Kepala urusan kemanusiaan PBB Valerie Amos mengatakan sebagian Kota Homs di Suriah dalam “kondisi sangat hancur” dan tampak seperti kota mati. Baroness Amos mengunjungi Homs pada Rabu (7/3), dan melakukan kunjungan singkat kota yang menjadi sasaran bom di distrik Baba Amr. Kepala bantuan PBB menghabiskan waktu kurang dari satu jam di Baba Amr untuk memperkirakan jumlah bantuan kemanusiaan.
Dia juga mengunjungi kota lain, sebelum kembali ke Damaskus. Baroness Amos memperhatikan masalah keamanan di kota tersebut dan dia mendengarkan suara tembakan senjata disana, seperti disampaikan oleh juru bicaranya Amanda Pitt. “Dia mengatakan bahwa bagian (kota) yang dia lihat sangat hancur,” kata Pitt, seperti diberitakan oleh kantor berita AFP.
“Dia mengatakan Homs seperti kota yang telah tutup.” Dia juga tidak diijinkan untuk memasuki wilayah yang dikuasai oposisi, meskipun pemerintah memberikan jaminan dia dapat mengunjungi seluruh wilayah Suriah. Sementara itu, Bulan Sabit Merah juga belum dapat menyalurkan bantuan ke Baba Amr.
Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallim mengatakan kepada Baroness Amos bahwa pemerintah akan bekerja sama dengan timnya dan telah mencoba membantu penduduk sipil, menurut kantor berita milik pemerintah Sana.
Bulan Sabit Merah Arab Suriah bertahan di Baba Amr sekitar 45 menit,” seperti disampaikan oleh juru bicara Komite Palang Merah Internasional ICRC, Hicham Hassan kepada kantor berita Reuters. “Mereka menemukan sebagian penduduk telah mengungsi meninggalkan Baba Amr ke wilayah yang telah dikunjungi oleh ICRC dan Bulan Sabit Merah Arab Suriah, sejak pekan lalu.”
Dia mengatakan bantuan ICRC telah disalurkan ke wilayah yang membutuhkan, termasuk Hama, Idlib, Deraa, daerah di Damascus dan bagian timur kota Raqqa. Tim bantuan telah menunggu selama beberapa hari, tetapi petugas mengatakan sebagian besar penduduk telah mengungsi ke daerah yang telah mendapatkan bantuan.
Pemerintah mengambil alih distrik pada pekan lalu setelah rangkaian serangan. Aktivis mengatakan pasukan tentara melakukan pembunuhan massal sejak mereka memasuki kota tersebut. Sebaliknya, Damaskus menyalahkan pada pemberontak karena menyebabkan besarnya jumlah korban.
Organisasi media internasional dilarang masuk ke Suriah, dan mengakibatkan sulit untuk memastikan kebenaran informasi dari pemerintah ataupun aktivis. Pemberontak Tentara Pembebasan Suriah meninggalkan kota itu pada pekan lalu dengan harapan untuk melindungi warga sipil dari kekerasan lanjutan.
Sementara itu, ledakan dan serangan senjata terjadi di Idlib, seperti disampaikan kelompok oposisi, dan ada kekhawatiran kota itu akan dijadikan sasaran serangan berikutnya. Kelompok oposisi mengatakan 39 orang tewas di seluruh wilayah Suriah pada Rabu (7/3), dengan rincian 26 orang di Homs, enam di Idlib, tiga di Deraa dan dua orang di Damaskus dan dua orang lainnya di Aleppo.
PBB mengatakan lebih dari 7.500 orang tewas dalam kekerasan di Suriah yang telah berlangsung selama 12 bulan terakhir. |bbc|