Mengikuti Prancis, Norwegia juga akan ikut serta dalam aksi militer terhadap Libya. Aksi militer itu akan dilancarkan menyusul diadopsinya resolusi baru PBB yang mengizinkan pemberlakuan zona larangan terbang atas Libya.
“Kami telah memutuskan untuk ikut serta dalam operasi. Namun masih terlalu dini untuk menyebutkan dalam cara apa,” ujar Menteri Pertahanan Norwegia Grete Faremo pada surat kabar Verdens Gang seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (18/3/2011).
“Itu masuk akal untuk melakukannya lewat udara (kekuatan),” imbuhnya.
Sementara itu Denmark saat ini masih menunggu lampu hijau dari parlemen negeri itu sebelum bergabung dalam aksi militer terhadap Libya. Menteri Luar Negeri Denmark Lene Espersen mengatakan, negaranya akan berpartisipasi dengan mengerahkan pesawat-pesawat tempur F-16.
Sebelumnya juru bicara pemerintah Prancis, Francois Baroin mengatakan, aksi militer terhadap Libya akan terjadi dalam beberapa jam. Prancis pun akan ikut serta dalam serangan udara tersebut.
“Prancis, yang memimpin seruan (untuk aksi tersebut), tentu saja akan konsisten dengan intervensi militer,” ujar Baroin pada radio Prancis, RTL seperti dikutip kantor berita Reuters, Jumat (18/3/2011).
Ketika diminta untuk menjelaskan maksudnya, Baroin mengatakan “mereka akan berpartisipasi dalam operasi-operasi.”
Dikatakan Baroin, tujuan dari aksi militer tersebut adalah untuk “melindungi rakyat Libya dan memberikan jalan bagi mereka untuk kebebasan, yang berarti menjatuhkan rezim Muammar Khadafi.”
Para diplomat mengindikasikan, serangan udara dari koalisi yang dipimpin Inggris, Prancis dan Amerika Serikat bisa terjadi dalam waktu dekat. Namun resolusi terbaru DK PBB melarang pengiriman pasukan darat oleh negara-negara asing untuk menduduki wilayah Libya.|dtc/tn|