Komisi Nasional Perempuan menilai kasus pelecehan seksual di dalam angkutan umum sudah sangat meresahkan. Oleh karena itu, pemerintah diminta segera melakukan upaya pencegahan. “Kekerasan seksual di angkutan umum telah menjadi teror bagi perempuan dalam mengakses angkutan umum,” ujar ketua Komnas Perempuan, Yuniyanti Chuzaifah di Jakarta, Senin 13 Februari 2012.
Berdasarkan data yang ia miliki, sejak tahun 1998, sebagian besar kasus kekerasan terhadap perempuan adalah kasus kekerasan seksual. “Yaitu 93.960, dari total 400.939 kasus kekerasan terhadap perempuan,” ucapnya. Sedangkan kasus kekerasan seksual yang terjadi dalam ranah publik adalah kasus kedua terbesar, yaitu 22.284 atau 24 persen dari total 93.960 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan.
Menurut dia, Komnas akan mendorong adanya komitmen pengembalian jaminan rasa aman bagi perempuan yang selama ini dinilai telah hilang. “Artinya menunjukkan tercerabutnya rasa aman bagi perempuan, negara harus tanggung jawab penuhi rasa aman perempuan di ruang publik ini,” kata dia.
Komnas mendesak pemerintah khususnya Dinas Perhubungan untuk mengetatkan pengawasan dan mekanisme sanksi bagi pelaksana jasa angkutan seperti identifikasi sopir dan aturan tentang jendela yang tembus pandang.
Selain itu, ia juga mengusulkan untuk memberikan pendidikan mengenai kekerasan seksual bagi para awak transportasi. “Misalnya petugas kereta api dan bus TransJakarta dan bagaiaman melaporkannya,” kata Yunianti.
Dia menambahkan, kasus perkosaan di angkot telah merengut hak hidup perempuan. Padahal sebagian dari mereka adalah pencari nafkah utama, selain pelajar dan mahasiswi. |viva|
