Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mendesak dunia internasional untuk membantu mengembalikan stabilitas politik di Libia. “Saya kembali mendesak dunia internasional untuk bersama-sama membantu rakyat Libia. Namun masa depan Libia tetap berada di tangan rakyatnya,” kata Ban dalam sebuah konferensi pers di Canberra, Australia, Sabtu (3/9). Ban, yang tiba di Australia setelah menghadiri konferensi tingkat tinggi soal masa depan Libia di Paris, mengatakan dia tengah berupaya untuk mengirimkan misi kemanusiaan PBB ke Libia sesegera mungkin.
“Kami tengah bekerja untuk memastikan PBB bisa merespon dengan cepat permintaan pemerintah Libia saat ini,” lanjut Ban. Pemerintah Libia, tambah Ban, meminta sejumlah bantuan PBB untuk merestorasi negeri itu pasca tumbangnya rezim Muammar Gaddafi. “Bantuan itu termasuk menjaga keamanan warga, menegakkan hukum, melakukan dialog politik dan melindungi hak asasi manusia terutama bagi kelompok warga yang lemah,” papar Ban.
Secara khusus, Ban juga meminta peran aktif Australia untuk ikut mengembalikan stabilitas politik di negeri Afrika Utara itu terutama setelah Gaddafi mengancam akan mengobarkan perang dalam waktu lama. “Saya di sini untuk mengatakan kepada Australia, kami membutuhkan ide, pengalaman dan komitmen berkelanjutan negeri ini,” kata Ban.
Sementara itu di Libia, para pemimpin baru negeri itu tengah memulai proses untuk memulihkan aturan di ibukota Tripoli, setelah tumbangnya Gaddafi. Wartawan BBC, Jeremy Bowen melaporkan saat ini Libia tengah menikmati bulan madu revolusi meski Kolonel Gaddafi masih dalam pencarian dan sebagian wilayah negeri ini masih berada di bawah kendali pasukan yang loyal pada sang kolonel.
Sedangkan di jalanan Tripoli, lanjut Bowen, banyak berkeliaran pemuda bersenjata anggota pasukan pemberontak yang kini memanfaatkan kekosongan kekuasaan di Libia. Seorang perwira militer Dewan Transisi Nasional (NTC), Jenderal Omar Hariri mengatakan para pejuang anti Gaddafi kini didorong untuk pulang kampung dan mendaftarkan diri ke angkatan bersenjata.
Jika tidak mau mendaftarkan diri ke dalam militer, Hariri meminta, mereka kembali ke profesi awal mereka sebelum revolusi. “Orang-orang ini meninggalkan semua miliknya untuk berjuang melawan Gaddafi. Mereka akan kembali ke kehidupan awalnya dan sisanya akan diberi pilihan untuk menjadi anggota militer,” kata Hariri.
Seorang anggota pemberontak Libia dilengkapi senapan AK-47 melakukan penggeledahan. Hal lain yang cukup mengkhawatirkan adalah beredarnya senjata api dalam jumlah besar di Tripoli dan kota-kota lain di Libia. Seorang perwakilan Uni Eropa di Tripoli menggambarkan di ibukota Libia itu kini hampir semua orang memiliki AK-47 atau kerap disebut Kalashnikov, senjata otomatis buatan Rusia yang paling banyak diproduksi di dunia.
Namun peredaran senapan otomatis ini tidak terlalu merisaukan salah satu anggota senior NTC, Ali Tarhouni. “Saat ini kami tidak terlalu risau soal peredaran senjata apalagi kami masih membutuhkannya untuk memburu Kolonel Gaddafi,” kata Tarhouni kepada BBC. Hingga saat ini keberadaan Gaddafi belum diketahui, namun beberapa kali Gaddafi menyampaikan niatnya untuk tetap bertempur sampai titik darah penghabisan.
Kini, pasukan pemberontak tengah mengepung kota Sirte, Bani Walid dan Sabha dan memberi waktu hingga 10 September bagi pasukan pro Gaddafi untuk menyerah atau menghadapi serangan militer. |dtc|