Pemerintah Libya pimpinan Moammar Gaddafi mengancam mati setiap warga yang tertangkap menggunakan telepon satelit tanpa izin resmi.
Laporan media pemerintah mengatakan tindakan keras itu guna mencegah warga menggunakan telepon itu untuk membantu NATO. Aliansi itu selama ini menyerang posisi pemerintah dalam serangan bom terhadap Libya.
Kantor berita JANA mengutip pejabat-pejabat yang mengatakan penggunaan Ponsel itu secara tidak sah sama saja pengkhianatan. Laporan itu menyebutkan “mata-mata” selama ini menggunakan telepon satelit untuk menyampaikan informasi kepada NATO, yang dikatakan telah melakukan pemboman yang menewaskan “sejumlah besar warga sipil tak bersalah.”
Selasa lalu, pemerintah menuduh NATO membunuh 85 orang di desa dekat kota Zlitan, Libya barat. NATO mengatakan pesawat-pesawat tempurnya menyerang sasaran di daerah Zlitan hari Senin, tapi menyangkal bukti adanya korban sipil.
Banyak warga Libya mengandalkan telepon satelit karena terbatasnya ketersediaan layanan Ponsel di beberapa wilayah negara itu.
Dalam perkembangan terpisah hari Jumat, pejuang oposisi mengatakan kekuasaan mereka meluas di dua fron. Dikatakan, mereka maju semakin jauh di Brega, kota pelabuhan minyak strategis yang telah berpindahtangan beberapa kali sejak pemberontakan anti-pemerintah dimulai bulan Februari.
Namun, pejuang oposisi mengatakan setidaknya 11 pejuang pemberontak tewas di pelabuhan itu, dalam dua hari ini, dalam bentrokan dengan pasukan yang setia kepada Gaddafi. Para pelayat, Jumat kemarin, datang ke Benghazi yang dikuasai pemberontak untuk pemakaman masal beberapa korban yang tewas itu.
Juga, menurut pemberontak, mereka telah memperkuat cengkeraman di kota-kota dekat Zawiya, sekitar 50 kilometer sebelah barat Tripoli.
Sementara itu seperti dikutip forbes.com, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyatakan keprihatinan mengenai jumlah warga sipil yang tewas dalam konflik yang terus berlangsung di Libya antara para pejuang pemberontak dan orang-orang yang setia kepada pemerintah.
Dalam pernyataan hari Kamis, sekretaris jenderal itu menghimbau semua pihak agar “sangat berhati-hati dalam tindakan mereka, untuk meminimalisir jatuhnya lagi korban warga sipil.” Ban juga mengatakan bahwa “gencatan senjata yang berhubungan dengan proses politik” adalah satu-satunya cara yang dapat dijalankan untuk mencapai perdamaian di Libya.
NATO mulai melancarkan serangan udara terhadap pemimpin Libya Moammar Gaddafi bulan Maret, mendukung pemberontak Libya yang telah bertempur melawan 42 tahun pemerintahan otoriternya sejak bulan Februari
Sebelumnya minggu ini, pimpinan badan kebudayaan PBB, UNESCO, mengeritik serangan NATO bulan lalu terhadap sarana televisi nasional Libya yang menyebabkan 3 orang tewas. Direktur UNESCO Irina Bokova mengatakan media berita seharusnya tidak menjadi sasaran dalam tindakan militer.
Para pejabat NATO membenarkan pengeboman itu, dengan mengatakan siaran televisi itu digunakan untuk menghasut dilakukannya penyerangan oleh orang-orang pro Gaddafi, dan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB menghendaki NATO menggunakan semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi kaum sipil.|SWATT-Online|