Bahrain membebaskan dengan jaminan 20 petugas kesehatan yang diadili karena ikut serta unjuk rasa prodemokrasi selama sebulan. Mereka dilaporkan bagian dari lebih 100 pegiat yang melakukan mogok makan. Ratusan pegiat ditahan sejak bulan Februari ketika unjuk rasa yang dipimpin kelompok Syiah dimulai. Mereka menuntut peningkatan hak di kerajaan yang dikuasai kelompok Sunni.
Para pejabat mengatakan 24 orang tewas dalam kerusuhan termasuk empat polisi. Kelompok oposisi mengatakan korban tewas mencapai 30 orang.
Bentrokan kecil antara pihak keamanan dan pengunjuk rasa terjadi hampir setiap malam sejak peraturan darurat dicabut bulan Juni. Komisi Penyelidikan Bahrain (BCI), badan yang dibentuk raja, mengatakan 17 tahanan dibawa ke rumah sakit karena menolak makan. Hari Rabu (7/9) kekerasan terjadi di Daih, daerah Syiah yang bergolak, di pinggiran ibu kota Manama, dimana ratusan orang menyambut kembalinya salah satu petugas kesehatan Dr Ali al-Ekri.
Beberapa orang terluka karena tembakan saat polisi menggerebek pertemuan tersebut. Para petugas kesehatan diadili pada pengadilan “mirip” militer, meskipun Raja Ahmad bulan lalu menyatakan semua pengadilan terkait dengan unjuk rasa pro-demokrasi akan dilakukan di pengadilan sipil, kata sejumlah laporan.
Diantaranya adalah sejumlah dokter dan perawat yang merawat korban luka di Rumah Sakit Salmaniya di Manama. Mereka dituduh memicu usaha penggulingan pemerintah. Pegiat hak asasi manusia di Bahrain mengatakan mereka masih mengkhawatirkan nasib para petugas kesehatan karena vonis masih belum dicabut. Pengadilan akan mengeluarkan keputusan akhir tanggal 29 September. |dtc|