SUARA sirene KM Kelud milik PT Pelni itu mengema, sesaat sebelum merapat di Pelabuhan Beton, Sekupang, Sabtu (18/9) lalu. Dari dek kapal terlihat penumpang bersiap-siap turun. Begitu kapal merapat dan tangga diturunkan, penumpang bergegas turun.
Dari 4.000-an penumpang KM Kelud, 2.260 orang diantaranya turun di Batam. Kebanyakan warga Batam yang baru pulang mudik lebaran. Namun tak sedikit juga pendatang baru.
Sangat mudah mengenali pendatang baru itu. Rata-rata mereka tak sendiri. Mereka juga dikenali dari gerak geriknya yang terlihat bingung dan gugup saat mendekati pemeriksaan perdaduk di pintu kedatangan.
Bahkan, petugas perdaduk Batam yang mengenali ciri-ciri pendatang baru ini terpaksa menahan 100 orang karena tak mengantongi KTP. Mereka berasal dari Semarang, Jawa Tengah. “Baru kali ini kami ke Batam.
Rencana mau kerja di PT (perusahaan) di Batam,” ujar Rahmat salah yang terjaring.
Rahmat hanya salah satu dari sekian banyak pendatang yang terus datang ke Batam untuk mencari pekerjaan. Di beberapa wilayah di Indonesia, nama Batam masih diangap ‘gula’ oleh pencari kerja. Mereka pun datang berbondong-bondong, apalagi sistem peraturan kependudukan di Batam tak lagi melarang pendatang masuk Batam, termasuk yang tak punya skill.
Sebelum mencari pekerjaan, kebanyakan mereka tinggal di rumah teman atau saudaranya yang lebih dahulu datang ke Batam. Mereka pun berusaha melengkapi persyaratan mencari kerja, salah satunya kertu tanda penduduk (KTP) Batam. Tak jarang mereka menjadi korban calo KTP. Bahkan, KTP yang mereka dapatkan palsu. Itu terbukti dengan terjaringnya 34 KTP palsu di Pelabuhan Beton dan Domestik, Sekupang, Sabtu (18/9) lalu.
Celakanya, pendatang yang mencari kerja di Batam ini banyak yang tak siap karena tak memiliki skill. Apalagi tuntutan kerja di Batam yang makin lama makin tinggi dengan kualifikasi tertentu. Apalagi sektor perkapalan (shipyard), butuh tenaga kerja yang memang punya skill.
Akibatnya, setiap tahun, muncul pengangguran-pengangguran baru di Batam. Periode Januari-Juli 2010 ini saja, jumlah pengangguran yang tercatat di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Batam sudah mencapai 7.941 orang. Itu baru yang tercatat. Diprediksi yang tercatat di Disnaker jauh lebih besar. Bahkan, jumlahnya diprediksi terus meningkat pasca lebaran karena banyaknya pendatang baru.
“Benar. Selama semester pertama, pengangguran atau yang kami sebut pencari kerja yang belum ditempatkan mencapai 7.941 orang,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Sakyakirti kepada Batam Pos di Sekupang, Jumat (17/9) lalu.
Dari jumlah tersebur, pengangguran laki-laki lebih besar, mencapai 5.750 orang. Sedangkan perempuan 2.191 orang. “Sebagian besar para pencari kerja yang pengangguran ini adalah lulusan SMA sederajat. Rata-rata tak punya skill,” ujarnya.
Rudi juga mengatakan, peluang kerja yang tersedia dengan jumlah pencari kerja di Batam tak seimbang. Semester pertama 2010 misalnya, jumlah pencari kerja di Batam mencapai 17.529 orang. Sementara jumlah lowongan yang tersedia hanya 7.971 saja.
“Namun dari jumlah para pencari kerja tersebut, ada juga yang berhasil penempatan atau perusahaan langsung yang memanggil tanpa melalui Disnaker, jumlah tenaga kerja yang terserap melalui penempatan sebanyak 7.593 orang. Selebihnya nganggur,” sebut Rudi.
