Surabaya – Kekerasan yang dialami awak media kembali terjadi. Kali ini, dua teknisi TV9 yang sedang memperbaiki sinyal satelit, didatangi 8 orang yang diduga oknum polisi. Enam orang diantaranya berpakaian preman dan dua orang lainnya mengenakan seragam Brimob.
Dua teknisi stasiun televisi milik salah satu organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Jawa Timur, yang menjadi korban pemukulan oknum polisi yakni, Akhmad Anshori (20) warga Pekunten Kabupaten Pasuruan dan M Jauhar Diansyah (23) warga Tanjung Gunung, Peterongan, Jombang.
Tidak terima dari aksi pemukulan yang dialaminya, keduanya melaporkan ke Bidang Propam Polda Jatim.
“Kedatangan kami ke sini, untuk melaporkan kejadian pemukulan dan pengancaman yang dilakukan oknum polisi itu terhadap klien kami,” ujar kuasa hukum kedua korban, Sutarjo kepada wartawan di mapolda, Jalan Ahmad Yani, Jumat (19/8/2011).
Insiden pemukulan itu terjadi, ketika TV9 sedang perbaikan sistem transmisi siaran. Instalasi Microwave Link yang fungsinya mengirimkan materi siaran dari Studio TV9 di jalan Raya Darmo 96 Surabaya (bekas gedung Kantor PWNU Jatim) menuju stasiun pemancar (trasnmitter) yang towernya berlokasi di kawasan Sambisari, Kecamatan Sambikerep Surabaya, Rabu (17/8/2011).
Perbaikan instalasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama hingga
malam, sehingga menyulitkan petugas instalasi melakukan pointing antar antena, sehingga harus dilakukan dengan bantuan flash (lighting) sebagai penunjuk arah.
Pukul 20.30 WIB, crew TV9 mencoba menggunakan lighting 1.000 watt untuk memberikan tanda kepada crew di tower Sambisari, namun gagal karena tak terlihat.
Sekitar pukul 21.00 WIB, crew TV9 menggunakan suar penada lokasi stasiun berupa kembang api sebanyak satu kali. Namun, upaya ini gagal sehingga pada pukul 21.30 WIB menyalakan kembang api satu kali lagi dan berhasil.
Sekitar pukul 22.00 WIB, tiba-tiba sebanyak 6 orang berpakaian preman yang diduga oknum polisi dan dua orang yang dikabarkan mengenakan seragam brimob warna hitam, memasuki ruang stasiun TV9.
Sebagian oknum tersebut memintai keterangan crew tentang kejadian kembang api. Namun tiba-tiba, salah satu oknum yang mengenakan seragam warna
hitam, mendaratkan pukulan keras ke wajah korban Ansori, hingga mengalami rahang sebelah kanan bengkak dan mengalami pusing kepala.
Rekan Ansori yang berada di ruangan tersebut, sontak protes atas tindakan yang dilakukan oknum polisi itu dan menanyakan tindakan kriminal dan non prosedural.
Salah satu petugas kepolisian yang mengenakan seragam preman, mengancam terhadap korban Jauhar alias Jojo, dengan kata-kata yang pedas.
“Saya habisi kamu, lihat saja, awas kamu tak entekno kon. (Awas kamu akan saya habisi),” katanya sambil menirukan ancaman yang disampaikan oknum polisi.
Atas kejadian tersebut, Sutarjo meminta polisi bertindak proporsional
dan profesional dan mengusut kasus tersebut.
“Insiden ini, harus diusut tuntas sesuai perundangan dan aturan yang berlaku,” jelasnya.
Sementara Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Rachmat Mulyana menegaskan, Bid Propam telah membentuk tim untuk mengusut kasus tersebut.
“Apakah itu brimob atau bukan, yang jelas sudah dibentuk tim dari propam untuk menyelidikinya,” kata Rachmat.
Perwira menengah (pamen) dengan tiga mawar dipundaknya itu menegaskan,
pihaknya tidak akan menutup-nutupi kasus pemukulan tersebut.
“Apapun ceritanya, memukul itu salah. Yang salah tetap kita akan proses, tidak akan kita tutup-tutupi. Apalagi ini bulan ramadan. Kita akan tindak tegas,” jelasnya. dtc