AS Panji Gumilang, Pondok Pesantren Ma’had Al Zaytun dan Negara Indonesia Komandemen Wilayah (NII KW) 9. Disebut-sebut berbagai kalangan, ketiga hal ini saling berkaitan. Namun Panji menegaskan pendidikan di Al Zaytun biasa saja dan bukan tameng dari NII KW 9.
“Bila dikaitkan (dengan NII KW 9) ya tidak mengait. Kalau lebih dari itu saya tidak ada jawaban. Secara struktural tidak ada (kaitan). Ini bukan tameng. Ini pendidikan biasa,” ujar pimpinan Ma’had Al Zaytun, Panji Gumilang, saat ditemui di kompleks Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (11/5/2011).
Berikut ini wawancara wartawan dengan Panji Gumilang:
Adakah keterkaitan Ma’had Al Zaytun dengan organisasi NII?
Saya ingin katakan Al Zaytun didirikan melalui proses yang sangat panjang. Diawali pendirian Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) pada 1994. Kami memiliki dasar dan program yang jelas.
Program YPI ikut ambil bagian dalam program pencerdasan anak bangsa. Kami ingin mengembangkan ekonomi baru pendidikan, atau pendidikan baru ekonomi. Kami lalu ambil langkah, memilih tema pendidikan. Lalu kami rancang dan beri nama Al Zaytun.
Perjalanan pembangunan untuk membuat pesantren dengan sistem modern. Pada 1994-1998 dibuat gedung pembelajaran, asrama dan masjid. Lalu 1999 dimulai dengan izin Depag, izin operasional. Sebulan menjelang dimulai kami memilih kurikulum Depag dan Depdiknas.
Kalau keterkaitan dengan organisasi itu (NII KW 9), sudah barang tentu saya katakan tidak ada. Ini murni dalam rangka pendidikan. Untuk menyatakan bahwa ini pendidikan, kami punya motto: Ma’had Al Zaytun Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi dan Budaya Perdamaian, baik bagi bangsa Indonesia maupun bagi bangsa lainnya. Bagi bangsa Indonesia tentu akan membawa sebagai bangsa yang baik. Tidak ada kaitan dengan organisasi terdahulu.
Bagaimana dana untuk Al Zaytun diperoleh?
Panji Gumilang bukan kaya harta tapi kaya cita-cita. Jika ingin menyukseskan cita-cita, maka harta mengikut. Saya melanjutkan cita-cita untuk mendirikan ma’had ini. Ini (dana) dari sumbangan yang halal. Masing-masing kami memberikan sumbangan yang halal. Sumbangan ini kalau digabung akan menjadi kekuatan raksasa.
Di Al Zaytun terus berjalan, baik dari sumbangan maupun dari usaha sebesar atau sekecil apapun. Kami ada pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan. Kemampuan yayasan untuk memenuhi yang dihajatkan intern ma’had ini pada karyawan, guru dan siswa yakni 3,5 ton beras setiap hari bukan dari beli padi, tetapi hasil dari tanah yang kita miliki.
Guru yang sudah sampai masa, diberi garapan (sawah) dan nanti memberikan sebagian hasilnya untuk yayasan. Utamanaya adalah (menanam) padi, sedang sisanya tanaman yang dikehendaki. Kami bisa memenuhi daging 3 kepala untuk 1 hari, lalu 3,5 ton beras untuk 1 hari dan sayur beberapa ton untuk satu hari.
Tanah dari usaha awal yang kita dapatkan. Untuk tanah, beberapa ratus hektar kita bagi, sebagian untuk kampus, hutan, perladangan atau persawahan. Ini merupakan pembangunan pendidikan yang terintegrasikan.
Dalam pendanaan tidak ada bantuan dari Timur Tengah, Mesir, Saudi. Semua dari Indonesia.
Ada keterlibatan dengan kegiatan cuci otak yang akhir-akhir ini marak?
Al Zaytun sama sekali tidak terkait dengan yang terjadi belakangan dan dibicarakan orang. Sejak dini anak-anak kami jaga dari kriminalitas, dan itu tidak berlaku. Kalau ada yang ambil punya kawannya, maka diadakan sidang Mahkamah Pelajar. Kalau kami disinonimkan dengan yang belakangan ini, sangat tidak layak dan tidak patut.
Untuk output, Al Zaytun sudah meluluskan sejak 2005-2011 ada 7 angkatan, dan saya tidak pernah dengar lulusan Al Zaytun ada yang macam-macam. NII memang pernah ada (di Indonesia) pada Agustus 1949 dan berhenti pada 1962. Setelah itu selesai dan sudah ada anjuran kembali pada Ibu Pertiwi. Itu disampaikan pimpinannya. Kalau Al Zaytun hanya pendidikan saja.
Mungkinkah Al Zaytun hanya dijadikan tameng kegiatan NII KW 9?
Bila dikaitkan (dengan NII KW 9) ya tidak mengait. Kalau lebih dari itu saya tidak ada jawaban. Secara struktural tidak ada (kaitan). Ini bukan tameng. Ini pendidikan biasa.
Anda dilaporkan mantan menteri NII KW 9, Imam Supriyanto, terkait pemalsuan dokumen. Tanggapan Anda?