Rudi hanya bisa berharap, 4.250 perusahaan aktif di Batam, membuka lowongan keja, sehingga yang pengangguran bisa dikurangi.
Dia juga tidak menafikan, banyaknya pengangguran di Batam berpotensi menjadi masalah tersendiri juga bagi warga, dimana angka kriminal menjadi tinggi seperti kasus pencopetan, perampokan dan maikin banyak wanita jadi memilih jalan pintas menjadi pekerja seks komersial.
Rudi mengharapkan bagi warga pendatang yang ingin mencari kerja di Batam supaya sedikitnya mempunyai keterampilan komputer, bahasa Inggris maupun Mandarin. “Berbekal ijazah SMA atau SMK itu tidak cukup. Perusahaan di Batam sangat banyak terutama perusahaan asing mau menampung tenaga kerja lulusan SMK atau SMK bila mereka mempunyai skill,” ujarnya.
Lantas bagaimana mengatasi upaya pengangguran tersebut di Batam? Rudi mengatakan pihaknya melalui Balai Latihan Kerja berupaya memberi pelatihan keterampilan kepada calon tenaga kerja yang mendaftar di Disnaker.
“Tapi itu tentu harus dilihat dulu kebutuhan perusahaan seperti apa. Kita akan memberi pelatihan kepada mereka agar segera mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan,” ujarnya.
Bersaing Tenaga Kerja Asing
Bukan hanya pencari kerja yang tak punya skill yang tersisih dari ketatnya persaingan kerja di Batam, pencaker yang punya skill pun harus bersaing dengan tenaga kerja asing (TKA) yang terus membanjiri Batam.
Data yang diperoleh Batam Pos dari Disnaker Batam menyebutkan, saat ini, jumlah TKA di Batam sudah mencapai 5.152 orang, bertambah 1.152 orang dibandingkan tahun 2009 yang hanya 4.000 orang. Dari jumlah tersebur, 4.879 TKA laki-laki dan 273 TKA perempuan.
Jumlah itu baru yang terdaftar resmi di Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, belum termasuk TKA yang masuk ke Batam yang hanya menggunakan visa kunjungan wisata, namun dimanfaatkan untuk bekerja.
Rudi mengklaim, meningkatnya jumlah TKA ini karena makin meningkatnya jumlah perusahaan asing di Batam. Namun jumlah tersebut fluktuatif karena sejumlah proyek hanya dikerjakan beberapa bulan, setelah itu mereka kembali lagi ke negara masing-masing atau ke perusahaan induknya.
“Ada juga yang masa Exit Permitt Only (EPO) belum habis, namun kerjaan sudah selesai, mereka langsung dipulangkan dan biasanya perusahaan melapor kepada Disnaker,” ujar Rudi.
Rudi juga mengatakan, saat ini para ekspatriat yang dipekerjakan di Batam mayoritas warga Negara Singapura, Malaysia, India, Filipina, dan Jepang serta sebagian kecil dari Amerika dan Eropa.
“Lamanya mereka di sini, berdasarkan IMTA mulai dari enam bulan sampai satu tahun, tergantung laporan kebutuhan dari perusahaan kepada kita. Mereka juga terdaftar di Imigrasi,” kata Rudi.
Para pekerja asing tersebut, tetap diawasi. “Bertambahnya jumlah mereka, selain makin benyaknya perusahaan asing di Batam, juga dipicu dengan pulihnya faktor produksi di berbagai perusahaan yang ada di Batam,” ujar Rudi.
Beberapa perusahaan asing itu juga tetap menerima tenaga kerja lokal. Data Disnaker, jumlah tenaga lokal sendiri yang bekerja di bidang produksi dan perkapalan di Batam mencapai 272.233 orang. sekitar 141.805 laki-laki dan 130.428 perempuan.
“Total TKA dan TK lokal di Batam mencapai 277.385 orang. Konsentrasi tertinggi di Muka Kuning untuk pekerja perempuan dan Tanjunguncang pekerja laki-laki,” ungkap Rudi.
Sumber: batampos.co.id