
Ericsson Mobility merilis edisi ketiga laporan Indeks Kota dalam Networked Society yang menganalisa pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi bisnis di 25 kota besar di dunia. Laporan ini menjelaskan tentang bagaimana pemanfaatan TIK di sebuah kota dan dapat memberikan manfaat bagi pebisnis.
Dengan menambahkan beberapa indikator yang menganalisis dinamika bisnis di 25 kota besar di dunia, terlihat adanya korelasi antara TIK yang sudah maju serta kemampuannya dalam memanfaatkan TIK untuk bisnis. Dari analisis tersebut, terpilih New York, Stockholm, dan London, menjadi tiga kota besar yang memiliki peringkat tertinggi dalam pemanfaatan TIK untuk bisnis.
Beragam dampak positif menunjukkan TIK telah mendorong inovasi dan kewirausahaan. Pertama, TIK membangkitkan banyaknya peluang kewirausahaan. Misalnya memungkinkan hadirnya inovasi produk baru seperti kontek musik berbayar, video streaming, e-commerce, dan layanan cloud.
Kedua, TIK mempermudah akses ke pasar. Contohnya adalah membantu pengusaha dan perusahaan mencapai pasar geografis yang lebih luas untuk memasarkan produk.
Ketiga, TIK mengurangi biaya transaksi antar perusahaan. Misalnya dengan mengoptimalkan upaya untuk berada geografis lebih dekat dengan supplier, mitra, dan pelanggan, terutama secara geografis.
Menurut Patrik Regardh dari Lab Ericsson Networked Society, pihaknya melihat bahwa individu yang mendorong pembangunan TIK malah bukan berasal dari pemerintah kota atau bisnis.
“Pemerintah yang harus beradaptasi pada perubahan perilaku warganya. Sementara itu bisnis mengadopsi inovasi TIK untuk meningkatkan efisien internal,” kata Patrik Regardh, dalam siaran pers tentang “Peringkat Kota-kota yang Memanfaatkan TIK Untuk Bisnis”, 11 Desember 2012.
Peringkat Indonesia
Sementara menurut VP Marketing dan Communications Ericsson Indonesia, Hardyana Syintawati, saat ini Indonesia berada di peringkat 21. Adapun nilai penggunaan TIK sebesar 11, 6.
“Penggunaan TIK di Indonesia masih sangat rendah, terutama untuk penggunaan bisnis. Indonesia harus segera membangun TIK untuk kemakmuran warga dan bisnis,” kata Hardyana Syintawati, saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, 11 Desember 2012.
Ia menambahkan, kebijakan yang dibuat pemerintah akan membantu mengarahkan sektor bisnis untuk pengembangan TIK. Oleh karena itu, perubahan kebijakan, regulasi, dan perencanaan, adalah beberapa faktor yang mendorong kemajuan.
Adanya korelasi yang positif antara TIK yang sudah maju dan pembangunan ekonomi secara luas telah didukung oleh banyaknya laporan akademis dan studi kasus. Sebagai contoh dalam laporan yang dikeluarkan oleh Stockholm School of Economics pada tahun 2012, disimpulkan bahwa peningkatan 1 persen dalam penetrasi broadband akan meningkatkan peluang bisnis baru sebesar 3,8 persen.
“Faktor-faktor tersebut akan sangat penting dalam membantu organisasi dari semua ukuran agar dapat terhubung, berkolaborasi, dan bersaing secara lebih efektif,” ujar Hardyana Syintawati. |viva|