Surabaya – Berkas hasil observasi tim psikiater Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jatim di tangan penyidik Polres Pelabuhan Tanjung Perak. Tim dokter tak lagi memberi perlakuan medis kepada Solikin.
Namun, dokter memprediksi dengan atau tanpa pengobatan medis, kondisi gangguan jiwa Solikin tak bisa sembuh sempurna. Solikin dinyatakan tidak seperti manusia normal biasanya.
Dokter Poli Psikiatri RS Bhayangkara dr Roni Subagyo SpKJ menjelaskan kondisi kejiwaan Solikin ini hanya 70 persen dari manusia normal. Biasanya, pasien seperti Solikin ini diberi resep obat dan perlakuan medis khusus untuk membantu penyembuhan.
Namun, perlakuan semacam ini juga tak menjanjikan pasien sembuh sempurna. Apalagi kondisi Solikin yang kini langsung digarap oleh penyidik kepolisian.
“Solikin ini 70 persen normal. Biasanya pasien yang pernah mengalami gangguan jiwa berat tidak bisa sembuh sempurna,” kata dr Roni, Selasa (5/3/2013).
Bila Solikin atau pasien yang mengidap gangguan jiwa diberi resep obat secara teratur, lanjut dia, ada kemungkinan kondisinya menuju recovery. Sebaliknya, bila lingkungan tidak mendukung, gangguan jiwa yang diidap si pasien bisa sewaktu-waktu muncul.
“Jadi tingkah Solikin yang sering senyum-senyum sendiri dan seringkali tidak menyimak pembicaraan sangat berpotensi muncul.
Roni menegaskan, meskipun masih memasuki fase gejala akibat gangguan jiwa berat, Solikin sangat sadar tentang apa yang ia lakukan. Saat diobservasi dan diwawancara tim medis, Solikin juga mengaku tahu dan siap menghadapi risiko atas perbuatannya.
“Yang jelas dia (Solikin) menyadari perbuatannya dan tahu resikonya,” tutup Roni.
Sebelumnya diberitakan, pria penyemen bocah berumur 3,5 tahun ini dirawat dan diperiksa di ruang rawat tahanan RS Bhayangkara. Solikin mendapatkan tes kejiwaan oleh tim psikiater Biddokkes Polda Jatim selama 5 hari.
Hasilnya, pria warga Jalan Endrosono gang 7 kawasan Semampir ini divonis gila. Solikin dianggap tak mampu menahan hasrat dan dorongan kemauannya. Solikin kini juga masih menunjukkan gejala sisa-sisa kegilannya. Solikin masih sering senyum-senyum sendiri padahal telah melakukan pembunuhan keji terhadap Fahri Husaini Romadhon (3,5). [dtc]