Muniroh (32) warga Dusun Gales, Sidorejo, Tegalrejo, Kabupaten Magelang, tidak menyangka pada usianya yang masih tergolong muda, telah di diagnosa menderita penyakit scleroderma (manusia kayu) atau penyakit kulit langka yang menyerang pertahanan tubuh.
Penyakit yang memyerang dirinya sudah selama 4 tahun ini menyebabkan pengencangan dan penebalan kulit, kerusakan pembuluh darah, peradangan dan perubahan sistem kekebalan tubuh. Sehingga kondisi Muniroh kini sangat memperihatinkan.
Ibu dua orang anak bernama Bagas Yanuarsa (13) dan Rizal Dwiananto (7) itu, menderita penyakit ini tepatnya sejak awal tahun 2007 lalu. Pada awalnya, Muniroh hanya merasa gatal-gatal ditengkuk dan dibeberapa bagian tubuh lainnya.
Namun lambat laun, pada bagian tubuh yang gatal berubah warna menjadi biru kehitam-hitaman. Setelah itu, bagian sendi-sendinya menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan seperti sebelumnya.
“Mulut saya saja, saat ini tidak bisa terbuka lebar. Hanya cukup selebar sendok makan saja,” ungkap Muniroh dengan meneteskan air mata dan pasrah kepada wartawan di kediamannya, selasa (5/7/2011).
Kini, istri Supriyanto (36) yang bekerja sebagai pegawai honorer di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Seni Budaya Yogyakarta itu, menjadi seperti kayu. Tidak bisa jongkok maupun menekuk tubuhnya.
Jika ingin berdiri pun, Muniroh harus dibantu orang lain, termasuk jika ingin duduk atau tidur. Namun begitu, Muniroh masih bisa berjalan dan berbicara meski tidak seperti sebelumnya.
“Tubuh dan kulit istri saya saat ini kaku. Bahkan tidak bisa dicubit, meski ia masih merasakan,” seloroh Supriyanto.
Saat pertama merasakan sakit itu, istrinya dibawa ke bidan desa setempat. Namun oleh bidan, diminta periksa ke dokter penyakit dalam. Namun saat diperiksakan, Muniroh malah dirujuk ke dokter kulit dan baru diketahui jika menderita scleroderma yang hingga kini belum ada obatnya tersebut.
Saat itu, oleh dokter sebenarnya diminta menjalani terapi dan mengkonsumsi obat penahan rasa sakit. Namun karena keterbatasan biaya, hal itu hanya berjalan beberapa bulan saja.
“Terus terang, pendapatan saya tidak cukup untuk menjalani terapy itu. Apalagi, kami masih harus membiayai sekolah dua anak kami dan mencukupi kebutuhan rumah lainnya,” ungkap Supriyanto sedih.
Saat ini, berat badan istrinya menurun dratis dari sekitar 46 kilogram menjadi 30 kg. Sedang yang dirasakan sekarang, cepat capek, badan lesu, sering gatal dibagian tubuh tertentu dan bagian sendi kaku.
Penyakit langka kronis yang menyerang pertahanan tubuh ini, menyerang lebih banyak wanita berumur antara 30 sampai 50 tahun. Penyakit ini menjangkit 30 orang per 100.000 dan perbandingan antara wanita dan pria berkisar empat banding satu. |dtc|