Bila melihat dari sosoknya, pastinya tak menyangka jika Yulianto sanggup membunuh orang. Sebab, dari segi postur tubuhnya yang terbilang kecil, pasti tak ada yang percaya jika pria kelahiran 28 Juli 1973 itulah yang menghabisi salah satu anggota TNI.
Namun, fakta berbicara lain, pria yang sehari-hari menggembalakan sapi dan kambing tersebut memang telah menghabisi dua nyawa dengan mudahnya. Bahkan, Yulianto tak memerlukan senjata saat membunuh korbannya.
Ditemui di ruang tahanan Mapolres Sukoharjo, penampilan Yulianto sudah berubah. Kepalanya kini dipotong cepak, tak lagi gondrong seperti sehari sebelumnya. Meski disebut-sebut sebagai pembunuh berantai, namun Yulianto membantahnya. Dia menegaskan, selama ini baru dua orang yang menjadi korbannya. Pertama, Sugiyo, tetangganya sekaligus teman akrabnya dan Kopda Santoso. “Saya hanya membunuh dua orang. Satu Sugiyo sekitar enam tahun lalu dan kedua yang Kopassus itu,” tuturnya.
Dengan mata terpejam menahan rasa sakit, Yulianto mengatakan, dia membunuh Sugiyo yang juga temannya itu karena jengkel. Sebab, Sugiyo selalu mengelak jika ditagih utang olehnya.Yulianto menuturkan, pada awalnya Sugiyo hanya meminjam Rp 500 ribu, setelah itu, kembali meminjam uang kepadanya sebesar Rp 1 juta. Kemudian Rp 2 juta dengan alasan untuk menggarap sawah.
“Setiap saya tagih selalu menghindar dan tidak mau bayar. Akhirnya saya emosi dan saya bunuh. Setelah itu, mayatnya saya masukkan ke dalam karung dan saya kubur di sebelah kandang sapi,” ungkapnya.
Alasan sama juga diutarakan saat ditanya mengapa membunuh Kopda Santosa. Suami Mulyati ini mengaku nekat membunuh anggota TNI tersebut karena didorong rasa emosi. Sebab, selama menjadi pasiennya, Yulianto mengaku belum pernah mendapat bayaran. “Sudah saya obati hingga sembilan kali dan sembuh namun tidak mau membayar,” ujarnya sembari menutup mukanya.
Dia merasa emosi karena Santoso saat ditagih juga mengelak untuk membayar. Padahal, dirinya sendiri sedang membutuhkan uang. Karena dilandasi rasa emosi itu, dirinya lantas membunuh Santoso. Yulianto juga mengakui jika sebelum dibunuh, dirinya memberikan ramuan kecubung sehingga korban lemas dan tidak sadarkan diri. Setelah membunuh korban, jasadnya lantas dikubur di samping rumah di dekat kandang kambing agar tidak ketahuan. “Semuanya saya lakukan sendiri, istri saya tidak tahu. Sebab, saat itu sudah larut malam,” imbuhnya.
Sedangkan saat ditanya tentang ilmu kebal yang dimilikinya, serta hobi klenik yang disebut-sebut para tetangga, Yulianto membantahnya. Dia mengaku tidak memiliki ilmu kebal atau ilmu lainnya. Termasuk ilmu hitam. Namun, dia mengakui jika selama ini suka menyiksa istrinya. “Kalau pijat, saya belajar dari buku. Tidak ada hubungannya dengan klenik. Saya sudah buka praktik selama 10 tahun dan banyak pasien yang sudah sembuh,” bebernya.
Soal pasien sendiri, Yulianto mengatakan, memang lebih banyak dari luar kota. Sehingga, tak heran jika tetangganya tidak banyak tahu tentang keahliannya memijat. Sedangkan tentang kabar ada korban lain, Yulianto membantahnya. Dia berulang-ulang kali hanya mengakui membunuh dua orang itu. Ketika disinggung sejumlah nama yang dikabarkan hilang, seperti Siti, Suhardi, Yulianto membantah telah membunuhnya. “Terakhir ketemu Siti sekitar 1991 dan setelah itu tidak tahu kabarnya,” ujar dia.
Sumber: jawapos.com