DENPASAR – Parasnya lumayan cantik, tutur katanya pun begitu santun. Tetapi, dibalik sikap feminimnya itu siapa sangka, Selly Yustiawati, 27, warga asal Jakarta Selatan ini merupakan buronan tiga kepolisian daerah (Polda).
Perempuan satu orang anak ini masuk dalam Daftar Pencarain Orang (DPO) sejak tahun 2010 lalu. Ia dicokot pada Sabtu (26/3) lalu. Menariknya, saat digrebek anggota Reskrim Polsek Denpasar Selatan, Selly sementara berada bersama pacarnya, Bima yang disebut-sebut anak seorang perwira TNI. Hanya saja, pascapenangkapan itu, orang tua Bima langsung menjemputnya. Sementara, Selly dikerangkeng ke Mapolsek Densel.
Ditemui Senin (28/3) kemarin, Selly mengaku tiba di Bali sejak Kamis (24/3) lalu. Tujuannya yakni semata-mata untuk berlibur bersama sang arjuna, Bima. Hal itu ia lakukan, lantaran keluarga sang arjunannya tidak merestui jalinan cinta mereka.
Terkait kasus penipuan yang dilakoninya terkuak, kata Selly, ia acap bersembunyi di sejumlah daerah. Bahkan, ia sampai memilih kos, ketimbang pulang ke rumah orang tuannya. – Saya memilih kos, orangtua juga tidak tahu keberadaan saya pasca saya dilaporkan, – ungkapnya lantas mengusap air matanya.
Ia pun mengaku menyesali perbuatannya. Perempuan yang mengaku janda beranak satu (memiliki anak perempuan berusia 4 tahun) ini menuturkan. Penyebab ia menjadi penipu lantaran ditinggal oleh sang suami. – Pasca bercerai dengan suami, saya tidak memiliki pekerjaan tetap, – akunya. Untuk diketahui, perempuan yang mengaku pernah bekerja di Kompas ini menikah [ada tahun 2004. Sayangnya, dalam membina rumah tangga, ia acap terlibat pertengkaran dengan sang suami. Klimaksnya, keduanya akhirnya memutuiskan berpisah pada tahun 2007 silam.
Menurut dia, percerain itu ditempuh lantaran tidak kuat menjadi samsak hidup sang suami yang saat itu masih kuliah. Selly sendiri merupakan lulusan sarjana komunikasi. Ia angkatan tahun 2000. Ia juga membantah jika setiap kali beraksi mengaku-ngaku sebagai wartawan Kompas.
“Tidak benar, saya tidak pernah ngaku-ngaku seperti itu,” bantahnya. Ia hanya mengakui bahwa sempat menjadi karyawan di Kompas pada tahun 2009. “Tapi di bagian penerimaan surat,” akunya dengan mimik sedih sembari mengakui bahwa ada rekan kerja di kompas sebanyak enam orang yang menjadi korban, tetapi sudah diselesaikan perkarannya secara kekeluargaan.
Sementara, itu, siang kemarin Kapolres Bogor Kota yang sudah mendapat informasi lantas memerintahkan Kasubnit Reskrim Polres Bogor Kota, Ipda Nasrudin untuk menjemput tersangka. – Berdasar keterangan dari teman-teman di Bali, sehingga kami menjemput tersangka untuk diproses lebih lanjut,” katay lantas berlalu.
Sumber: jpnn.com