
Petani di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) rupanya harus mengocek kantong guna mengeluarkan biaya tambahan. Pasalnya, wilayah itu sudah lama mengalami musim kekeringan.
Di Persawahan Oepoi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, misalnya, petani mengeluarkan dana antara Rp70-Rp100 ribu per minggu untuk membeli bahan bakar pompa air. Petani memompa air dari sumur air minum terdekat ke persawahan setelah sumber air Oepura yang selama ini mengairi puluhan hektare areal persawahan itu, setop mengalir sejak satu bulan terakhir.
Arnold Lopo, petani setempat mengatakan dari sekitar 50 hektare (ha) areal persawahan Oepoi, sebagian tidak diolah karena kesulitan air. “Hanya sekitar 20 hektar yang diolah untuk ditanami padi, jagung, tomat, dan kangkung,” katanya.
Ia memompa air antara 2-3 kali dengan kebutuhan solar antara 15-20 liter. Jika petani tidak mengupayakan air, tanaman yang baru satu bulan ditanam, bisa mati. Untuk tumbuh subur, tanaman padi harus diairi minimal dua kali dalam satu minggu.
“Tanaman padi membutuhkan banyak air karena tanah mulai retak-retak,” katanya.
Menurut Dia, debit sumber air Oepura bergantung dari curah hujan. “Jika curah hujan tinggi, debit air juga besar. Sebaliknya jika curahan berkurang seperti saat ini, debit air juga ikut
berkurang, “jelasnya. [sol]