Lebih dari 65 orang telah tewas dalam dua hari akibat bentrokan antara kelompok pemberontak dan tentara di Sudan Selatan di negara bagian Upper Nile.
Sperti dikutip CNN, Philip Aguer, juru bicara Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) mengatakan bahwa ia juga memaksa pemimpin milisi bernama Oliny menyerah setelah Oliny mengajak pasukannya menyerang desa barat Uach Malakal di negara bagian Upper Nile.
“55 anggota milisi dan tujuh tentara SPLA tewas, dan kami percaya bahwa sejumlah warga sipil juga meninggal, tetapi kita masih mendalami informasi ini, kata Aguer
Baik Oliny maupun Aguer adalah mantan anggota milisi Sudan Selatan serta mantan politisi Lam Akol’s.”Tapi kita tidak tahu apakah dia masih berhubungan satu sama lain, setelah pasukan mereka masing-masing terlibat bentrok.”
Aguer juga mengatakan bahwa ia percaya bahwa Oliny sedang menerima dukungan militer dari pemerintah di Sudan utara.
“Mereka telah menerima senjata baru. Kami menduga mereka semua bertindak dalam koordinasi dengan Khartoum … Saya pikir perang akan terus meningkat,” katanya.
Namun, Partai Kongres Nasional (NCP) sebuah partai dominan di Sudan di sebelah utara membantah memiliki keterlibatan apapun.
Rabie Abdelati, seorang pejabat partai NCP, mengatakan “Jika kita benar-benar ingin kembali ke perang, kami tidak akan menandatangani Perjanjian Perdamaian Komprehensif (kesepakatan 2005) atau menerima referendum.
“Kami berharap bagian selatan sudan memisahkan diri. Jika selatan tidak stabil utara tidak akan stabil,” katanya.
Akol, seorang politisi berpengalaman Sudan Selatan dan mantan anggota dari SPLA menciptakan sebuah partai baru, Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Perubahan Demokratik (SPLM-DC).
Akol menolak setiap hubungan dengan milisi Oliny.
“Dia tidak pernah menjadi bagian dari SPLM-DC,” ujarnya.
“Dia adalah seorang pemuda Shiluk YANG mempertahankan tanah mereka dari Dinka yang mencoba untuk mengambil tanah orang lain,” katanya
Pertempuran terjadi di daerah yang didominasi oleh suku Shiluk, yang dipimpin Akol. Pasukan SPLA di sisi lain didominasi oleh anggota suku Dinka.
Pertempuran terjadi beberapa hari setelah lebih dari 40 orang telah tewas dalam bentrokan antara tentara dan milisi di Sudan Selatan.
Pemimpin pemberontak George Athor telah mengatakan pasukannya telah menewaskan lebih dari 100 orang, sebagian besar dari mereka prajurit.
Tapi Philip Aguer, juru bicara militer Sudan Selatan, mengatakan klaim Athor adalah berlebihan.
Athor mengangkat senjata pada tahun 2010 ketika ia tidak terpilih menjadi gubernur negara bagian Jonglei Sudan Selatan.
Pertempuran datang hanya empat bulan sebelum wilayah ini menjadi mandiri.
Sudan selatan ini diharapkan memisahkan diri pada tanggal 9 bulan lalu setelah selatan menyatakan kemerdekaan dari utara dalam sebuah referendum Januari – pemungutan suara yang dijanjikan dalam kesepakatan damai 2005 yang mengakhiri puluhan tahun perang saudara antara Utara dan Selatan. (her)
foto : CNN