
Hari ini, 1 Desember 2011, Organisasi Papua Merdeka (OPM) merayakan hari ulang tahunnya yang ke-40.
Acara peringatan itu diwarnai kontak senjata Brimob versus OPM dan penganiayaan terhadap anggota polisi bernama Bripda Ridwan Napitupulu. Aparat kepolisian dan TNI berjuang keras mengendalikan keamanan di sana.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro mengatakan, berdasarkan laporan terakhir pukul 11.00 WIB, situasi Papua masih kondusif.
“Pengibaran bendera diduga terjadi di lima tempat. Tapi sampai sekarang konsentrasi massa masih kecil,” kata dia, Kamis 1 Desember 2011. Purnomo berpendapat, belum diperlukan penambahan pasukan.
Dia menjelaskan, langkah-langkah antisipasi sudah dilakukan aparat keamanan. “Di tempat-tempat di mana nanti ada kemungkinan konstrasi massa. Antisipasi langkah-langkah pengibaran bintang kejora,” kata dia.
Purnomo berpendapat, bintang kejora tetap sebagai bendera separatis. Meski,”sebagian mengatakan bahwa pengibaran bendera bintang kejora itu adalah bendera kebudayaan, bendera provinsi. Tapi bendera Papua itu bukan bintang kejora.”
Dia menyebut, ada laporan konsentrasi massa di Lapangan Theys Eluay, tokoh OPM. Memang akan dilaksanakan ibadah peryaan HUT 50 tahun emas kebangkitan Papua. Dengan tema “Tuhan bolehkan Papua untuk kedamaian dunia”. “Ada 25 orang sudah di lapangan mendirikan tenda dan spanduk sudah terpasang. Jadi belum banyak, terus kami pantau, itu tadi jam 11.00 siang, beda jamnya,” kata Purnomo, membeberkan laporan yang ia terima.
Saat ditanya adakah instruksi presiden untuk pengamanan Papua, Purnomo menjawab, tak ada yang istimewa. “Ini cukup yang menangani daerah saja.”
Perlu diketahui saja, pada 1 Desember 1961, sejumlah tokoh di Papua yang kala itu bernama West Nieuw Guinea – mendeklarasikan kemerdekaan. Tahun 1969 dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat(Pepera) di sana, yang disaksikan oleh utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), utusan Australia dan utusan Belanda. Hasilnya, warga Papua memilih bergabung dengan Indonesia.
Hasil Pepera itu kemudian dibawa ke PBB. Dan pada tanggal 19 November 1969, Sidang Umum PBB menyetujui hasil Pepera itu. Sejumlah tokoh Papua menolak keras. Lalu berjuang lewat Organisasi Papua Merdeka (OPM). Mereka membentuk Tentara Pembebasan Nasional (TPN), yang bertahun-tahun kerap bertukar peluru dengan polisi dan Tentara Nasional Indonesia.
VIVAnews