Tidak ada palsu memalsu. Dokumen yayasan keluar pada 1994, 5 tahun kemudian diperbarui karena ada pengurus yang mengundurkan diri atau tidak aktif. Pada 1998 diperbarui.
Pada sekitar 2008 juga ada perubahan karena ada pengurus yang meninggalkan yayasan dan ada yang wafat. Kami diingatkan notaris agar izin yayasan diperbarui. Kalau ada yang tidak hadir (dalam waktu lama) tentu tidak bisa dipertahankan. Kalau tidak hadir itu kan berarti ghoib.
Yang bersangkutan (Imam Supriyanto) waktu itu 10 hari meninggalkan (yayasan), dicari. 3 Bulan 10 hari masih kami cari tapi tidak ada, tidak kembali. Pada 2007-2011 tidak pulang. Lalu ada pembaruan (dokumen yayasan) yang disahkan notaris dan oleh Depkum HAM. Itu sudah di tangan kami.
Jika dimintai keterangan oleh Mabes terkait kasus ini maupun NII KW 9 bersedia? Artinya, tidak sulit menghadirkan seorang Panji Gumilang ke Mabes Polri?
Kami dekat dengan Polri, tentara. Rumahnya ada, wajahnya begini. Tidak sulit.
Benarkah ada aliran dana dari Bank Century kepada Anda?
Kalau dana mengalir pasti ada yang mengalirkan. Ini kan soal ada tidaknya (rekening) di sana. Kalaupun ada juga saya nggak akan cerita.
Ada yang mengatakan pengajaran Ma’had Al Zaytun mirip NII Kartosoewirjo?
Mirip ludruk juga bisa. Di sini kan ada gamelan, nanti bisa dibilang ‘ini ludrukan atau pondok’.
Kabarnya ada pelatihan militer di kompleks Al Zaytun?
Di sini ada siskamling sebagai pengamanan. Yang melatih polisi. Sebelum polisi, yang melatih tentara (TNI). Kalau dilatih tentara, tentunya ya nggak sempat latihan militer. Disebut ada Wiranto? Kok ke mana-mana. Malah njladrah (ke mana-mana).
Robert Tantular menyebut Abu Toto punya rekening di Century?
Saya juga lihat wawancara (Robert Tantular) di TV One, bukan Abu Toto, tapi Abu Maarik yaitu Syekh Panji Gumilang. Saya dekat dengan beliau (Robert Tantular).
Dana Al Zaytun tertutup?
Kalau tertutup tidak akan bisa membuat seperti ini. Kalau ingin tahu, datang ke kantor pajak. Kami membayar setiap bulan. Tanggung jawab kepada negara telah kami sampaikan.
Untuk apa ini diumumkan (ke publik). Saya paling bilang, nih ada masjid yang belum selesai. Al Zaytun punya skala prioritas. Untuk pendidikan dari dasar sampai menengah dianggap cukup.
Ada aliran dana APBD Bengkalis ke Al Zaytun?
Pada 2004, kami diajak Pemda Bengkalis untuk membuat pendidikan seperti di Al Zaytun. Awalnya, Pemda Bengkalis akan menyediakan 100 hektar tanah dan bahkan lebih untuk dibangun tempat pendidikan. Tanahnya belum ada sertifikat, namun kami diminta untuk membangun. Kontrak Rp 5,6 miliar dan Rp 5,3 miliar diajukan.
Kami juga punya piutang Rp 200 juta belum dibayar. Tapi mau dibayar Alhamdulillah, nggak dibayar juga Tuhan kan tidak tidur. Kami mengundurkan diri dari proyek tersebut karena tidak ada tanah di atas sertifikat.
Kalau Anda pribadi ada kaitan dengan NII?
Saya sudah katakan, organisasi yang menamakan NII dalam sejarah pernah ada pada 1949-1962. Setelah itu berhenti atau tidak ada. Saya tidak pernah terkait. Saya tidak pernah ikut dan keluar. Saya tidak terkait dengan sejarah itu. Saya bukan dokter, bukan tukang sihir. Saya tidak tahu (bagaimana) cuci otak.
Anda merasa tersudut? Ingin menuntut balik pihak tertentu?
Biasa saja. Saya memang santai orangnya. Mau dikuyo-kuyo, santai saja. Santai tapi punya rencana yang lebih baik. Indonesia itu kerukunan. Jangan tuntut-tuntutan, nanti yang menang jadi monyet. Indonesia perlu persatuan.
Ada apa Hendropriyono datang ke Al Zaytun?
Hendropriyono namanya juga tentara, masuk-masuk itu wajar. Ingin tahu ada apa di Al Zaytun, dan ternyata tidak ada apa-apa. Kalau akrab dengan banyak kalangan kan bagus. Kalau bertentangan ditanya kenapa ini Al Zaytun bertentangan, kalau apik-apik ditanya ‘ono opo iki’. Ini bagaimana?
Saya ikhlas. Allah tidak tidur. Seperti yang pernah disampaikan Pak Harto (mantan Presiden Soeharto) kepada saya, angkara murka akan hancur dengan pangastuti (kebijakan, kebaikan). |dtc|