dari sabtu lalu yang hanya 36 kali. “Meski meningkat signifikan tetapi status masih waspada belum kita naikkan,” tandasnya.
Berdaskan data kata dia, Merapi melakukan erupsi terakhir tahun 2006 lalu. Menurutnya,jika dibandingkan dengan gejala awal erupsi dari tahun 2006, aktivitas gejala erupsi Merapi tahun ini justru lebih kuat. Karenanya pihaknya tidak menutup kemungkinan jika erupsi Merapi akan lebih besar.
Diakuinya, letusan Merapi pernah eksplosif dan juga pernah dalam skala besar. Skala besar terjadi pada tahun 1822, 1872 dan 1930, serta 1931 setelah itu tidak terlalu besar pada tahun 1961. Namun material yang dimuntahkan lebih dari 30 juta meter kubik yang menjangkau sampai 15 kilometer dibawah Merapi. “Kita sudah antisipasi sampai hal terburuk,” tandasnya.
Sumber: republika.co.id