Keheningan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Atma Husada Mahakam (dulu disebut RS Jiwa Selili, Red) di Jl Kakap, Samarinda Ilir, Minggu (31/10) malam lalu, seketika berubah menjadi mencekam.
Perawat dan penghunin rumah sakit itu digegerkan setelah seorang pasien penderita gangguan jiwa, ditemukan tak bernyawa dengan posisi tergantung, di kamar mandi ruang Akut B.
Pelaku gantung diri itu bernama Arfan. Usianya masih 18 tahun. Tercatat ia tinggal di Tanjung Batu, RT 03, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar).
Dengan menggunakan tali pengikat tangan dan kaki penderita gangguan jiwa akut, Arfan nekat menjerat lehernya. Tali berwarna putih itu, diikatkan ke terali besi kamar mandi yang berada di kamar perawatan Arfan.
Saat ditemukan, kondisi tubuh Arfan sudah dalam keadaan kaku. Yang tak lazim seperti orang yang ditemukan gantung diri, lidah Arfan tak menjulur. Namun dari identifikasi polisi, terdapat air mani di celana pendek warna biru yang dikenakan Arfan. Ini bisa memperkuat dugaan kalau Arfan memang bunuh diri.
Tidak ada yang mengetahui pasti bagaimana bisa Arfan melepaskan diri dari ikatan tali saat berada di tempat tidur perawatan. “Pintu kamar memang dikunci. Ini untuk menghindari pasien (Arfan, Red) ke luar saat mengamuk. Pasien juga hanya seorang diri di kamar perawatan itu (Akut B) dan dalam keadaan terikat di tempat tidur,” ungkap Nafsir, petugas rumah sakit yang pertama kali menemukan jasad Arfan tergantung.
Arfan diketahui sudah 5 hari menjalani perawatan di rumah sakit itu. Sejak Selasa (26/10) lalu, Arfan dibawa oleh keluarganya dengan surat rujukan dari Polres Kukar lantaran mengidap gangguan jiwa.
“Pasien diikat lantaran kerap mengamuk dan supaya tak berbuat yang aneh-aneh. Tidak tahunya pasien malah gantung diri. Itu pun kami tahu setelah pasien tidak terlihat berada di tempat tidurnya,” ujar Nafsir.
Jasad Arfan ditemukan saat Nafsir hendak mengecek kondisinya. Nafsir yang ditemani Darmanto, juga petugas rumah sakit, tidak mendapati Arfan terbaring di dalam kamar perawatan.
“Saya pun curiga, apalagi pasien kan kedua tanganya saat itu diikat. Saya lihat pintu kamar mandi tertutup. Saya tambah curiga dan ternyata benar saat kami periksa, pasien sudah meninggal tergantung,” kata Nafsir.
Kapolresta Samarinda Kombes Pol HM Arkan Hamzah, melalui Kapolsekta Samarinda Ilir Iptu P Hasugian kepada Sapos mengatakan, tewasnya Arfan, murni gantung diri. Tidak ada unsur kekerasan yang ditemukan polisi atau pun dokter rumah sakit, saat dilakukan visum.
“Saat pertama kali ditemukan, terdapat bercak darah di di kamar mandi. Namun bercak darah itu bukan disebabkan luka akibat tindak kekerasan. Tetapi akibat luka pada siku tangan kanan korban (Arfan, Red),” tandasnya.
Keheningan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Atma Husada Mahakam (dulu disebut RS Jiwa Selili, Red) di Jl Kakap, Samarinda Ilir, Minggu (31/10) malam lalu, seketika berubah menjadi mencekam.
Perawat dan penghunin rumah sakit itu digegerkan setelah seorang pasien penderita gangguan jiwa, ditemukan tak bernyawa dengan posisi tergantung, di kamar mandi ruang Akut B.
Pelaku gantung diri itu bernama Arfan. Usianya masih 18 tahun. Tercatat ia tinggal di Tanjung Batu, RT 03, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar).
Dengan menggunakan tali pengikat tangan dan kaki penderita gangguan jiwa akut, Arfan nekat menjerat lehernya. Tali berwarna putih itu, diikatkan ke terali besi kamar mandi yang berada di kamar perawatan Arfan.
Saat ditemukan, kondisi tubuh Arfan sudah dalam keadaan kaku. Yang tak lazim seperti orang yang ditemukan gantung diri, lidah Arfan tak menjulur. Namun dari identifikasi polisi, terdapat air mani di celana pendek warna biru yang dikenakan Arfan. Ini bisa memperkuat dugaan kalau Arfan memang bunuh diri.
Tidak ada yang mengetahui pasti bagaimana bisa Arfan melepaskan diri dari ikatan tali saat berada di tempat tidur perawatan.
“Pintu kamar memang dikunci. Ini untuk menghindari pasien (Arfan, Red) ke luar saat mengamuk. Pasien juga hanya seorang diri di kamar perawatan itu (Akut B) dan dalam keadaan terikat di tempat tidur,” ungkap Nafsir, petugas rumah sakit yang pertama kali menemukan jasad Arfan tergantung.
Arfan diketahui sudah 5 hari menjalani perawatan di rumah sakit itu. Sejak Selasa (26/10) lalu, Arfan dibawa oleh keluarganya dengan surat rujukan dari Polres Kukar lantaran mengidap gangguan jiwa.
“Pasien diikat lantaran kerap mengamuk dan supaya tak berbuat yang aneh-aneh. Tidak tahunya pasien malah gantung diri. Itu pun kami tahu setelah pasien tidak terlihat berada di tempat tidurnya,” ujar Nafsir.
Jasad Arfan ditemukan saat Nafsir hendak mengecek kondisinya. Nafsir yang ditemani Darmanto, juga petugas rumah sakit, tidak mendapati Arfan terbaring di dalam kamar perawatan.
“Saya pun curiga, apalagi pasien kan kedua tanganya saat itu diikat. Saya lihat pintu kamar mandi tertutup. Saya tambah curiga dan ternyata benar saat kami periksa, pasien sudah meninggal tergantung,” kata Nafsir.
Kapolresta Samarinda Kombes Pol HM Arkan Hamzah, melalui Kapolsekta Samarinda Ilir Iptu P Hasugian kepada Sapos mengatakan, tewasnya Arfan, murni gantung diri. Tidak ada unsur kekerasan yang ditemukan polisi atau pun dokter rumah sakit, saat dilakukan visum.
“Saat pertama kali ditemukan, terdapat bercak darah di di kamar mandi. Namun bercak darah itu bukan disebabkan luka akibat tindak kekerasan. Tetapi akibat luka pada siku tangan kanan korban (Arfan, Red),” tandasnya.
Sumber: sapos.co.id