MANADO — Kekerasan guru terhadap siswa kembali terjadi di Sulut. Kali ini terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam, Manado. Kasus yang sudah dilaporkan ke polisi ini diketahui, sebanyak 17 santri Madrasah Tsanawiyah (MTs) ditampar guru pembina. Tak hanya itu, 10 santriwati (perempuan) dipangkas rambutnya.
Menurut pengakuan salah satu orangtua siswa, peristiwa yang terjadi Senin (6/2) lalu, sekira pukul 23.00, guru pembina Fatima Wonggo dan Harsono Makalalag, telah menganiaya anaknya dan 16 santri lainnya, yang hanya kedapatan bersama-sama di sebuah ruangan guru, tengah malam. “Padahal anak saya dan santri lainnya, baru selesai belajar malam,” kata salah seorang orangtua santriwati, yang beralamat di Kotamobagu.
Dalam laporan ke polisi, orangtua santriwati ini mengaku, dari perkataan anaknya, Fatima dua kali menampar, kemudian mengambil gunting dan mulai memotong satu per satu rambu santriwati. “Ini sangat keterlaluan. Ini bukan lagi pembinaan, harus ditindak tegas. Saya minta Kapolda dan Komisi Perlindungan Anak (KPA) mengusut tuntas persoalan ini,” katanya, yang curiga kasus seperti ini sudah berlangsung lama, hanya orangtua yang takut melapor.
Saat didatangi di Tempat Kejadian Perkara (TKP) Kelurahan Bailang, sekira pukul 17.00, kemarin, tak satu pun ditemukan siswa yang menjadi korban, keluar dari asrama. Menurut salah seorang santriwati yang sempat ditemui, membenarkan ada 17 rekannya yang telah mendapat sanksi.
“Senin malam, ada 17 orang anak asrama yang kelas tiga dihukum di ruang guru, yang laki-laki rambutnya digundulkan sedang perempuan digunting rambutnya oleh ustadja Fatima,” ungkap siswi kelas satu MTS saat ditemui di depan asram putri kemarin.
Petugas keamanan asrama yang dikonfirmasi di TKP yang sempat diwawancarai, mengaku saat kejadian dirinya sedang tidak berada di pos penjagaan. “Saya tak ada di pos,” tutur satpam, yang enggan menyebutkan namanya, saat ditemui di depan Asrama Putri pesantren Assallam Bailang.
Dikonfirmasi langsung kepada Fatima Wonggo dan Harsono Makalalag, yang diketahui suami istri itu, mengakui telah memberikan sanksi kepada 17 santri, dengan menggunting rambut. “Ini masih di lingkungan pesantren, semua anak didik harus mengikuti aturan,” kata Fatima.
Hanya saja, Fatimah membantah dirinya tidak memukul. “Saya tak memukul Santri dan Santiwati saya, mereka hanya diberikan pembinaan,” ungkapnya. Demikian Harsono Makalalag membantah telah menampar santri. “kami hanya mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, karena para siswa menggunakan kesempatan bercakap di ruang guru yang gelap, dan saat itu pembina sedang pergi ke rumah duka,” ujarnya.
Saat ditanyakan apakah ada guru yang mengawasi para siswa saat belajar malam? Harsono mengatakan, seluruh siswa diawasi. “Ada guru yang mengawasi,” tuturnya.
Saat ini, kejadian tersebut sementara diselidiki aparat kepolisian. “Laporan sudah masuk dan sesuai prosedur, harus diselidiki dulu,” kata Kasubag Humas Polresta Manado AKP Dessy Hamang.
Sumber: manadopost.co.id